Hidup tanpa masalah itu bagaikan masakan tanpa bumbu sehingga membuatnya hambar, masih pengenalan tokoh lain sehingga untuk bagian ini jatah Kartika dengan Leo di undur dulu sampai bagian berikutnya yah.
Selamat membaca dan jangan lupa komen dan Votenya
K.S.
###
Entah sudah berapa lama dia menekuk tubuhnya di atas kasur. Meski suara ketukan pintu dan panggilan temannya dari luar terdengar ia masih enggan untuk mengubah posisinya. Pikirannya masih melayangakan kejadian yang barusan ia alami. Kejadian yang harusnya membuat jijik malah terasa hangat di dadanya. Ia merasa ada sesuatu yang berubah dari dirinya. Seakan ia kembali menjadi dirinya dulu, menjadi wanita normal yang berdebar-debar hanya karena seorang laki-laki, bukan wanita abnormal yang selalu ketakutan dan waswas jika ada seorang laki-laki di sekitarnya. ia harus berbicara dengan seseorang. Seseorang yang bisa memberikan pencerahan akan semua hal baru yang ia alami.
Kartika mendongakan kepalanya, turun dari ranjang dan membuka pintu kamarnya dengan lebar. Ia mendapati Crystal yang sedang asik menatap layar ponselnya menatapnya kaget yang berdiri diam di depan pintu kamarnya. Crystal tersenyum ramah, berdiri dan menghampirinya.
"Aku lapar. Kamu mau aku buatkan sesuatu?" Kartika menggelengkan kepalanya. Crystal hanya bisa menarik pelan lengan sahabatnya ke arah dapur dan memintanya duduk di meja makan, "Aku akan buatkan sesuatu. Aku tahu kamu pasti belum makan sedari pagi sepertiku." Crystal mengedipkan sebelah matanya. Ia pun membuka kulkas kecil disana mengambil dua butir telur, wortel dan bumbu-bumbu yang bisa didapatkannya.
"Aku tidak lapar. Aku sudah makan." Crystal menatapnya tak percaya dan menggelengkan kepalanya sendiri. "Aku serius. Pria itu meninggalkan makanan di meja dan aku tidak sengaja memakannya." Kartika pun menundukkan kepala karena merasa malu jika mengingta perbuatannya yang menghabiskan makanan itu padahal niatnya hanya mengicipi.
"Baik, aku percaya. Tapi, kamu harus tetap duduk disini menemaniku makan." Crystal melayangkan senyum terindahnya kepada sahabatnya yang menatapnya lurus. Crystal pun melanjutkan pekerjannya memotong wortel membentuk memanjang dan tipis.
Merasa sudah merepotkannya, Kartika pun berdiri dari tempatnya untuk membantu membuatkan makanan untuk sahabatnya. Ia mengambil mangkuk kecil dan memecahkan dua butir telur yang dikeluarkan Crystal tadi dan mulai mengocoknya. Crystal yang melihat Kartika membantunya hanya bisa tersenyum lega karena sahabatnya ini bisa sedikit lebih tenang kali ini. Ia sempat khawatir jika Kartika kembali seperti dulu yang berteriak tidak jelas ketika mengingat kejadian yang menimpanya, menangis tanpa henti dan mengurung dirinya selama berhari-hari.
"Mau diapakan telurnya?"tanya Kartika sambil menyerahkan mangkuk tellur yang sudah ia kocok dengan halus. Crystal menatap Kartika masih dengan senyum di wajahnya, "Kenapa menatapku sambil tersenyum seperti itu sih? Kamu menakutiku." Pernyataan Kartika berhasil menyadarkan Crystal akan pikirannya.
"Maaf...Maaf... Aku kurang fokus sepertinya butuh air mineral."
"Iklan banget sih." Kartika ikut tersenyum mendengar kalimat Crystal yang sama persis dengan dialog pada suatu iklan di televisi. Crystal pun mengambil mangkuk yang diserahkan Kartika dan memasukan wortel yang sudah ia potong-potong dan tidak lupa bawang bombai yang barusan ia potong. Kartika membalikan badannya, bersandar pada meja dapur sembari mendesah pelan, bimbang akan apa yang hendak ia tanyakan pada Crystal yang saat ini mengaduk telur tadi.
"Bagaimana rasanya saat kamu melakukannya bersama Andika, dulu?" tanya Kartika setelah mengumpulkan keberaniannya. Ia saat ini bermain dengan ibu jarinya tanpa berani menatap Crystal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)
RomanceQuality: Raw Status: 25 to 25 (Completed) Rate: 21+ Started: April 22, 2016 End: July 18, 2016 *Prequel of His Eyes on Her "Menikahlah denganku! Aku yang akan menjagamu menggantikan kakek" Sebuah janji yang terucap begitu saja disaat melihat gadis d...