Delapan

25.9K 1.2K 15
                                    

Yay.. akhirnya bisa update juga setelah sibuk dengan kerjaan menggunung dan cerita OS, bab ini selesai juga di tulis. Maaf agak lama dan panjang. tapi jangan bosan untuk komen, baca dan vote ^^

K.S.

###

Aku menatap kosong gorden krem yang menutupi jendela besar di ruanganku. Aku berdiri dari kursiku dan menarik tali pengait di sisi jendela dan membuka lebar gorden tersebut. Aku berdiri tegap di depan jendela menatap suasana Jakarta di sore hari menjelang malam. Pikiranku melayang pada ingatan samar kemarin dimana aku merasa bertemu sosok wanita yang aroma dan rasa ciumannya sama persis dengan gadisku. Namun Rekka bersikeras bahwa tidak ada wanita seperti itu.

Buk... aku memukul pelan jendela lebar itu dengan telapak tanganku. Kenapa aku bisa membayangkan dirinya secara nyata selama delapan tahun pencarian tanpa hasil akan dirinya. Aku mengehla napas panjang, menyisir rambutku dengan buku jari tanganku sebelah kanan, sedangkan tangan kiriku aku masukkan di dalam kantung celana.

Jika memang itu hanyalah halusinasi karena efek minuman, aku rela mengulangnya lagi demi merasakan rasa manis dan aromanya meski dalam mimpi.

"Mimpi sesaat yang indah" aku bergumam sembari menatap pantulan diriku di kaca. Aku terdiam sejenak dan membalikan badanku ketika melihat seseorang di belakangku melalui pantulan kaca itu. Aku sedikit melotot pada orang itu seketika.

"Jangan menatap tajam seperti itu?! Aku sudah mengetuk pintu berulang kali tapi tidak kau hiraukan. Jadi aku langsung masuk saja, lagipula aku orang sibuk tidak sepertimu yang banyak melamun di depan kaca." Olivia menatap mengejek yang aku balas dengan dengusan kesal.

Aku berjalan kembali ke mejaku dan duduk di kursiku di balik meja. "Ada apa kamu kesini? Merindukanku?" Candaku padanya. Olivia langsung memasang wajah jijiknya padaku.

Ia melemparkan map berwarna biru ke arahku, "tanda tangani ini." Aku menaikan sebelah alisku dan meraih map yang sudah tergeletak di atas meja depanku.

"Jazzy? No DJ?" tanyaku setelah melihat berkas yang ia sodorkan dan tak lain persetujuan untuk acara ulang tahun perusahaan akhir minggu ini. Ia menganguk sembari menyilangkan tangannya di dada sehingga dada besarnya menyembul. Aku meneliti kembali berkas yang ia serahkan, "Arc Club? Not our Ballroom?" lanjutku sembari menaikan sebelah alisku.

"Nah ah..." ia menggelengkan kepalanya, "oh come on... kemarin kita sudah mengadakan acara di sana, tahun kemarin juga. Kamu tidak bosan? Pegawai yang lain sudah bosan. Lagi pula temanya pesta topeng dan semua sudah tidak sabar. Apalagi undangan sudah tersebar." Ia memberikan senyum liciknya yang membuatku tak berkutik dengan kecepatan kerjanya.

"Oke, sediakan aku ruangan khusus, aku ada tamu penting," ujarku sambil menandatangani berkasnya, "dan tetap sediakan DJ set di belakang panggung biar lebih meriah."

"No, Leo! Pesta kali ini tanpa DJ, aku sudah mengundang musisi Jazz yang dapat memeriahkan acara. Aku ketua pelaksana aku yang memutuskan."

"Aku atasanmu!"

"Kalau begitu aku mundur. Kamu saja yang mengurusi semua!" Sialan, tatapan tajamnya yang tidak bisa dibantah mulai muncul.

"Fine! Terserah padamu. Aku tetap minta private room." Aku pun menyerahkan berkas yang telah kutanda tangani padanya. Aku benar-benar tidak bisa melawan sanggahannya yang masuk akal. Ia pun segera keluar dari runganku dengan pantat besarnya menghadap padaku.

Olivia, satu-satunya wanita berkompetent dalam kerjaannya dan satu-satunya wanita yang tidak terbujuk akan rayuanku. Suatu keberhasilan bagiku yang menariknya bekerja pada perusahaanku dari pada perusahaan keluarganya. Kala itu ia menolak keras bekerja dengan keluarga, ia tidak mau rekan kerjanya memandang sebelah mata hanya karena dia anak presider disana. Ketika aku menawarinya pekerjaan, tanpa berpikir dua kali ia menyetujui tawaranku. Setelah dua tahun bekerja ia melesat menjadi chief Secretary. Belum lagi ayahnya yang tidak mau lepas dengan putri kesayangannya, sehingga kami melakukan Merger dengan salah satu cabang perusahaan dan menghasilkan banyak keuntungan bagi perusahaan.

Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang