Empat

37K 1.4K 16
                                    

H-1, Sebelum libur panjang (Hanya 4 hari). akhirnya saya bisa keluar dari dunia nyata dan pergi menuju antah berantah. Selamat bekerja dan belajar .

K.S.

##


Suara hembusan angin lembut memasuki cela-cela jendela yang tertutup, menyebarkan aroma segar jeruk dan stroberi yang memancing indera penciumanku. Aku menghirup dalam-dalam aroma yang membuatku ketagihan. Suara petokan ayam jantan terdengar nyaring dari luar. Perlahan aku membuka mataku dan membiarkan indera penglihatanku beradaptasi dengan cahaya pagi hari. Sebuah senyuman manis menyapa di hadapanku.

"Selamat pagi kak Surya~" Chika berbaring di sampingku dengan senyum mengembang di wajahnya memperhatikan ku yang bangun dari tidur. Aku menatapnya kosong seakan aku sedang mengumpulkan nyawaku yang berterbangan disekitar ragaku.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku ketika kesadaran sudah memenuhi diriku. Chika bangun dari tempatnya berbaring dan duduk di samping, masih di atas ranjang.

"Tentu saja membangunkan kak Surya."

"Kenapa kamu ikut berbaring?"

"Karena kak Surya tidak segera bangun saat Chika bangunkan, lagipula tidur kak Surya terlihat begitu nyaman."

Anak ini pasti bergurau. Mana mungkin aku bisa nyaman di ranjang tipis yang sempit ini. Aku baru bisa tidur saat subuh dan sekarang dia membangunkanku pagi-pagi.

"Sudah jam enam. Waktunya sarapan. Kakek sudah menunggu di meja makan,"ucapnya yang saat ini turun dari ranjang dan berjalan keluar meninggalkanku. Aku hanya bisa mengusap mataku yang lelah dan mencoba menutup mataku kembali karena ini masih terlalu pagi bagiku untuk bangun.

"Kalau aku jadi kak Surya, aku akan segera bangun sebelum kakek menyeret kakak untuk bangun." Chika muncul dari balik pintu memperingatkan dengan ekspresi wajah yang ketakutan. Aku pun memaksakan diriku untuk bangkit dari tempatku dan berjalan keluar kamar dengan malas.

Sesampainya di ruang makan yang merangkap ruang tamu dan ruang tengah, kakek jono duduk di depan meja makan memperhatikanku yang berjalan dan duduk tepat disamping Chika.

"Kepalamu sudah membaik?" tanya kakek Jono dengan nada tegasnya, aku mengganguk pelan menjawab pertanyannya, "setelah makan kamu ikut saya ke perkebunan dan bekerja di sana."

Aku menatap tak percaya mendengar apa yang barusan ia ucapkan. Ia menyuruhku, seorang Leonardo, bekerja di perkebunan. Yang benar saja, memang dia kira aku pantas bekerja kasar seperti orang-orang kampung di sini.

"Kamu laki-laki harus berguna dan bekerja. Bagaimana kamu akan membayar biaya pengobatan, makanan dan tempat tinggal selama disini, jika kamu tidak bekerja?"tambahnya.

"kak Surya, jangan khawatir nanti siang Chika akan mengantarkan makan siang kakak dan kakek nanti." Chika menyemangatiku setelah meletakan sepiring makanan di depanku dan menawarkan senyum lebar dari mulut mungilnya yang berwarna merah jambu.

"Untuk masalah pengobatan, makan dan tempat tinggal nanti akan saya bayar." Aku meyakinkan mereka bahwa aku akan segera membayar semua kebaikan mereka, jika aku bisa menghubungi seseorang untuk menjemputku di tempat asing ini.

"Bayar menggunakan apa? Kamu bahkan tidak memiliki apapun saat ditemukan dan kamu hilang ingatan." Kakek Jono mengingatkanku akan keadaanku yang memang tidak memiliki apapun, uang bahkan kartu identitas. Aku seratus persen seperti orang hilang atau orang ilegal tanpa asal usul. Masalah hilang ingatan, aku tidak pernah sekali pun mengiyakan meski aku juga tidak mengelaknya. Aku harus menjelaskannya.

Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang