♡Kiss♡

498 46 2
                                    

Aku membuka mataku dan menatap sekeliling, ruangan serbah putih?, sepertinya aku dikamar pasien. Tapi kenapa mereka meletakanku disini bukannya diruangan khusus?, bukankah aku terkena virus ya?.

“Kamu sudah bangun.” Ucap seorang pria bersurai hitam dengan kacamata dan memakai pakaian dokter mendekat padaku sambil tersenyum.

“Sensei, apa yang terjadi padaku?.” Tanyaku dengan pandangan lemah begitu dokter tersebut duduk disampingku.

“Kamu mengalami anemia, itu sebabnya wajahmu sangat pucat.”

“Eh tapi bukankah aku terkena virus, maksudku ruam dileherku itu.”

“Itu bukan karena virus, ruam dilehermu adalah reaksi akibat terkena cairan cat pernis.”

“Cat pernis?.”

“Ya cat yang biasa dipakai oleh para pelukis, lalu untuk gejala lainnya itu akibat kamu kena anemia.” Jelas dokter membuatku menghela nafas lega, setidaknya aku tak sampai kena virus yang mematikan.

“Jadi artinya virus itu tidak pernah ada?.” Ucapku memasang pose berpikir.

“Kalau itu aku tidak tau, tapi aku sudah menelpon kakakmu dan dia bilang kalau akan mengunjungimu nanti, sebaiknya kamu istirahat.” Ucap dokter mengelus suraiku sebelum keluar dari kamar.

Mungkin sebaiknya aku menelpon kakak sebelum dia khawatir nanti. Segera saja aku menelpon kakak dan beruntung dia sedang istirahat, kakak nampak panik saat aku menceritakan semuanya dan bilang kalau dia akan datang besok karena saat ini jalanan sangat ramai juga terjadi mancet dimana-mana.

Aoi sendiri mengatakan kalau dia baik-baik saja, bahkan mereka berhasil menangkap penjahat juga komlotan mereka. Ternyata Fujioka-san beserta 2 kru yang mengaku dari stasiun TV merupakan kelompok kucing merah yang asli. Ran juga sempat menelponku dan bersyukur kalau aku baik-baik saja, walau ya ada sedikit nada kesal disana.

“Ada apa Ran-san, kamu kelihatannya kesal?.” Tanyaku penasaran.

“Huh bukan apa-apa, aku hanya kesal dengan Kid saja.” Jawabnya kembali dengan nada kesal.

“Kid-san?, memangnya kenapa?.”

“Dia tadi menipuku dengan berpura-pura menjadi Shinichi, menyebalkan banget kan.”

Aku hanya bisa sweetdrop mendengarnya, kalau dipikir-pikir wajah Kid memang sedikit mirip dengan Shinichi. Walau menurutku Shinichi masih lebih mirip dengan Kaito.

“Aku rasa dia tidak mau tertangkap oleh Ran-san, soalnya Ran-san kan bisa karate.”

“Iya juga sih, tapi dia tadi hampir menciumku.” Ucapnya dengan suara pelan tapi masih terdengar olehku yang langsung terdiam.

“Kid-san hampir…menciummu?.”

“Iya, bahkan dia juga merayuku, beruntung aku langsung menyadarinya, sepertinya dia hanya ingin bermain-main denganku, mana mungkin pencuri sepertinya punya perasaan pada wanita.” Komentar Ran masih dengan nada kesal, tapi aku hanya diam saja memikirkan perkataan Ran.

Selama ini Kid selalu saja merayuku bahkan sampai mencium keningku dan juga menenangkanku, bagaimana kalau itu semua hanya karena dia ingin bermain-main denganku?. Mungkin bagi Kid aku sama seperti gadis yang lain, rasanya dadaku sakit sekali.

“Hanachan hallo kamu masih disana?.” Tanya Ran membuatku tersadar dari lamunanku.

“Eh i-iya, Ran-san aku agak lelah jadi aku istirahat dulu.”

“Huh baiklah kalau begitu, istirahat yang cukup ya, selamat tidur.”

“Emm selamat tidur.” Jawabku sebelum aku menutup telponnya.

Aku hanya terdiam sambil menatap kosong pada langit-langit ruang rawatku.

“Pergilah kamu hanya pengganggu.”

“Mana mungkin ada yang menyukai gadis jelek sepertimu.”

“Aku tidak membutuhkanmu.”

“Himechan.” Aku langsung menoleh kesebelah kiri dimana sudah ada Kid sedang duduk disamping menatapku khawatir.

“Ki-Kid-san.”

“Ada apa kamu menangis?.” Tanya Kid sambil menghapus airmata diwajahku.

“Kecantikanmu bisa luntur jika kamu menangis seperti itu.” Lanjutnya yang hanya aku tanggapi dengan tundukan kepala.

“Kenapa?.”

“Huh.”

“Kenapa kamu perhatian padaku?, apa karena Kid-san kasihan padaku?.” Tanyaku tanpa melihat padanya.

“Aku tidak mengerti maksudmu himechan.”

“Aku yakin kalau Kid-san mengerti, Kid-san menganggapku sama seperti wanita lain yang merupakan penggemarmu, Kid-san hanya ingin bermain-main denganku kan?.”

“Himechan.” Panggil Kid sambil mencengkram lengaku membuatku menatap padanya.

“Kenapa kamu berpikir seperti itu?, aku melakukannya karena aku peduli dengan himechan, aku tidak pernah bermaksud mempermainkanmu.” Jawabnya menatapku dengan wajah serius.

“Be-benarkah?, tapi Kid-san tadi hampir mencium Ran-san.” Ucapku membuatnya terkejut sebelum akhirnya tersenyum dan memelukku.

“Apa kamu cemburu himechan?.” Tanya Kid, ah sial dia berhasil membuat wajahku memerah.

“A-aku tidak-.”

“Jangan berbohong, lagipula sejak awal aku tidak bermaksud mencium Ran-san walau ya aku tidak masalah kalau dia menciumku.” Jawabnya sambil terkekeh yang malah membuatku kesal.

“Tapi aku lebih mengharapkan ciuman darimu himechan.” Lanjutnya sambil mengangkat kepalaku dan mendekatkan wajahnya.

Aku ingin menghindar tapi entah kenapa tubuhku mengatakan sebaliknya. Lama kelamaan wajah Kid semakin dekat hingga akhirnya bibir kami saling bersentuhan. Ya Kid menciumku dan bodohnya aku membalas ciumannya, rasanya manis dan lembut, aku tak bisa mendekripsikannya yang pasti sangat menakjubkan.

“Ne himechan aku menyukaimu.” Bisiknya membuatku sempat melebarkan mataku sebelum dia mencium keningku.

“Kalau begitu aku pergi dulu.” Dan dengan begitu dia menghilang dari hadapanku meninggalkanku sendirian dengan wajah memerah.

*Normal Pov*

Kid yang baru saja keluar dari ruangan Hana saat ini sedang berdiri disalah satu gedung tak jauh dari rumah sakit. Jantungnya berdetak dengan cepat bahkan wajahnya memerah sampai dia harus menutupi dengan topi miliknya. Dia tak habis pikir kenapa dia mencium Hana dan menyatakan cinta padanya.

‘Ukh Kaito kamu bodoh, dia pasti sekarang membencimu.’ Rutuk Kid sambil menjedotkan kepalanya ketembok dengan frustasi.

‘Tapi harus aku akui kalau bibir Hanachan begitu lembut, bahkan aku mencium wangi bunga dari tubuhnya yang selalu bisa menenangkanku.’ Batinnya kali ini sambil melihat bulan yang bersinar didepannya.

Entah kenapa dia mengingat kata-kata Hana soal dirinya yang ingin mempermainkan Hana. Ya dia memang sering menggoda para gadis, tapi untuk Hana dia mengatakannya dari lupuk hati yang paling dalam, dia tidak berbohong kalau Hana memang gadis yang cantik, hanya orang bodoh yang tidak bisa melihat kecantikan Hana. Itulah sebabnya dia marah waktu Hana mengatakan hal itu padanya.

“Aku benar-benar menyukainya, dan akan aku buktikan bukan hanya sebagai Kid tapi juga sebagai Kaito.”

The FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang