Dua Empat

9.7K 586 5
                                    

"Bagaimana hasilnya?" tanyaku pada Fajri yang sudah berdiri di depan mejaku, sesaat aku memasuki ruanganku sendiri. "Apa yang kamu lakukan disini?" Aku menatap heran ke arah Dimas yang sedang duduk di sofa pada ruanganku.

"Ingin memberimu laporan terakhir mengenai proyek tadi pagi dan mencari kabar mengenai wanitamu."

"Dia istriku bodoh." Aku menatap kesal ke arah Dimas, dimana saat ini mengangkat bahunya dan kedua tangannya ke udara. Gerakan tubuhnya yang selalu membuatku kesal, "cepat katakan apa yang kau tahu."

"Setelah berdiskusi dengan atasan mereka, aku berhasil bernegoisasi mengenai ganti rugi yang mereka ajukan, dimana dia menurunkan 35 persen dari nominal yang mereka ajukan. Secara tidak langsung pemberitaan media menarik perhatian banyak kalangan dimana harga saham perusahaan mereka menaik beberapa jam ini. Aku akan mengganti ganti rugi tersebut. Dan mengenai kebocoran file tersebut, setelah aku melakukan pengecekan pada kamera di ruangan, ternyata seperti kecurigaan kita bahwa Jessica yang mencurinya."

"Wanita berengsek," makiku sambil menendang pelan meja di hadapanku sehingga mengenai lutut Dimas yang duduk di hadapanku yang meng-aduh kesakitan. "Bagaimana dengan penyelidikanmu mengenai wanita berengsek itu?" tanyaku kepada Fajri. Saat ini aku begitu tidak sudi mengucapkan namanya.

Fajri berjalan maju menghampiriku, menyerahkan file bermap kuning ditangannya. Aku meraih file yang ia serahkan dan langsung membukanya. "Itu beberapa berkas yang dapat aku temukan mengenai keluarga Windler," ucapnya saat aku membaca laporannya, "keluarga Windler telah menandatangani beberapa proyek kerja dengan perusahaan PT.A&A lima tahun belakangan ini. Menurut sumber pemimpin muda perusahaan tersebut melakukan pernikahan bisnis dengan salah satu keluarga Windler, dan besar kemungkinan perusahaan tersebut ikut andil dalam keuntungan yang menjadi isu belakangan ini. Mengenai nona Jessica, anak buah saya berhasil mengikutinya dan mendapati mobil tersebut terparkir di pelabuhan siang tadi, ia naik ke kapal pengiriman sore ini menuju Kalimantan."

Aku mengangguk memahami setiap informasi yang diberikan Fajri kepadaku. Aku menutup file pemberian Fajri untuk terus memantau perusahan tersebut maupun wanita brengsek itu. Sebelum Fajri meninggalkan ruangan sebuah video terkirim di ponselku, disana tampak seorang wanita yang sedang terikat dan menunduk dalam remangnya cahaya. Aku mencoba menyipitkan mataku untuk melihatnya dengan seksama. Pakaian wanita itu sama, sama dengan pakaian Chika kemarin saat ia menghilang. Sudut pengambilan video itu berubah dan menampakan wajah wanita yang kucintai. Wajah Chika yang sedang menangis dalam diamnya dengan mulut tertutup. Seketika dadaku terasa sakit menatap sosoknya.

Aku ingin membunuhnya. Aku ingin membunuh wanita brengsek itu.

"Lupakan perintahku barusan," kataku kepada Fajri, "siapkan sebuah kapal dan lacak koordinat sinyal dari pesan yang barusan masuk ke ponselku." Aku menunjukkan pesan Jessica kepada Fajri dimana ia berdiri di belakang Dimas yang masih ada di ruangan. Mereka berdua menonton video itu bersamaan dengan wajah tak percaya, sama sepertiku. Fajri mengangguk dan mengambil ponselku.

"Bukankah Helikopter lebih cepat daripada kapal?" ujar Dimas sesaat Fajri keluar ruangan. Aku menatapnya sambil mencerna perkatannya, "kamu tahu papa Noval memiliki Helikopter pribadi, aku bisa memintanya untuk meminjamkannya, tapi dengan satu syarat."

Aku menatap lurus ke arahnya yang terlihat begitu serius.

"Aku ikut denganmu menyelamatkan istrimu, karena aku ada urusan dengan Jessica yang telah mengelabuiku." Dimas memberiku pandangan jujurnya yang sangat aku kenal.

"Kalau begitu jangan membuang waktu lagi," jawabku menyetujui persyaratannya.

Aku menatap kosong ke arah jendela heli yang hanya menampakan kegelapan dan binaran lampu dari gedung tinggi di Jakarta. Perasaan cemas pun tak luput dari diriku saat ini sembari berharap semua akan baik-baik saja. Aku mencoba membuat banyak skenario dalam pikiranku apa yang harus aku lakukan nanti atau apa yang akan terjadi nantinya. Seperti ajaran kakek dimana kita harus memiliki semua skenario dalam otak kita dalam saat genting, menguntungkan atau saat terburuk dimana itu bisa membantu mempersiapkan mental dalam menghadapi segala masalah.

Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang