PART KESEBELAS : suatu kabar
***
Gani menenggelamkan kepalanya di atas lipatan kedua tangannya dari lima menit yang lalu. Gadis berambut lurus sepinggang itu sedang tidur.
Tidak bisa dibiarkan.
"Ni, ada Pak Somo Angkar!" Seru Ira seraya mengguncang tubuh Gani, ia berbohong mengatakan guru Fisika itu datang, bertujuan agar Gani bangun dari mimpinya.
Gani langsung histeris. "Ha? Sumo bertengkar? Mana?!"
Dasar, kebo.
Ira nyengir. "Kamu tidur terus. Aku bosen tau, nggak ada yang diajak ngobrol."
Gani memutar kedua bola matanya, kesal karena sudah dibohongi Ira, padahal ia sangat mengantuk sekarang. Ia kemarin malam begadang sampai jam dua belas malam karena menonton drama korea yang membuat ia baper setengah mati. Gani pun lagi melanjutkan mimpinya yang tertunda, tak menghiraukan Ira.
Ira tidak tahu apa, dirinya sedang mimpi berciuman dengan biasnya?
"Ganiii! Jangan tidur lagi, ih. Kebo." Ira lagi-lagi mengguncang tubuh Gani dengan keras.
"Oppa...," Gani berucap manja dalam mimpinya.
Gani benar-benar kebo. Dari kelas sepuluh ia tidur terus di kelas jika tidak ada guru.
Dasar, CCK; Cantik Cantik Kebo.
"Opa-mu 'kan udah meninggal setahun yang lalu, Ganiii."
Ira tidak mengerti tentang hal berbau Korea. Dia lebih prefer ke hollywood, sih. Jadi, ya gitu.
Walaupun begitu, mereka berdua tidak pernah mempermasalahkan hal itu, lagi pula, selera orang 'kan berbeda-beda.
"Nam." Seseorang memanggil Ira sambil menepuk pundaknya pelan.
Ira menoleh. Siapa lagi kalau bukan Mosi. Hanya lelaki itu yang memanggil Ira dengan panggilan 'Nam'.
"Apa, Mos?"
"Ini kelas atau UKS, sih?" Mosi bertanya.
Ira mengernyit bingung, "kelaslah. Retoris(*) banget."
"Hahaha! Abisnya temen lo tuh, ngapain malah tidur? Dia sakit?"
Ira menggeleng seraya menutup buku yang sempat ia baca tadi dan memfokuskan pandangannya ke Mosi yang berada di meja belakangnya. "Dia kebo."
"Hahah! Sialan lo. Awas dia denger."
Ira pun ikut tertawa. "Biarin. 'Kan kenyataan."
Mereka pun menertawai sikap kebo Gani yang benar-benar profesional.
Disela-sela Ira dan Mosi tertawa, Gani tiba tiba berucap. "Kiss me again, oppa...,"
Setelah itu, tawa mereka benar-benar pecah hingga Pak Somo datang ke kelas dan Ira membangunkan Gani dengan paksa. Di bangku belakang, Mosi masih menahan tawanya. Pikirannya saat itu adalah; teman Ira itu benar-benar kebo dan tidak tahu malu.
Gani yang melihat Mosi menahan tawa di belakang sambil melihatnya, langsung bertanya ke Ira dengan berbisik, "jangan bilang gue ngigo waktu tidur tadi?!"
Gani curiga. Jangan sampai...
"Sayangnya itu bener." Ira menjawab sambil melirik ke Mosi dan menutup mulut menggunakan tangannya, menahan tawa.
Mosi mengedipkan matanya ke Ira. "Si oppa nggak mau dicium sama lo. Kasian." Mosi menyeletuk, menyinggung Gani.
Boom.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Irama
Teen FictionRama suka kopi hitam, tetapi kulitnya tidak hitam. Rama dulu suka ke kafe, tetapi semenjak ke Kedai Irama, ia lebih suka ke Kedai itu daripada ke kafe langganannya dulu. Menurut Ira, Rama itu seperti riddle. Sulit ditebak. Menur...