Tujuh

28.6K 1.1K 15
                                    

Karena ide sedang mengalir deras, sampai lupa engan kerjaan. hahahaha
selamat membaca , kali ini saya menggunakan POV 3

K.S.

###


Tumpukan berkas menjulang tinggi di atas meja, jam sudah menunjukan pukul lima sore lebih tiga puluh menit dimana semua rekan kerjanya sudah menghilang secepat kilat kembali ke rumah atau nongkrong. Sedangkan dia masih sibuk dengan pekerjaannya yang tak kunjung selesai. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi dan mengangkat tinggi-tinggi tangannya sehingga otot kakunya ikut tertarik. Tanpa sepengetahuannya, sebuah tangan lembut menutup kedua matanya dari belakang.

"Coba tebak!" Suara renyah yang dikenalnya terdengar dari belakang. Ia pun mendesah panjang akan permainan tebakan yang dianggapnya kekanak-kanakan.

"Sudah pasti Crystal," jawabnya dengan malas. Crystal pun melepaskan tangannya dan berdiri di sampingnya sembari menyandarkan tubuh di atas meja dengan bertumpu pada lengannya.

"Ah, Kartika gak seru!" Crystal mulai merajuk dengan memajukan mulutnya. Kartika hanya tersenyum menatap sahabatnya. "Ayo pulang!" Ajaknya.

"Pulanglah dulu, pekerjaanku masih banyak," jawab Kartika sambil menunjuk tumpukan kertas di mejanya. Crystal duduk di atas meja dan melihat satu-satu kertas di meja kerjanya.

"Apa-apaan ini? Ini bukan tugasmu?" ujarnya kesal, "ini pekerjaan si lampir Desi mencatat semua hasil rapat siang ini. Kenapa kamu mau menerimanya?" Crystal menaruh kembali dengan kasar tumpukan kertas itu dan mesin recorder mini di sampingnya.

"Apa aku harus menolaknya dan membiarkannya melaporkanku karena tidak mengerjakan tugas? Aku masih baru disini." Kartika menjawab dengan pasrah, mengingat posisinya sebagai pegawai baru yang masih melakukan training, dimana dia masih belum bisa berkata 'tidak' dan hanya bisa menjawab 'iya.'

Crystal menatap sedih sahabatnya dan mengelus lembut rambutnya yang agak berantakan, " Aku temani?"

"Tidak usah. Kamu pulang dulu saja, sebentar lagi ini selesai," Kartika menatap lurus ke Crystal untuk meyakinkannya, "kamu tidak ingin membuat ayang Rekka khawatir karena kamu masih di kantor belum kembali sampai malam, bukan? Lagi pula kalau kamu tidak pulang duluan, siapa yang bisa aku andalkan membelikan ketropaknya bang Udin. Kamu tau kan dalam sekejap ketoprak faforitku sudah habis masuk ke perut orang-orang."

"Baiklah, aku kembali duluan. Kamu juga jangan kemalaman. Kalau sampai jam sembilan kamu belum balik, aku akan menyeretmu pulang!" ancam Crystal kepada Kartika. Kartika hanya bisa mengangguk dan mengantarkan sahabatnya sekaligus teman se-kontrakannya sampai ruangan sekertaris tempatnya berada.

Setelahnya, ia kembali pada meja kerjanya dan tenggelam dalam pekerjaannya. Tanpa terasa dua jam telah berlalu, jika bukan karena pesan dari Crystal yang masuk ke poselnya, ia pasti masih tenggelam dalam kerjaannya. Kartika membuka ponselnya dan melihat foto makanan pesanannya yang berhasil di beli Crystal dengan senyuman suminggrah dan caption 'Sang ketropak menanti pemangsanya.' Ia pun tersenyum geli menatap layar datar ponselnya.

Puas tertawa, Kartika melirik jam di meja kerjanya, merapikan semua berkas, file-file yang ia kerjakan dan barang bawannya. Ia pun beranjak dari kursinya dan mematikan semua lampu di seluruh ruangan yang hanya dia seorang tersisa di dalam. Kartika berjalan menuju lift sembari memijat pelan tengkuknya yang terasa kaku. Tak berapa lama pintu terbuka, ia pun masuk ke dalam dan menekan tombol tujuannya. Sambil menunggu, ia menyandarkan kepalanya yang terasa berat dan sesekali menguap lebar karena rasa capek yang menyerang dirinya.

Sesaat ia memejamkan mata, suara musik keras terdengar. Dua orang masuk ke dalam lift dengan aroma alkohol menyengat dari salah satunya yang mencoba menyapa. Kartika terdiam di tempatnya tanpa membalas sapaan lelaki di depannya.

Her Sweet Breath ✔ ( TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang