Arion masuk ke dalam mobil dengan gusar. Pertanyaan Sena tadi begitu mengusiknya. Belum lagi tentang perasaannya ketika membicarakan Rein tadi. Topik mengenai Rein akhir-akhir ini selalu membuatnya sakit kepala. Gadis itu juga belakangan ini semakin membuatnya repot.
Setelah menarik napas dalam-dalam ia menghidupkan mesin mobil. Baru saja ia hendak melajukan mobilnya, ponselnya kembali berbunyi. Arion berdecak. Ia melihat nama Pak Tomo, supir yang ia tugaskan untuk mengantar jemput Rein, muncul di layar.
"Ya, Pak Tomo?" Arion mengerang kesal ketika mendengar perkataan Pak Tomo di seberang telepon. "Oke, Pak. Bapak pulang saja. Saya yang akan jemput Rein. Terimakasih ya, Pak." Arion memutus sambungan panggilan tersebut dan dengan kesal melempar ponselnya ke dasbor.
Sialan, Rein. Gadis itu lagi-lagi mangkir dari kuliahnya.
Telepon dari Pak Tomo barusan memberitahunya bahwa Rein tidak juga muncul padahal jam kuliah gadis itu telah selesai. Kemungkinan gadis itu kabur pada saat jam mata kuliah keduanya. Dan supirnya itu juga memberitahunya tentang kemungkinan Rein pergi ke jumpa penggemar penyanyi idolanya di pusat perbelanjaan yang untung saja letaknya tidak jauh dari kantor Arion ini.
Sekali lagi ditariknya napas dalam-dalam untuk meredakan amarah yang mulai merasuk dalam dirinya. Ia tidak ingin mengendarai mobil dalam keadaan pikiran yang emosi. Bisa-bisa dia lengah dan malah membahayakan nyawanya sendiri. Lebih baik dia menenangkan dirinya dulu.
Setelah yakin amarahnya sudah mulai mereda, dia mulai melajukan mobilnya menuju pusat perbelanjaan tempat jumpa penggemar yang didatangi oleh Rein diadakan. Karena sekarang sudah memasuki jam makan siang, jalanan cukup macet membuat perjalanan Arion yang seharusnya bisa sampai dalam waktu setengah jam, molor hingga satu jam.
Beruntungnya lagi, banyak tempat parkir yang kosong sehingga Arion tidak perlu lama-lama mencari tempat parkir. Arion segera turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk. Tepat di depan pintu masuk, terdapat banner jumpa penggemar yang Rein datangi. Baguslah, jadi Arion tidak harus menyusuri setiap sudut pusat perbelanjaan ini untuk mencari gadis itu.
Arion bergegas menuju eskalator. Dalam benaknya sudah terpikirkan apa yang akan ia lakukan ketika berhasil menemukan Rein. Ia sampai di lantai dua. Matanya mengedar ke setiap sudut, mencari letak restoran tempat diadakan jumpa penggemar tadi. Dan tepat sekali. Mata Arion langsung tertuju pada Rein yang baru saja keluar dari salah satu restoran. Tangannya penuh dengan barang bawaan. Dari gelas minuman hingga balon yang sepertinya ia dapatkan dari acara jumpa penggemar itu.
Arion hanya diam di tempatnya. Tidak berniat menghampiri gadis itu karena Rein sendiri sedang berjalan ke arahnya. Ketika jarak di antara mereka sudah dekat, Arion melangkah dan hal itu seketika membuat Rein yang tidak menyadari keberadaan Arion, menghentikan langkahnya. Kepalanya mendongak dan wajahnya memucat. Gadis itu terlihat begitu terkejut hingga menjatuhkan seluruh barang bawaannya.
"Pulang," desis Arion tajam dan langsung berbalik meninggalkan Rein yang masih terpaku.
.........
.........
Arion menghentikan mobilnya di jalanan yang cukup sepi. Emosinya kembali naik membuatnya memilih meminggirkan kendaraannya daripada membuat nyawanya melayang. Pria itu keluar dari mobil, tidak mempedulikan Rein yang masih tertunduk ketakutan.
Tidak ingin membuat Arion lebih marah lagi, gadis itu menyusul keluar. Ia mendekati Arion yang berdiri memunggunginya. Punggung pria itu terlihat tegang, dan Rein tahu amarah pria itu sudah siap untuk meledak. Dan benar saja. Tepat ketika Rein sampai di belakang Arion, pria itu langsung berbalik.
"Kamu pikir apa yang kamu lakuin, Rein?" semburnya langsung. "Mangkir lagi dari kuliah kamu dan lebih memilih datang ke acara nggak penting kayak gitu. Otak bodoh kamu itu di mana?"
Rein hanya bisa tertunduk. Tangannya yang gemetar perlahan memilin bajunya yang basah akibat minumannya yang tumpah tadi.
"Mas capek kalau kamu kayak gini terus. Mau kamu apa sih?" Nada suara Arion meninggi membuat Rein semakin ketakutan.
Dan tak lama kemudian terdengar suara isakan. Arion berhenti bicara. Napasnya tersengal. Ia mengusap wajahnya berulang kali lalu mengerang keras. Ia kesal sekali dan ingin melampiaskannya. Isakan Rein semakin mengeras. Gadis itu terduduk di trotoar dengan wajah bersembunyi di balik lutut.
Arion menarik napas dalam-dalam. Perlahan dia berjongkok di depan Rein. Dirapikannya rambut gadis itu yang terjuntai hingga menutupi wajahnya. Ia menarik tangan gadis itu, mengajaknya berdiri. Kepalanya masih tertunduk membuat Arion memaksanya untuk mengangkat wajahnya dan melihat wajah Rein yang terlihat lengket karena airmata.
"Mas minta maaf, oke?" Dihapusnya airmata gadis itu. Tatapannya kemudian tanpa sengaja turun ke baju Rein yang terlihat basah dengan noda kemerahan di sana. Kembali pria itu menghela napas panjang membuat Rein kembali terisak. Helaan napas Arion terdengar mengerikan di telinga gadis itu.
"Udah, berhenti nangisnya," bujuk Arion. Ia mengusap pundak gadis itu sambil matanya menatap sekeliling hingga tertuju pada sebuah bangunan dua tingkat yang terlihat sepi. Sekali lagi ditatapnya Rein yang tangisnya mulai mereda. "Ayo, kamu mesti ganti baju." Ia menarik tangan gadis itu dan berjalan menuju bangunan tadi.
o000o
KAMU SEDANG MEMBACA
14 Days
RomanceBagi Rein, Arion terlalu sulit untuk digapai. Hingga sekuat apapun Rein berlari untuk menggapainya, Rein tidak akan bisa meraih pria itu. Karena ketika Rein berlari, maka saat itu pula Arion akan berlari. /// Rein dan Arion saling mengenal sejak kec...