Chapter 10 ✔

4.4K 287 26
                                    

o0o

"Sakura ... maukah kau menjadi kekasihku?"

Deg


**

"A-apa?" Mata Sakura membulat mendengar pertanyaan Sasuke. Ia tak pernah menyangka pemuda itu akan mengajaknya berpacaran—ah, ralat, maksudnya secepat ini.

Sasuke melepas satu tangannya dari tangan Sakura dan memberanikan diri untuk mengelus pipi gadis itu, ia menundukan kepalanya gugup,
"Seperti yang kubilang tadi, aku tahu ini terlalu cepat, tapi ...," Sasuke menggantung ucapannya lalu mengangkat kepalanya cepat dan tiba-tiba, ia menatap Sakura sungguh-sungguh, "aku menyukaimu, —ah, tidak, bahkan mencintaimu! Kau menarik semua atensiku padamu, kau benar-benar berbeda dari wanita lain yang pernah kutemui, bahkan kau sudah membuatku tertarik di saat kita pertama kali bertemu." Onyxnya tak mau lepas dari emerald Sakura

"Apa kau serius, Sasuke-kun?" Sakura masih menatap ragu Sasuke.

"Apa wajahku berkata bahwa aku sedang berbohong, Sakura?"

"Bukan itu maksudku. Kau ingat, kita baru beberapa minggu bertemu dan aku juga baru putus dari Gaara. Kau tak takut jika aku hanya akan menjadikanmu pelarian saja?"

Sasuke menggeleng cepat.
"Aku percaya kau tak akan lakukan itu padaku. Aku akan membuatmu melupakan Sabaku itu, dan aku akan membuatmu jatuh cinta padaku."

Sakura tersenyum lembut, mendengar penuturan Sasuke.
"Bisa beri aku waktu?"

Sasuke mengangguk. "Tentu Sakura, kau memiliki waktu untuk memikirkan itu baik-baik, aku memang tak memaksamu untuk menjawab sekarang. Yang terpenting, aku lega telah menyatakan perasaanku padamu." Sasuke tersenyum membalas senyuman Sakura. Setelah itu mengacak rambut gafis itu, "Kau bisa menjawabnya kapanpun kau mau," tambahnya. Pemuda itu berdiri lalu menarik tangan Sakura pelan, "Sebaiknya kau kuantar pulang, ini sudah hampir larut malam, keluargamu pasti khawatir."

Sakura mengangguk lalu menyejajarkan langkahnya dengan Sasuke.

**

Ini sudah pukul sebelas malam. Namun, Sakura belum juga bisa tidur, sejak tadi gadis bersurai merah muda itu hanya berguling ke sana-kemari di kasurnya tak nyaman, ia terus saja mengingat pernyataan cinta Sasuke yang tiba-tiba.

Lihatlah! bisa-bisa ia dikira orang gila karena terus tersenyum sendiri. Itu, sih, wajar saja, mengingat betapa lucunya ekspresi Sasuke saat menembak-nya tadi: wajah pria itu memerah, kadang menggaruk tengkuknya, dan saat menggenggam tangan Sakura, pria itu menundukan kepalanya gugup, bahkan Sakura sempat meringis tertahan karena Sasuke terlalu erat menggenggamnya.

Namun, di balik itu semua, tak bisa dipungkiri jantung gadis itu berdebar kencang, perutnya terasa dipenuhi kupu-kupu yang berterbangan, ia merasa melayang ketika tangan kekar Sasuke terasa pas di tangan kecilnya. Hal yang pernah gadis itu rasakan saat bersama Gaara.

Secepat inikah aku jatuh cinta (lagi), Tuhan?

Soal pertanyaan Sasuke agar menjadi pacarnya, Sakura sendiri bingung harus menjawab apa? Walaupun Sasuke bilang bahwa Sakura bisa memberikannya jawaban kapanpun saja, tetap saja ia tak enak menggantung pria itu, ia harus secepatnya memberikan-nya jawaban agar pria itu mendapatkan kepastian, dan hubungan mereka menjadi jelas.

Sayangnya jika boleh jujur, Sakura masih takut berpacaran lagi, ia takut terluka untuk tang kedua kalinya, ia tak mau jatuh di lubang yang sama, dibuang begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Kenangan kemarin saja masih terus menghantui, ia masih belum siap jika harus berakhir seperti yang lalu lagi. Ia trauma.

Between Hate and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang