Chapter 4 ✔

7.3K 420 21
                                    

o0o

"Sudah merasa lebih baik, Sak- ah, maksudku sensei?" tanya Sasuke sambil memegang pundak Sakura yang sudah terlihat lebih tenang dari sebelumnya.

Sakura menganguk sambil berguman, ia membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu yang mengganjal hatinya.
"Jangan panggil aku 'sensei', entah mengapa itu sangat menggelikan!" perintah Sakura dengan tatapan tidak sukanya.

"Aneh. Bukankah kau sendiri yang menyuruhku memanggilmu 'sensei'?" gerutu Sasuke, ia semakin tak mengerti apa yang diinginkan gadis di depannya ini. Tiba-tiba menangis,menyedihkan, lalu menyebalkan. Apa dia lagi PMS? pikirnya.

Sakura mengerucutkan bibirnya, dalam hati ia merutuki kebodohannya jika di depan Sasuke.

Sasuke yang melihat itu mengacak surai merah muda Sakura gemas, karena tingkah labil Sakura. Sekarang ia mempertanyakan, "Sebenarnya yang lebih tua itu dia atau Sakura sih?"

Sakura melepaskan tangan Sasuke dari pundaknya lalu menghapus bekas air matanya dengan tisu basah yang ia dapat dari tas bermereknya. Ia menatap Sasuke.
"Sudahlah. Antarkan saja aku pulang, sebentar lagi malam!"

Sasuke mengangguk lalu kembali melajukan mobilnya.

**

Ting Nong Ting Nong

"Selamat datang, Saku-"

"SIAPA YANG DATANG, AYAME?" teriakan seseorang memotong penyambutan Ayame. Untung saja pria itu adalah tuannya, jika tidak, sudah dipastikan kepala pemuda itu akan benjol akibat dibenturkan olehnya ke tembok. Pelayan durhaka.

Suara itu membuat Sakura tersenyum lebar. Ia tahu persis suara siapa itu, suara sosok yang sangat-sangat ia rindukan.
"Apa itu ...,"

"... KAKAK?!" Sakura berteriak girang seraya berlari dengan semangat jiwa muda ketika melihat seorang pemuda berwajah babyface sedang menuruni tangga.

Setelah merasa jaraknya dengan sang kakak sudah dekat, ia langsung menerjang kakaknya. Untung saja sang kakak sigap untuk menangkap adik kecilnya walau ia sedikit berjengit ke belakang karena keberatan.

"Adikku tersayang, apa kabar?" tanya pemuda itu sambil mengacak rambut Sakura, ketika Sakura sudah berada di pelukannya.

"Aku sangat baik, Kak. Kakak sendiri bagaimana?" Sakura mengeratkan pelukannya.

"Seperti yang kau lihat, aku juga sangat baik apalagi ketika melihat adikku yang cantik ini," jawab Sasori, Sakura terkekeh mendengarnya.

"Mengapa kau tak mengabariku tentang kedatanganmu? Aku 'kan bisa membuat penyambutan yang spesial untukmu," Sakura mendongak melihat kakaknya, seraya mengerucutkan bibir.

"Aku ingin membuat kejutan untuk adikku tersayang. Hei-hei, mengapa kau menangis, Sayang?" tanya pemuda itu kaget ketika melihat air mata menuruni pipi adik manisnya ini.

Sakura menghapus air matanya. Ia memandang Sasori kesal sambil bersedekap dada.
"Tentu saja karena aku sangat merindukanmu Kakak-bodoh!" Sakura memukul lengan Sasori pelan, Sasori tertawa geli.

"Ya, ya, ya, aku minta maaf. Hei, kau ini bukannya mempersilahkan tamu masuk malah membiarkannya di ambang pintu, dasar tak punya sopan santun!" Sasori menjitak kepala Sakura ketika melihat seorang pemuda masih berdiri di dekat pintu memandang mereka dengan senyuman tipis. Sedangkan Sakura meringis kesakitan karena mendapat jitakan maut dari kakaknya yang tampan itu.

"Hehe ... Maafkan aku, Sas, Aku terlalu senang jadi melupakanmu." Sakura berjalan kembali ke pintu tempat Sasuke berada.

"Kak, kenalkan dia adalah Uchiha Sasuke, dan Sas, dia adalah Kak Sasori, kakakku," ucap Sakura mengenalkan mereka berdua.

Between Hate and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang