Keesokan paginya rumah Arion ramai oleh anak buah Alex dan kedatangan keluarga Arion. Sepasang suami istri yaitu Devan Mandala dan Wanda Mandala keluar dari mobil disusul oleh putri sulung mereka, Nadya Putri Mandala bersama suaminya, Henry Bachtiar.
Mereka bertiga masuk ke dalam dan tidak menemukan keberadaan Arion. Di ruang tengah hanya ada Sena yang duduk dengan tatapan kosong. Seolah menyadari kedatangan keluarga Arion, pria itu menoleh dan segera berdiri dari duduknya. Dia menyalami Om dan Tantenya itu.
"Mana Arion, Sen?" tanya Nadya langsung. Wanita itu sangat khawatir dengan keadaan Arion.
"Arion? Dia di kamarnya, Mbak," jawab Sena datar.
Nadya tidak mempedulikan nada datar Sena dan beralih menatap Devan dan Wanda. "Mam, Pap, Nads mau lihat keadaan Arion dulu," pamitnya yang langsung diangguki oleh sepasang suami istri itu. "Sayang, aku ke kamar Are dulu," ujarnya pada Henry.
Nadya berjalan menaiki tangga menuju lantai dua hingga sampai di depan pintu kamar Arion. Dia mengetuk pintu dan mengernyit ketika tidak mendengar sahutan dari dalam kamar. Sekali lagi diketuknya pintu itu. Lagi-lagi tidak ada jawaban membuatnya langsung membuka pintu dan terkejut ketika mendapati pintu itu tidak terkunci.
Nadya melongokkan kepalanya dan merasa bingung saat merasakan suasana sepi kamar itu. Dibukanya pintu itu lebih lebar dan melangkah masuk. Tempat tidur yang terdapat di tengah-tengah ruangan itu terlihat rapi seolah tidak ditempati sejak semalam. Dia menuju kamar mandi dan kembali tidak menemukan Arion di sana.
Nadya seketika panik. Dia berjalan cepat keluar kamar. Langkahnya terhenti ketika matanya tidak sengaja melirik pintu yang letaknya berseberangan dengan kamar Arion. Pintu itu tidak sepenuhnya tertutup membuat Nadya tertarik untuk mengecek. Nadya mengintip di sela pintu yang terbuka dan mendapati pemandangan kamar yang feminim. Dia melangkah masuk dan tertegun mendapati sosok bertubuh tinggi yang terbaring di tempat tidur.
Nadya berjalan cepat mendekati tempat tidur dan menghela napas lega melihat Arion di sana. Wanita itu duduk di pinggir tempat tidur, mengamati wajah adiknya yang pucat. Dia mengulurkan tangannya menyentuh wajah Arion. Pria itu menggeliat merasakan sentuhan di wajahnya, tapi tidak sampai membuatnya terbangun.
Tapi tiba-tiba setitik airmata mengalir dari sudut mata Arion, membuat Nadya ingin menangis. Arion pasti sedih sekali, batinnya.
"Rein," lirih Arion. Tangannya memeluk erat guling.
Nadya mendekatkan wajahnya. Tangannya mengusap lembut wajah adiknya lalu berbisik, "Are, bangun."
Mata Arion perlahan terbuka. Pria itu mengerjapkan matanya berulang kali. "Mbak," gumamnya dengan suara serak. Dia terdiam sejenak memandang kakaknya yang balas memandangnya dengan sedih. Dan tiba-tiba pertahanan Arion runtuh. Pria itu terisak keras, bahkan meraung.
"Mbak, aku mesti gimana?" isaknya. Nadya memeluk Arion. "Aku nggak bisa jaga Rein. Dia diculik dan aku nggak tau apa yang harus aku lakuin. Gi-gimana kalau Rein kenapa-napa? Are mesti gimana, Mbak?"
..............................
Keluarga Rein datang ketika hari menjelang siang. Anthony Adrianne yang sedang sibuk dengan bisnisnya di luar negeri langsung bergegas kembali ke Indonesia saat mendapat kabar penculikan yang dialami putri kesayangannya. Denna Adrianne bahkan sempat pingsan setelah mendengar kabar tersebut, yang untungnya tidak berdampak buruk pada kesehatan wanita paruh baya itu.
Derry Adrianne—anak kedua keluarga Adrianne, juga langsung meninggalkan kuliahnya di Amerika. Pria itu kini menjalani semester akhir di MIT.
"Gimana bisa Rein diculik?" Suara Anthony Adrianne terdengar mengerikan memenuhi pendengaran setiap orang yang ada di ruang tengah. "Arion?" panggil pria berusia 63 tahun itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
14 Days
RomanceBagi Rein, Arion terlalu sulit untuk digapai. Hingga sekuat apapun Rein berlari untuk menggapainya, Rein tidak akan bisa meraih pria itu. Karena ketika Rein berlari, maka saat itu pula Arion akan berlari. /// Rein dan Arion saling mengenal sejak kec...