Tujuh Belas (Re-Write)

21K 1K 18
                                    

ALERT!! Writer's Block dan Flu yang menyerang tanpa diinginkan membuat lama publishnya. Maaf sebelumnya karena bagian ini sempat di Publish dan di UN-Publish, Cerita saya TULIS ULANG. Mohon abaikan update sebelumnya. Kemarin kena efek obat, sehingga cerita tidak maksimal.

Selamat membaca~

K.S.

###


Ia menggeliat dalam tidurnya, sesuatu yang hangat berhembus menerpa belakang lehernya. Kartika mengerjapkan matanya berkali-kali berusaha melihat sekelilingnya yang gelap. Matanya terbuka lebar saat melihat lengan besar yang hangat di hadapnnya, mungkin lebih tepatnya ia menindih lengan besar itu. Ia menggerakan tubuhnya sedikit yang membuatnya merasakan sentuhan hangat di puncak dadanya yang tanpa bra. Ia melihat badannya sendiri, ada sebuah lengan lain yang saat ini menyusup ke dalam baju tidurnya dan mencangkup salah satu dadanya tanpa bergerak. Mulai menyadari situasinya, Kartika mengeluarkan lengan itu dari dalam bajunya dan mencoba duduk.

Ia menoleh ke belakang dan mendapati seseorang, yang tak lain Leonardo Kandou, yang mengaku sebagai kak Surya, membelinya dan menikahinya, kini tertidur pulas di sampingnya. Wajah tidurnya terlihat begitu tampan bagai malaikat, Kartika mendekatkan tubuhnya untuk mengamati dengan seksama dalam kegelapan. Rahangnya terlihat begitu tegas, mulutnya seksi dan alisnya tebal, sama seperti yang ia ingat. Dia terlihat seperti kak Surya.

Dia bukan kak Surya. Kak Surya tidak akan membelimu, suara di kepalanya memperingatinya. Kartika pun menjauhkan dirinya, menampar wajah pria itu dan memeluk tubuhnya erat.

Leo mengerjapkan matanya sejenak saat merasakan tamparan yang dikenalnya mendarat di pipinya.

"Apa yang kamu lakukan padaku? Kenapa aku ada disini?" tanya Kartika disaat Leo membuka mata dan melihatnya.

"Shit, Chika! Ini masih pagi," omel Leo setelah melirik jam di atas nakas di belakang Kartika.

"Apa yang kamu lakukan padaku? Kenapa aku disini?" ulang Kartika dengan memberikan tatapan marah karena dia bangun di tempat asing dan di sampingnya yang tanpa atasan.

"Tentu saja aku tidur, sayang." Panggilan yang diberikan Leo pada Kartika, berhasil membuatnya bergidik ketika mendengarnya. Melihat ekspresi wajah Kartika, Leo menarik lengan Kartika hingga ia tertidur kembali dalam pelukannya.

"Jangan lupa kamu sekarang adalah istriku, jadi kamu harus menemaniku tidur." Kartika melebarkan matanya mendengar ucapan Leo yang benar. Ia sekarang istrinya tapi masih belum bisa menerima status barunya.

Leo mengecup pelan bibir Kartika disaat ia tenggelam dalam pikirannya. Kecupan hangat yang diterimanya bagaikan sengatan hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Ia tidak bergerak ketika Leo mendekapnya erat ke dalam dadanya yang keras karena otot. Kecupan lembut di ubun-ubunnya memberikan sensasi sendiri yang membuatnya kembali terlelap dalam dekapan hangat yang ia rindukan.

"Chika... Chika..." panggilan yang sangat familiar terdengar berat di telinganya, hembusan napas mengenai pipinya. Kecupan singkat terasa di bibirnya.

"Sudah pagi. Cepat bangun, mandi dan sarapan" ucap suara itu kembali. Kartika menggeliatkan tubuhnya meraih apapun di dekatnya untuk di peluk.

"Lima menit lagi," jawab Kartika yang saat ini memeluk erat tubuh Leo yang berbaring di pinggir kasur. Kaki Kartika mengait pinggul Leo sehingga tubuh mereka berdekatan, ia juga menenggelamkan wajahnya kepada dada Leo. Aroma white mask tercium hidungnya.

Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang