Chapter 9 ✔

4.7K 308 29
                                    

o0o

Sakura memandang kosong langit-langit kamarnya, pikirannya berkecamuk pada kejadian kemarin siang, sungguh hal itu tak pernah terpikirkan olehnya. Dua tahun mereka berpacaran, tak sekalipun terselip kata putus di sela pertengkaran mereka. Namun, apa yang terjadi sekarang? Hanya karena masalah ringan dan bahkan tak bisa disebut sebagai sebuah "masalah" Gaara memutuskannya. Ini gila.

Benar kata Seijuro, ada yang ganjal dalam kasus percintaannya. Pasti ada yang disembunyikan Gaara.

Kurasa ia punya selingkuhan di Newyork sana."

Pendapat polos Sai memenuhi isi kepalanya, ditambah lagi perintah kakaknya untuk memutuskan Gaara karena melihat langsung Gaara berciuman dengan wanita lain semakin memperkuat pikiran negatifnya.

Bagaimana jika itu benar-benar Gaara?

Bagaimana jika Gaara benar-benar selingkuh?

Apa yang harus ia lakukan?

Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi otaknya. Namun, bagaimanapun juga, Gaara masih orang yang ia cintai, pria itu telah menempati isi hatinya sejak enam tahun yang lalu dan yang jelas ia yakin; butuh waktu yang panjang untuk move on dari pemuda bertato "ai" itu.

Sakura mengusap wajahnya kasar. Ia sadar, tak ada yang penting memikirkan orang seperti Gaara, tak akan ada gunanya, itu hanya akan memperkeruh suasana hatinya dan membuatnya jadi semakin sakit seperti ini. Pria itu telah membuangnya maka ia juga harus balik membuang semua hal yang ada hubungannya dengan mantannya itu. Ia tak mau terbayang-bayang lagi oleh perasaan cintanya. Ia yakin, Tuhan memiliki hal yang berkali-kali lebih indah dari semua ini karena ia tahu takdirnya sudah tertulis jelas saat ia belum dilahirkan.

Sakura mengambil telepon genggamnya dari atas meja yang tak jauh dari kasur queen size yang ia tiduri. Dibukanya galeri lalu ia menghapus satu persatu foto-foto manisnya bersama Gaara yang dulu selalu ia lihat ketika malam menjemput. Ini adalah awal yang baik untuk belajar melupakannya.

Telepon yang ia genggam tiba-tiba bergetar, terdapat pesan di akun line-nya yang dapat membuat senyum indah merekah di wajah cantiknya. Nama Sasuke terpampang obrolan paling atas. Pemuda itu memang sangat perhatian sampai-sampai menyuruhnya untuk segera makan malam. Hal yang Sakura bingung, mengapa Sasuke tahu ia belum makan malam, apa Sasuke penguntit? Ia mengutuk pikiran bodohnya.

"Tentu, terimakasih sudah mengingatkanku, Sasuke-kun." Sakura mengetik apa yang ia ucapkan lalu menekan tombol send di layar telepon.

Tak lama, benda itu kembali bergetar, terdapat pesan balasan dari Sasuke, berbentuk gumaman ambigu yang biasa pemuda raven itu ucapkan, Sakura tersenyum tipis lalu bangun dari tidurnya, ia akan makan malam sekarang.

Apa kalian ingin tahu apa yang terjadi siang tadi?

Jika iya. Maka jawabannya, Sakura mengusir Sasuke dan Sei untuk pergi meninggalkan rumahnya, ia tak tahan mendengar perdebatan bodoh mereka yang tak juga berhenti sampai disitu, bahkan ia sampai menyuruh satpam untuk membantunya menggeret  mereka untuk keluar.

"Kudengar kau pingsan, ya, Sayang?" Sakura menoleh ke ruang keluarga, ada ibu dan ayahnya di sana.

"Iya, Bu," jawab Sakura sambil terus menuruni tangga.

Between Hate and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang