♡First Talk♡

703 66 1
                                    

Bel pertanda istirahat baru saja berbunyi, aku memutuskan untuk makan siang diluar mengingat didalam terlalu berisik, juga aku ingin mencoba membuat bunga Lily. Tapi lagi-lagi siswi yang waktu itu kembali menabrakku dan kali ini berhasil menjatuhkan kotak makan siang beserta tas kertas yang berisi bahan-bahan membuat bunga hingga isinya berhamburan ditanah.

"Ah kamu lagi gadis cupu, kenapa kamu selalu saja menghalangi jalanku-huh." Pandangan siswi itu beralih pada barang-barang yang berserakan dilantai.

Seketikah dia dan teman-temannya menginjak-nginjak bahan-bahannya dan merusak semuanya tanpa bisa dicegah.

"A-aku mohon hentikan."

"Hee ini hukuman untukmu karena sudah menabrakku."

Aku berusaha untuk mencegahnya tapi dia malah mendorongku hingga tubuhku jatuh dan kacamataku lepas terlempar didekatnya. Tanpa segan-segan dia menginjak kacamataku lalu mendekat kearahku.

"Dengar ya jelek, kamu hanya merusak pemadangan disini, jadi sebaiknya kamu pergi."

"Benarkah?, bukankah gadis sepertimu yang malah merusak pemandangan disini." Ucap seseorang dibelakangku yang ternyata berasal dari pemuda kemarin yang menolongku, dia nampak menatap tajam pada siswi itu beserta teman-temannya.

"Ka-Kaito-kun?."

"Ne seharusnya kamu tidak membully gadis sepertinya, apalagi dia tak melakukan kesalahan apapun padamu, jadi jika kamu tak keberatan bisakah kalian pergi sebelum aku memanggil guru untuk menghukum kalian." Ancam pemuda itu yang sepertinya berhasil membuat para siswi ketakutan lalu pergi begitu saja meninggalkan kami berdua, walau aku sempat melihat siswi tadi menatap tajam padaku seolah mengatakan 'kita belum selesai', ukh aku tak suka dengan tatapan itu.

"Kamu gak apa-apa kan?." Tanya pemuda itu menatap khawatir padaku, wajahnya terlalu dekat.

"Ti-tidak apa-apa, a-aku tidak apa-apa." Jawabku gugup dan mulai membereskan bahan-bahan milikku yang sudah rusak karena di injak-injak oleh para siswi tadi, sepertinya hari ini aku tak akan bisa membuat lily, pemuda itu juga nampak membantuku membereskannya.

"Lucu ya kita bertemu lagi dalam situasi seperti ini." Ucap pemuda itu terkekeh, membuat wajahku kembali memerah.

"Be-begitu kah?, ma-maaf kemarin aku lari begitu saja."

"Tidak masalah, tapi apa kamu yakin kamu baik-baik saja, lututmu berdarah loh." Ucap pemuda itu menatap pada lututku yang memang mengeluarkan darah, ah pasti gara-gara jatuh tadi.

"A-aku baik-baik saja, nanti aku akan minta plaster ke UKS." Jawabku gelagapan berharap dia tak terlalu mengkhawatirkanku.

"Kalau begitu biar aku yang mengantarmu." Tawar pemuda itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"Ti-tidak perlu, a-aku tidak ingin merepotkanmu."

"Tidak kok, justru aku tak tega melihat gadis secantik dirimu terluka, ah jangan-jangan kamu ingin aku menggendongmu?." Goda pemuda itu tersenyum menyeringai padaku.

"Ti-tidak usah." Jawabku sedikit berteriak dengan wajah yang sudah sangat merah, sadar kalau suaraku meninggi, aku segera menutup mulutku.

"Pftt hehehe kamu lucu sekali, kawaii." Ucapnya sambil tertawa kecil, tawanya begitu renyah (kek makanan) ditelingaku.

Pada akhirnya dia membantuku berdiri dan mengantarku keruang UKS yang jaraknya tak begitu jauh, tapi entah kenapa ruang UKS itu kosong, maksudku tak ada sensei disini yang berarti hanya ada aku dan pemuda itu. Entah ini suatu keberuntungan atau kesialan aku tak tau, hanya saja aku selalu deg-degan berada didekatnya. Pemuda itu segera mengambil kota P3K dan mengobati lukaku walau aku sudah menolaknya tapi dia tetap memaksa, jadi ya aku tak bisa membantahnya.

The FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang