♡First Flower♡

877 63 5
                                    

Saat aku sampai dirumah, aku langsung disambut oleh kakak laki-lakiku yang saat ini tengah menyiram bunga-bunga ditoko, ya keluargaku adalah penjual bunga walau sekarang yang meneruskannya adalah kakak tertuaku karena kedua orangtuaku sendiri sudah meninggal dalam suatu insiden.

"Selamat datang Hanachan, bagaimana disekolah?." Tanya kakakku tersenyum manis padaku.

"Seperti biasa, tak ada yang special, hari ini kakak mau kuliah?."

"Iya, tolong jaga tokonya ya." Jawab kakaku melepas celemeknya dan memberikannya padaku.

"Emm, nanti kalau pulang bawakan aku cake."

"Iya-iya, sudah ya oniichan pergi dulu."

Dan dengan begitu dia pergi meninggalkanku sendirian disana, soalnya kami memutuskan tak memakai karyawan ditoko untuk menghemat biaya, walau ada dua karyawan yang bertugas sebagai pengantar pesanan juga terkadang menjaga toko, jadilah aku yang menjaga toko ini sendirian. Tapi aku senang-senang saja, karena dengan begini aku bisa lebih tenang dan tak perlu khawatir akan bullyan disekitarku.

Aku memutuskan mengambil beberapa kertas khusus untuk membuat bunga, lalu mulai merangkainya menjadi beberapa kuntum bunga tulip dan lain sebagainya. Entah kenapa aku jadi kepikiran soal pemuda yang menolongku waktu itu, aku tak bisa menghilangkan raut wajahnya dari pikiranku, apalagi matanya yang sebiru lautan.

"Aku bahkan tak sempat menanyakan namanya." Gumamku menghela nafas kecewa, tanpa sadar aku sudah membuat 20 bunga mawar berwarna biru, he-heee gara-gara membayangkan pemuda itu aku jadi tak sadar sudah membuat mawar berwarna biru seperti matanya, aish kenapa aku jadi gak fokus begini ya.

Klinting...

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?." Ucapku tersenyum manis pada pelanggan dan aku cukup terkejut mendapati seorang pria yang sudah lama sekali tidak aku lihat berkunjung di tokoku.

"Jii-san?, wah sudah lama sekali tidak bertemu denganmu." Ya beliau merupakan pelanggan setia dari toko kami, karena dia biasanya membeli bunga mawar dalam jumlah yang tak sedikit katanya sih untuk majikannya yang seorang pesulap.

"Ah Hanachan, sudah lama juga tidak bertemu denganmu, kamu sudah besar ya, bagaimana keadaanmu?."

"Emm sangat baik, umurku sekarang 16th dan sudah kelas 2 SMA loh."

"Eh benarkah?, wah aku merasa tua sekarang, padahal terakhir kali aku bertemu denganmu saat Hanachan masih SD."

"Hehehehe, oh ya Jii-san kesini mau beli apa?, ah biar aku tebak 200 tangkai mawar merah seperti biasa?."

"Iya, kamu masih ingat rupanya." Jawab Jii-san sambil terkekeh.

"Hehehe mana mungkin aku lupa, apa Touichi-san yang memintanya?, sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya." Tanyaku sambil memilih bunga mawar merah yang masih segar.

Ah catatan, aku pernah bertemu dengan tuan dari Jii-san bernama Kuroba Touichi, seorang pesulap terkenal di Jepang. Beliau sendiri pernah berkunjung kesini membeli bunga mawar untuk istrinya dan meminta ibuku yang merangkaikannya, aku pernah dengar dari ibu kalau Touchi-san dan istrinya adalah teman ibu sejak SMP, sementara ayah kenal mereka saat menginjak bangku kuliah. Entah kenapa mendengar pertanyaanku barusan membuat Jii-san terdiam.

"Hanachan tidak tau ya kalau Touichi-sama sudah meninggal." Aku melebarkan mataku menatap syok pada Jii-san, apa tadi yang dia bilang?.

"Touichi-san sudah meninggal?, ka-kapan?."

"8 tahun yang lalu." Jawabnya, wajar kalau aku tak tau, soalnya 8 tahun yang lalu aku berada di Inggris dan baru kembali saat aku menginjak bangku SMP kelas 3.

The FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang