PART KETUJUH : traktiran penuh cerita
***
"Gue mau traktir kalian."
Ucapan Rama yang bisa dibilang langka itu membuat kedua sahabatnya melotot.
"Bohong lo!" Jawab Dika.
Fano menyetujui, "iya. Lo kalah taruhan aja malah kabur, nggak mau traktir kita-kita."
Rama mengangguk. "Oh? Kalian gak mau?" Rama berjeda saat bertanya ke Dika dan Fano. "Oke, gue gak jadi traktir, kapan coba dapet gratisan." Lanjutnya lalu berbalik badan.
"Eits, cius lo?" Tanya Dika menghalang Rama yang akan berjalan.
"Ya, kalo kalian---"
"GUE MAU!!!" Ucap Dika dan Fano bersamaan.
Rama mengernyit. "Kalian kayak cewek."
"Fano aja kali kayak cewek." ejek Dika
"Apaan sih lo!" Pekik Fano
"Santai aja bro, jangan dibawa ke hati. Kalau kita bertengkar sekarang, malahan gak jadi ditraktir sama Rama lagi," Ucap Dika, tumben berpikir kritis.
"Habisnya lo yang duluan, kalau Rama nggak lagi traktir gue, gue habisin lo!" Gerutu Fano.
Dika hanya cengengesan. "Kita baikan sekarang aja deh, berantemnya besok aja, ya mas Fano...,"
"Si Kampret."
Rama berdeham. "Hem, jadi gak---"
"Jadi, Ram!!!"
***
Mereka sudah sampai 5 menit di tempat tujuan. Saat sampai, Dika dan Fano hanya melongo.
"Kedai Irama...?" Fano yang pertama kali sadar setelah lama terdiam.
"Ya." Jawab Rama seadanya sambil menaruh helm di spion motor ninja berwarna hijaunya.
Mereka ke Kedai Irama dengan motor mereka masing-masing. Rama dengan motor ninja hijaunya, Fano dengan motor beat putihnya, dan Dika dengan motor Yamaha Nmax-nya.
"Rame banget, Ram." Gumam Dika.
Kedai Irama sekarang memang ramai. Pasalnya, saat ini jam pulang sekolah, khususnya SMA Lentera yang letaknya memang dekat dengan Kedai Irama. Fasilitas di kedai ini juga lumayan. Ada wi-fi yang memang dipasang oleh Ayah Ira. Hal itu membuat remaja tertarik untuk singgah di sana untuk nongkrong dan sekaligus membeli makanan ataupun minuman.
Rama, Dika, dan Fano langsung masuk ke dalam. Rama melihat sekitar, mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka bertiga, bila perlu berempat jika Ira datang. Ah, Rama menggelengkan kepalanya, menghapus pikiran yang ada di kepalanya sendiri.
Mereka akhirnya mendapatkan tempat duduk, kursinya ada empat. Kebetulan.
Tak lama, Ibu Ira-Kina- pun datang menghampiri meja mereka.
"Nak Rama?" Sapanya.
Rama mendongak dan tersenyum, "Eh, Tante."
"Mau pesan apa, Nak?" Tanya Kina seraya menyerahkan daftar menu ke Rama.
"Hmm... saya kentang goreng satu, kopi hitam. Kalian apa?" Ujar Rama ke Dika dan Fano.
Kina pun menoleh ke arah Dika dan Fano kemudian tersenyum.
"Eemm... saya sama kayak Rama aja deh, Bu." Ucap Dika
Fano mengangguk. "Saya juga deh!"
Dika dan Rama mengernyit, pasalnya Fano 'kan tidak suka kopi. Dia lebih suka yang manis-manis. Aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Irama
Teen FictionRama suka kopi hitam, tetapi kulitnya tidak hitam. Rama dulu suka ke kafe, tetapi semenjak ke Kedai Irama, ia lebih suka ke Kedai itu daripada ke kafe langganannya dulu. Menurut Ira, Rama itu seperti riddle. Sulit ditebak. Menur...