Sembilan Belas

15.4K 859 18
                                    

WARNING!! Bab ini mengandung konten DEWASA, harap di sikapi dalam membaca. Writer tidak bertanggung jawab, jika pembaca merasa geli atau senyum sendiri ketika membaca.

K.S.

###

"Kamu tahu, aku tidak akan pernah berhenti walaupun kamu memohon untuk berhenti, Chika!" ucapku dengan menatap lurus mata Chika yang ada di hadapanku saat ini. Pengakuan dan ciumannya yang tiba-tiba berhasil membuatku hampir hilang kendali, tapi aku tidak ingin menjadi lelaki berengsek yang memaksakan kehendaku kepadanya.

"Aku tidak akan memohon untuk berhenti."

Jawaban Chika berhasil membangunkan sisi lain diriku yang selalu aku tahan saat bersama dirinya. Darah di seluruh tubuhku mulai berdesir kencang disaat bersamaan ia memberikan izinnya untukku. Aku mencengkram tubuhnya mendekat kepadaku, meraih tenkuknya dan mendekatkannya kepadaku. Aku langsung menguasai bibir merahnya yang selalu berhasil menggodaku. Aku mengecup pelan bibirnya perlahan sambil menanti respon darinya yangg langsung aku rasakan saat itu juga. Aku pun melumat bibirnya yang sedikit tebal tanpa memberikan jeda. Aku menginginkannya saat ini juga disini dalam dekapanku selamanya.

Aku melepaskan tautan kami saat menyadari dirinya yang mulai kehabisan napas. Aku mendekatkan dahiku ke dahinya. Ia menatap mataku dengan napas yang tersenggal, kedua ujung bibirku mulai tertarik ke atas menyimpulkan sebuah senyuman untuknya. Dengan hati-hati tangannya naik ke kapalaku dan membuat rambut belakangku berantakan. Kali ini, ia menempelkan kembali bibirnya kepadaku. Aku menikmati setiap sentuhannya. Aku meraba pelan punggungnya di atas kain satin dari babydoll yang ia kenakan. Tidak puas, tangan kiriku mulai menyusup masuk sehingga kulit tanganku bersentuhan langsung dengan kulit punggungnya dan berhasil membuatnya mendesah di sela ciuman kami.

Aku mengangkat tubuhnya dan membaringkannya pelan di atas ranjang. Aku melepaskan ciuman kami, bangkit dan duduk di atas pahanya seakan menguncinya tetap di bawahku. Aku melepas jas dan dasiku, melemparkan begitu saja ke lantai samping ranjang. Aku melepas satu persatu kancing kemeja dan membuangnya. Chika terdiam menatapku dengan napas yang masih tersenggal. Perlahan aku mendekatkan kembali tubuhku padanya, mencium dahinya, hidungnya dan berakhir kembali di bibirnya dengan matanya yang kembali terpejam. Tanganku mulai bergerilya meraba tubuhnya dan menemukan gundukan dadanya. Perlahan aku meremas dadanya di balik kain yang masin membalut tubuhnya. Ia mulai menegang seakan ketakutan. Aku melepas ciumanku begitu juga tanganku dari dadanya.

"Jangan." Chika menggegam tanganku, "jangan berhenti." Ia meletakan kembali tanganku di atas dadanya. Aku mulai tersenyum mengingat saat Chika yang dulu tiba-tiba meletakan tanganku di dadanya pada malam pertama aku tersadar.

"As you wish," tanganku mulai memijat pelan dadanya yang begitu pas di genggamanku. Ia mulai mendesah pelan, membuat aliran darah di tubuhku berdesir kencang dan panas. Aku menutup mulutnya kembali dengan mulutku. Kali ini kedua tanganku mulai meremas penuh ritme membuat tubuhnya sesekali terangkat. Puncak dadanya mulai terasa menegang dan keras, begitu juga juniorku di bawah sana yang mulai bangun dan membuat celanaku terasa sempit.

Tangan kananku mulai mencari ujung pakaiannya yang berada di pahanya. Aku mengelus lembut paha lembutnya, membuatnya mengangkat salah satu kakinya sedikit sehingga dengkulnya terangkat den menyentuh juniorku di atasnya.

"Akkh..." Aku menggeram di depan bibirnya membuat Chika tersikap menatapku. Aku melayangkan senyumanku dan langsung mengangkat gaunnya ke atas melewati kepalanya dan membuangnya begitu saja. Tubuh polosnya yang masih mengenakan celana dalam mulai nampak dengan jelas di bawahku. Secara tidak sadar, Chika menyilangkan tangan di dadanya seakan ingin menutupinya.

Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang