satu - kebetulan nama

350 29 23
                                    

PART PERTAMA : kebetulan nama



Enjoy, guys.

***

"Iraaaaaa, bantuin Ibu hias kedainya, ya. Ibu mau nyapu di dalem dulu." Teriak Ibu Ira dari dalam kedai.

Ira mengangguk, sejurusnya ia melihat kedai kecil yang orang tuanya kontrak selama setahun kedepan.

Ira mengambil beberapa lukisan untuk dipajang di sisi tembok kedai kecil itu.

Ia mengelap lukisan klasik itu dengan lap dapur yang ia bawa.

Sudah banyak lukisan yang ia pasang di sisi-sisi tembok kedai klasik-modernnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah banyak lukisan yang ia pasang di sisi-sisi tembok kedai klasik-modernnya. Sekarang, Ira beristirahat sejenak di luar kedai sambil menghirup dalam-dalam udara segar.

Di pinggir jalan, banyak pohon-pohon besar sehingga mengurangi polusi dan udara pun menjadi segar.

Brum

Brum

"Itu apa lagi," Ira mendengus, pasalnya dari dulu ia tak suka dengan segala hal berbentuk trek-trekan, tawuran, dan semacamnya.

Brum

Brum

Brum

Suaranya mendekat. Seperti suara motor ninja yang dimodifikasi.

Citt...

"Eh, sorry, ini tempat makan 'kan? Gue numpang ya, sebentar doang, sebentar." Ucap orang yang memakai motor ninja hijau itu dengan napas yang tergesa-gesa.

Ia turun dari motornya. Menaruh helm nya di spion motor, kemudian berjalan menuju kedai milik Ira yang belum sepenuhnya buka itu.

"Eh?" Ira berjeda. "Ini... tem-tempat makannya belum buka, jadi kamu nggak bisa makan dulu, mendi---"

Lelaki itu memotong ucapan Ira. "Gue mau sembunyi doang. Please ya? Duh, gue udah dikejar tuh!" Ia menunjuk-nunjuk segerombolan siswa SMA yang sedang membawa... entah apa itu, sepertinya senjata-senjata ringan. "Kalo ditanya, bilang aja gue gak ada, ya?" Pintanya

Ira mengernyit. Karena mendengar segerombolan siswa SMA itu mendekat, Ira kembali menghias kedai kecilnya, berusaha fokus, dan tak peduli dengan omongan lelaki itu tadi.

"Eh, lo cewek! Liat ada orang pake baju SMA Lentera, gak?"

Ira celingak-celinguk, karena Ira merasa dipanggil, ia menoleh dan mendapatkan segerombolan siswa tadi. "Uh, kayaknya saya gak liat deh." Ucapnya, mengikuti ucapan lelaki yang tadi masuk di kedainya.

Segerombalan siswa yang sepertinya akan tawuran itu bersorak, tanda tak senang dengan jawaban Ira. Mereka pun pergi dengan muka yang tak terima.

Ira mengernyit dan mengedikkan bahunya acuh tak acuh.

"Huh. Untung ada lo, makasi ya." Tiba-tiba suara lelaki itu mendekat, Ira mendongak dan mendapatkan lelaki berpakaian SMA urak-urakan. Rambutnya acak-acakan. Bajun putihnya keluar dari celana abunya. Hmm, benar-benar tipikal anak brandal.

Lelaki itu mengeluarkan sebatang rokok dari saku celananya, lantas ia menghidupkan rokok itu menggunakan korek yang ia bawa selalu.

Wush.

Ira bengong melihat aksi lelaki itu. Baru pertama kalinya Ira melihat adegan siswa SMA merokok persis dihadapannya.

"Kenapa?" Tanya lelaki itu santai.
Ira mendongak, "nggak. Kamu merokok?" Tanyanya

Lelaki itu mengernyit, sedetiknya ia tertawa. Seolah pertanyaan Ira tadi adalah pertanyaan yang tak perlu dijawab. "Iyalah. Lo punya mata 'kan?"

Ira mengangguk.

"Yaudah."

"Ta... tapi 'kan, merokok itu gak baik. Bukan orang yang merokok aja yang bisa kena imbasnya, tapi yang berada di dekatnya pun bisa kena!" Timpal Ira.

"Ah, peduli amat gue," jeda. "By the way, ini kedai lo?"

Ira mengangguk, sejurusnya ia justru menggeleng, "nggak sih, lebih tepatnya punya orang tua aku."

"Belum buka?" Tanyanya

Ira menggeleng lagi.

Lelaki itu ber-oh ria, "oh, gue jadi orang pertama deh yang belanja kesini karena...,"

"Karena?"

"Karena kedai ini menjadi penyelamat gue waktu mau dikejar-kejar sama tukang rusuh SMA tetangga." Jelasnya.

Ira melotot. Ira pikir, lelaki itu menjawab karena dirinya telah menyelamatkannya.

"Kan aku yang nyelamatin kamu!" Bantahnya sambil mengerutkan kening.

Satu detik.

Dua detik.

"Lho? Lho? Berarti lo pengen jadi alasan gue untuk singgah di kedai lo ini? Ah, so sweet banget sihhh," lelaki itu malah menggoda.

Ira memalingkan wajahnya, "nggak gitu juga,"

"Iya deh, by the way, kenalin nama gue Rama Aditya, bisa dipanggil Rama, Adit, Aditya, boleh aja. Asal jangan Tya, nanti kan dikira cewek," ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke Ira.

Mau tak mau, Ira menerima uluran tangan itu. "Oh, Rama, aku Ira. Salam kenal."

Mereka melepaskan jabatan tangannya.

"Ira? Gue Rama. Lho? Nama kedai lo...," Rama tampak melihat keluar, ingin melihat nama Kedai Ira. "Nama kedai lo Kedai Irama. Ira dan Rama. Wah, kita cocok nih!"

Ira langsung membuang pandangannya. Ia sepertinya blushing.

"Ya udah deh, kalau gue lupa kesini, telpon aja gue. Mana hp lo?"

Ira langsung mengambil ponselnya yang berada di saku celananya.

"Nih," lantas, ia membiarkan Rama mengetik nomor telpon milik lelaki itu.

Setelah Rama mengetik nomor teleponnya, ia mengembalikan lagi ke Ira.

"Gue pulang dulu deh," pamitnya.

Ira mengangguk.

"Oh iya, gue juga tadi udah nyimpen nomor telpon lo, nanti gue telpon ya," ujar Rama lagi sambil naik ke motor ninja hijaunya.

Ira melongo. Kapan Rama menyimpan nomor telepon miliknya?

"Ira? Udah selesai ngiasnya? Tadi ada siapa tuh?" Suara Ibunya Ira, yang bernama Kina membuyarkan lamunannya.

Ira menggeleng. "Udah kok, Bu. Itu yang tadi cuma orang salah alamat," ucap Ira asal.

Ibunya mengangguk. "Iya tah? Ya udah, kamu siap-siap pulang, gih. Besok 'kan sekolah. Pulang sekolah kamu langsung kesini ya, Ra."

Ira mencium tangan Ibunya, "iya, bu. Besok kedainya udah buka 'kan?"

"Iya, nanti bantu-bantu ya."

"Siap, Bu. Aku pulang dulu. Mau ngerjain tugas untuk besok." Pamitnya.

Ira pun berjalan ke halte terdekat untuk menunggu bus yang akan ditumpanginya.

Ia masih bingung, siapa sebenarnya Rama itu? Apakah ia sekolah di sekolah elite dekat kedai barunya? Iya, tadi segerombolan SMA yang mengejar Rama menanyakan tentang SMA Lentera. SMA Lentera itu 'kan sekolah elite di dekat kedai barunya. Berarti... Rama sekolah di sana? Sekolah kalangan atas?

Ira menggeleng. Ia segera mengusir pikirannya sendiri.

***

New story guys;)
Btw, yg di pict itu cast nya Ira ya.

Lots of love,
Dea.

Kedai IramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang