Sebuah mobil porsche carerra GT berwarna merah berhenti tepat di depan pintu depan sebuah rumah yang begitu begah di tempatnya. Leo mematikan mesin mobilnya, turun dari mobil dan berlari kecil memutari depan mobil merah itu untuk membukakan pintu penumpang dimana tempat Kartika duduk. Leo memberikan lengannya kepada Kartika agar ia dapat menggapai dan melingkarkan lengannya sendiri pada Leo. Mereka berdua masuk ke dalam rumah dimana pintu sudah terbuka lebar oleh ART di depan pintu putih yang tinggi besar.
Kartika melihat sekeliling, dimana lorong depan tempat mereka lewati terdapat kaca besar memantulkan dirinya berjalan beriringan berjalan dengan Leo. Seorang ART perempuan yang terlihat seumuran dengannya mengarahkan mereka ke ruang tengah yang megah.
"Wow ... Aku tidak menyangka kamu akan menuruti kata mami untuk pulang kemari." Dimas dengan kemeja dan celana bahan yang ia kenakan tadi, tanpa setelan jas, duduk bersantai pada sofa panjang, duduk tegap dengan menunjukan senyuman mengejeknya saat melihat Leo masuk bersam Kartika.
"Tentu saja, memangnya kamu mengira aku melewatkan ekspresi wajah ibumu yang marah karena tadi?" Leo menunjukana seringaian di wajahnya dengan suara tawa mengejeknya, "Aku sungguh menantikannya."
"Kak Kartika!" teriak Alice yang muncul dari belakang dengan pakaian santainya, melompat dan memeluk tubuh Kartika dari belakang. "Akhirnya, kalian datang juga. Aku sudah menunggu."
"Kita kemari tidak untuk bertemu atau bermain dengan bocah sepertimu, Alice!" grutu Leo yang mencoba melepaskan pelukan Alice pada Kartika, dimana Alice semakin erat memeluknya sambil memberika ejekan pada Leo dengan menjulurkan lidahnya.
"Well, jadi ini wanitamu?" ujar Dimas yang berdiri dari tempatnya duduk, jalan mendekat menghampiri Kartika yang ada disamping Leo dan menatap meneliti dari atas dan bawah. Leo yang merasakan keengganan dari tatapan Dimas, dimana ia bisa merasakan cengkraman tangan Kartika pada lengannya, ia pun maju ke tempat Kartika, menghalangi tubuh mungilnya dengan tubuh tegapnya agar Dimas tidak bisa menatapnya.
"Yes, this is my lady. So, go away from her." Leo menatap intens kepada Dimas untuk menghentikan yang ia lakukan. Dimas yang melihat perbuatan Leo pun mulai tertawa mengejek.
"Aku tidak tahu seleramu berubah."
"Nope. Seleraku tetap sama padanya dan hanya untuknya." Leo berdecak kesal karena Dimas meremehkan Kartika, Istrinya yang mempesona, "harusnya kamu senang dengan keadaan ini bukan? Kamu bisa mendekati Jessica Windler, kenapa kamu tidak hampiri dia sekarang? Tadi, ia meninggalkan acara dengan kesal," lanjutnya dengan nada sombongnya yang khas.
Kartika yang ada di belakangnya saat ini bergedik ngeri mendengarnya. Ia tidak suka, atau lebih tepatnya sangat membenci jika Leo berbicara dengan nada seperti itu ataupun tatapan matanya yang terlihat begitu angkuh. Leo terlihat seperti orang lain.
"Siapapun akan kesal dengan pengumumanmu yang tidak masuk akal." Seorang wanita baya muncul dari belakang dengan menggenakan gaun hitamnya yang terlihat mahal dan pas pada tubuhnya. Tante Rima berjalan masuk dan duduk di kursi single di depan lukisan besar sang kakek yang terpasang disana.
"Kenapa kalian tidak duduk?" ucapnya. Alice mengajak Kartika duduk di sofa, namun Leo mencegah Kartika. Alice melepas pegangannya pada tangan Kartika dan duduk di sebelah Dimas yang sudah duduk kembali.
"Jangan merintahku seakan kamu berkuasa di rumah ini. Apa perlu aku ingatkan kembali statusmu disini?" ucap Leo yang tidak menyukai nada bicara tante Rima yang memerintahnya. "Jika aku ingin duduk, aku akan duduk karena keinginanku sendiri. Bukan karena perintahmu," dengusnya.
Kartika yang ada di sampingnya segera mencengkram lengan Leo sehingga membuat Leo menolehkan kepala padanya. Kartika menggelengkan kepala seakan memberi tanda untuk tidak berkata kasar. Memahami maksud Kartika, Leo mendesah pelan dan memegang tangan mungil Kartika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)
RomanceQuality: Raw Status: 25 to 25 (Completed) Rate: 21+ Started: April 22, 2016 End: July 18, 2016 *Prequel of His Eyes on Her "Menikahlah denganku! Aku yang akan menjagamu menggantikan kakek" Sebuah janji yang terucap begitu saja disaat melihat gadis d...