Mata Syilla meneliti tiap sudut ruang kedatangan internasional di bandara Charles De Gaulle, Paris. Semenjak ia mendapat kabar tentang Farrel yang menyusulnya namun dengan ponsel yang tertinggal, sudah tidak ada lagi yang dapat ia lakukan selain menemui cowok yang menyebalkan itu.
"Ugh, mana sih dia? Ganteng ganteng pea nih. Hape aja ketinggalan" gerutunya. Syilla masih dalam misi pencariannya, tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Oh iya! Ngapain juga gue nyusul kesini? Biar aja dia beli hape baru. Toh, pasti dompetnya gak ketinggalan kan? Oke kalau gitu mending gue ke hotel dan tidur sampai jam 9, trus cuuss kesini lagi" ucap Syilla. Ia membalikkan badannya dan berjalan keluar.
Terik matahari membuat Syilla melangkahkan kakinya menuju sudut halte bis. Ia tentunya tak mau kulit putihnya terpanggang di siang bolong seperti ini.
Syilla menengok kiri kanan, mencari taxi yang sedia mengantarnya. Namun sudah 25 menit berlalu, taksi yang ia jumpai selalu saja penuh. Ini membuatnya kesal dan terus menggerutu dengan bibir sexy nya itu.
"Fix! Gue benci situasi ini. Gue gak mau habisin umur gue cuma buat nunggu taksi. Mending gue naik bis aja deh" ucapnya pasrah. Kini ia hanya menunggu bis selanjutnya yang akan berhenti dihalte tempat ia berada.
Syilla mengambil Ipodnya dan menyetel sederetan lagu kpop favoritnya untuk mengusir rasa kesalnya. Tapi kemudian matanya menangkap seorang lelaki yang berpakaian lusuh. Ia hanya memakai kaus dalam putih, yang sekarang sudah terkena noda tanah.
Pertama kali Syilla menatapnya, ia hanya merasa iba. Namun setelah ia melihat untuk kesekian kalinya, ia menyadari kalau orang itu familiar. Jantungnya berdegup kencang saat orang itu berbalik dan menatapnya. Syilla memperhatikan setiap inci wajah orang itu. Matanya yang hazel, hidung mancung, bibir yang khas dengan kissable nya..
"Farrel ?"
Tanpa bergeming lagi, Syilla menghambur ketempat Farrel berada. "Lo kenapa pake pakaian kayak gini? Lusuh banget"
Farrel tersenyum hangat dan tulus, "Aku gak peduli. Yang penting adalah kamu yang mau maafin aku dan denger penjelasan aku. Forgive me, Syilla"
"Iya, tapi lo harus jelasin kenapa lo bisa kayak gini"
"Aku dirampok"
Mata Syilla membulat sempurna bak telur mata sapi buatan bibi Lenka. "Apa? Kok bisa? Kamu gak bawa supir sama bodyguard kamu?"
"Aku cuma mau lakuin ini semua sendiri. Gak peduli aku dirampok habis-habisan atau dibunuh sekalipun. Yang penting aku sudah berusaha buat nyari kamu dan minta maaf ke kamu" ucap Farrel. Ia kemudian memeluk Syilla dengan erat dan mengelus lembut kepala Syilla sayang. Kemudian menyembunyikan kepalanya di lekuk leher Syilla. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh gadis yang dicintainya itu membuat hatinya tenang.
Syilla memekik girang ketika mengeluarkan setengah tubuhnya dari atap atas mobil. Ia dan Farrel memang sedang menikmati wisata keliling dengan mobil 2CV. Mereka hanya mengambil paket 2 jam perjalanan berkeliling Paris.
"Yahh..es krim aku habis nih. Pengen lagi" rengek Syilla pada Farrel. Perut gadis itu belum juga kenyang walau sudah menelan 2 cup es krim strawberry.
"Hahaha. Jangan makan es krim trus. Ntar gendut lho"
Syilla memanyunkan bibirnya pada Farrel, "Apa cantik ku berkurang jika gendut?"
Farrel menggeleng dan mencubit pipi Syilla gemas, "Gak dong! Kamu akan selalu cantik dimata aku"
Syilla merasa pipinya mulai memerah, ia juga sudah mengumpat berkali-kali dalam hati karena kelakuan cogan didepannya ini. "Sialan. Kok gitu sih jawabannya! Gue kira dia bakalan ngejek gue jelek kalau gendut atau bla..bla..bla.. aduh, jantung gue mulai gak sehat nih"
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romance"Can we just be together as well? Respect my feeling please?" -S. Henley.