PART KEDELAPAN : murid baru
***
Sahabat itu mendukung apa yang dilakukan oleh sahabatnya, bukan malah menjatuhkan.***
Ira berjalan melewati koridor SMA Mentari, sekolah yang hampir dua tahun sudah ia jadikan tempat untuk menuntut ilmu.
Ira termasuk murid cerdas. Walaupun tak mendapatkan juara umum seangkatannya, setidaknya ia dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan ia juga sesekali mengikuti lomba olimpiade akademik, pelajaran apapun itu.
Di kelasnya, Ira dikategorikan sebagai siswi pendiam yang hanya bicara jika dibutuhkan tetapi berbicara banyak jika bersama sahabatnya, Gani.
"Namira, bantu bu guru, sini." Tiba-tiba Bu Dana memanggil Ira, Ira pun langsung mengangguk dan mengikuti Bu Dana yang berjalan di depannya.
Bu Dana adalah wali kelas Ira, kelas XI IPA 2. Sebetulnya, Ira tak tahu mengapa tiba-tiba Bu Dana memanggilnya. Tapi, Ira menebak ia akan diajak oleh wali kelasnya itu ke ruang guru.
Setelah 5 menit berjalan mengikuti wali kelasnya, dugaan Ira benar. Bu Dana mengajaknya ke ruang guru. Lebih tepatnya lagi ke meja para guru-guru pengajar Bahasa Indonesia, omong-omong Bu Dana mengajar Bahasa Indonesia diangkatan Ira.
"Nah, gini. Nanti Ibu izin ngajar di kelasmu. Jadi, Ibu mau ngasi tugas, kerjain tugas ini. Kasi tau ke temen-temenmu ya, Namira." Bu Dana memberi selembaran kertas yamg berisi tulisan, 'Tugas untuk kelas XI IPA 2 : Kerjakan Hal 166 Buku Paket. Teks ditulis ulang kembali. Langsung dikumpul ke ketua kelas! Yang tidak mengumpul, tidak dapat nilai' dan di bawahnya berisi tanda tangan Bu Dana berserta namanya, Dana Bunga.
Namanya lucu memang. Ira dan kawan-kawannya saja pertama kali tahu nama wali kelasnya langsung ketawa ngakak. Tapi bagaimana pun juga Bu Dana itu wali kelas Ira, kalau terus-terusan ditertawai nanti malah dapat nilai jelek lagi. Itu sih kata teman sekelas Ira selama ini.
"Oh iya, Bu. Nanti saya sampaikan. Pamit, Bu...," Ira pun tersenyum dan mengambil kertas itu. Ia hendak beranjak pergi, namun Bu Dana memanggilnya lagi.
"Sebelum bu guru pergi, ibu ingin mengatakan sesuatu kepadamu," ucap Bu Dana.
Kenapa Bu Dana jadi dramatis gini kalimatnya ya? Apa gara-gara beliau nonton film Lonceng Cinta yang diceritain dua hari lalu ya? Bantin Ira, ingin tertawa tetapi ditahannya karena ia sadar, di depannya kini adalah seorang guru. Bagaimana pun juga kita harus hormat kepada guru 'kan?
Ah, omong-omong Ira tidak tahu menahu tentang film Lonceng Cinta yang diceritakan oleh wali kelasnya itu dua hari yang lalu.
Setelah tersadar, Ira pun bertanya ke Bu Dana, "ada apa ya, Bu?"
"Sebelum ibu izin, tolong kamu antarkan murid baru ke kelas kita ya. Jam sebelas dia akan datang ke ruang guru. Kamu liat-liat aja nanti ya." Ucap Bu Dana sambil memasukkan barang-barangnya, seperti; pulpen, notebook, kacamata ke tasnya.
Ira mengangguk. "Iya Bu, kalo boleh tau cewek atau cowok ya, Bu?"
"Ah, Ibu juga gak tau. Saya lupa juga namanya siapa. Nanti kamu liat-liat aja yang pakai seragam sekolah lain." Kata Bu Dana. "Kamu pengin murid barunya cowok ya?"
"Eh?--"
"Duh, Ibu jadi inget masa-masa SMA deh. Mana saya sudah kepala lima lagi."
"Eee..."
"Ya sudah, kamu ke kelas sana. Sekarang 'kan pelajarannya Pak Mario. Nanti Pak Mario marah-marah kalau ada muridnya yang terlambat masuk pelajarannya." Bu Dana mengusir Ira secara halus, dengan tujuan yang positif.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Irama
JugendliteraturRama suka kopi hitam, tetapi kulitnya tidak hitam. Rama dulu suka ke kafe, tetapi semenjak ke Kedai Irama, ia lebih suka ke Kedai itu daripada ke kafe langganannya dulu. Menurut Ira, Rama itu seperti riddle. Sulit ditebak. Menur...