"Bibi, nanti pulang sekolah aku izin ke rumah temen ya! Mau kerja kelompok!""Iya boleh tapi inget jangan keluyuran ya, Kelv!"
Kelv menyalami tangan bibi Lenka bergantian dengan Syilla.
Sesampainya disekolah Syilla melihat Farrel yang mengendarai sendiri mobil ferrari merahnya dengan supirnya yang duduk kursi sampingnya.
'Huh. Pasti ia akan duduk bergantian dengan supirnya ketika ada razia oleh polisi. Dia kan belum cukup umur untuk mengendarai mobil!' Syilla membatin dan segera menuju kelasnya.
Tiba-tiba ada tangan menepuk pundaknya. Ia kaget dan segera mencari orang yang menepuk pundaknya itu.
"Haaaa!"
Syilla dikagetkan dengan cowok yang ternyata menepuknya tadi.
Syilla mencoba mengingat dengan siapa ia berbicara sekarang. Namun nihil. Ia memang belum pernah kenal dengan cowok tampan ini. Tapi tetap saja lebih tampan Farrel. Ups!
"Siapa lo?"
"Kenalin. Gue Niall Keys, sahabat baik tuan Farrel Robert. Gue pengen tau aja, siapa cewek yang berhasil bikin Farrel jatuh...."
"Hmmph!"
Farrel langsung membungkam mulut Niall dengan tangannya. Ia langsung menimpali kalimat Niall yang belum terselesaikan karena itu akan membuat rahasianya terbongkar.
"Jatuh di tangga. Iya.. hehehe. Kemarin aku mikirin kamu yang marah sama aku sampai kepeleset di tangga. Hehehe.." Farrel menyengir.
"Ohh gitu. Gue Syilla Henley. Gue mau ke kelas dulu."
Syilla meninggalkan dua orang yang menurutnya aneh itu.
"Ehh bro. Mulut lu emang mirip ibu-ibu arisan ye! Kalau sampe kebongkar! Dapet nih bogeman mentah dari gua!"
Niall terkekeh sambil menunjukan jari telunjuk yang membentuk tanda peace. Tiba-tiba ada yang menghampiri mereka dari belakang.
"Bro. Gue ngerasain aura negatif nih."
Niall menaikkan alisnya, "Sama. Gue juga. Nengok yuk. 1..2..3..!"
"Ehhhm. Bagus ya. Saya selalu mengajarkan kedisplinan pada kelas saya. Makanya, nih telinga denger kalau bel udh bunyi!"
Farrel dan Niall meringis kesakitan merasakan jeweran Mrs. Claudine, yang merupakan guru PPKN itu. Mereka pun diseret paksa ke kelas.
"Lo yakin mau ketemu dia?" Kata Thalia sambil mengemut permen lolipop stroberinya.
"Iya. Gue harus menghargai dia sama seperti mommy dan daddy menghargai orang tuanya sebagai sahabat. Karena gue tau betapa berharganya persahabatan itu."
Syilla tersenyum pada Amber dan Thalia. Mereka pun berpelukan.
"Well, kita temenin aja gimana?" Amber menantikan jawaban Syilla.
"Gak usah. Gue bisa sendiri. Oh iya Amber, tadi lo dipanggil Mrs. Rosie.
Lo disuruh bantuin bikin soal bahasa inggris buat anak kelas 11. Katanya dia lagi keteter gitu."Mata Thalia melotot tak percaya.
"Wessss. Gile. Amber keren. Lu pinter juga ya ternyata. Wah, gimana kalau pas ujian kita sebangku ya, Am?" Thalia menyenggol Amber dan tersenyum usil.
"Ahh. Pea lu berdua. Gue cuss dulu ya. Bye."
"Take care, dear!" Thalia dan Amber melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romance"Can we just be together as well? Respect my feeling please?" -S. Henley.