Chapter 15 ✔

3.3K 266 21
                                    

o0o

"Apa yang mau kau bicarakan, Naruto?"

"Iya, Naruto-kun, kelihatannya saat di telepon tadi kau terdengar ingin sekali mengatakannya, ayo, katakanlah," bujuk Hinata, menyetujui perkataan Neji.

"Uhh, eum ...," Naruto menggaruk tengkuknya bingung, ia ragu memberitahukan semua ini kepada temannya. Ia tidak ingin membuka rahasia sahabatnya. Tapi, jika ini dibiarkan, Sasuke akan semakin berbuat semena-mena. Dan itu pasti membuat Sakura-sensei tambah tersakiti.

Shikamaru terlihat bosan, dengan setengah menguap, ia berkata, "jika tidak ada yang ingin kaubicarakan, lebih baik kami kembali ke dalam!"

Mereka semua mengangguk setuju.

"Baiklah, aku akan bicara!" jawab Naruto tegas lalu menatap Sai, Neji, dan Shikamaru bergantian, "maaf kawan, sepertinya ini waktu yang tepat," ucapnya lemah.

"Maksudmu?" tanya Sai bingung. Kenapa seolah-olah ini berhubungan dengan mereka?

Naruto memejamkan matanya, meyakinkan bahwa apa yang akan ia katakan benar-benar yang terbaik untuk semuanya. "Aku ingin memberitahu mereka," ia menunjuk Temari, Hinata, Ino dan Tenten, satu persatu, "tentang yang terjadi sebenarnya pada Sasuke dan Sakura-sensei,"


Mereka bertiga melotot kaget. Mengapa Naruto begitu tiba-tiba? Apa yang sebenarnya ada di pikiran si pirang bodoh itu? Seharusnya Naruto tidak perlu memberitahu para gadis karena itu bisa lebih menyakiti sensei-nya andaikan mereka memberitahu Sakura!

"Apa yang terjadi pada mereka?" tanya Ino penuh selidik.

Mereka bertiga saling lirik-melirik dan Sai mengangguk setuju seolah mereka telah berbicara lewat mata. Pria pucat itu merangkul pundak Naruto seraya memberikan senyum yang ia paksakan pada sang kekasih. "Tidak begitu penting, Sayang. Mereka hanya bertengkar kecil semalam hanya karena masalah yang sangat pribadi. Kupikir hal itu tidak perlu diumbar-umbar, itu adalah masalah mereka. Bukankah begitu, Naruto?" Ia menatap Naruto yang sedang menunduk.

"Oh, begitu. Kukira sesuatu yang buruk telah terjadi." Ino tersenyum.

Mereka bertiga menghembuskan napas lega. Setidaknya hal ini tidak jadi terbong—

"Tidak! Sesuatu yang buruk memang benar-benar terjadi, Ino!" Naruto melepaskan tangan Sai dari bahunya dan mendekati keempat sahabat perempuannya, "Sasuke membohongi kita semua! Sasuke membohongi Sakura-sensei! Sasuke itu brengsek!"

Deg

**

"Dokter, apa Sakura baik-baik saja?"

"Bagaimana keadaannya, Dok?"

"Putriku baik-baik saja 'kan?"

"Cepat katakan, Dok!"

Sang dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi langsung diberi banyak pertanyaan oleh Gaara, Kizashi, maupun Tsunade.

"Bersabarlah, Gaara," nasihat ayah Sakura seraya menepuk punggung mantan kekasih anaknya ketika pria itu menarik kerah leher sang dokter yang kira-kira telah berkepala lima,
"maafkan dia, Dokter. Dia sangat khawatir dengan anakku,"

Dokter itu tertawa kecil. "Tak apa, itu sudah biasa. Lagipula bukankah itu bagus, artinya pria ini begitu mencintai anakmu," ia menepuk pundak Gaara, "bukankah begitu, anak muda?"

Between Hate and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang