12 - Journey

122 15 0
                                    

"Lo yakin Syilla punya perasaan yang sama ke lo? Kenapa gak lo tembak aja sih? Gentle dikit donk!" Ucap Niall sambil melempar bantal superman nya kearah Farrel. Ia sudah geram dengan sahabatnya itu.

"Gue yakin dia juga naksir gue. Kalau enggak, gue yang bakal bikin itu terjadi." Farrel kembali memakan mi goreng rendang buatan Warren. Ia mengakui rasa makanan buatan sobatnya kali ini memang patut diacungi jempol.

"Omdo! Trus kapan lo mau nembak dia? Tunggu Syilla sampai jadi nenek nenek?" Decak Warren dari dapur.

Niall hanya mengiyakan apa yang dikatakan Warren kemudian memeletkan lidahnya tepat di depan wajah Farrel. Membuat pria itu mendengus kesal kemudian mengusap wajahnya.

"Gue cuma nunggu saat yang tepat. Gue mau nikmatin kebersamaan gue sama dia. Kadang gue ngerasa kalau suasana pacaran sama pedekate, itu beda jauh. Lagipula, terlalu buru-buru juga gak baik."

DRRTT! DRRRTT!

"Pantat lu geter tuh, bro!"

"Isshh. Dongo! Yang geter itu hp gue." Farrel memberi bogem mentah pada Warren yang berbicara seenak jidat itu.

"Wah, gak tau diri lu. Mi goreng maknyus yang lu makan tadi, kan gue yang bikin. Balikin!"

"Ambil nih, di perut gue" ucap Farrel membuka kaos nya, memperlihatkan perut sixpacknya ke Warren.

Warren segera mengambil pisau mainan kecil, dan berpura-pura membelek perut Farrel. "Woy, piso apaan tuh!"

"Pisau barbie." Warren tersenyum kecacingan. "Punya tetangga gue. Kemarin ketinggalan pas dia lagi main disini."

"Bego lu. Gue kira lu belok otaknya. Kalau iya bener. Tuh, sikat Niall aja. Bibir nya menggoda." Farrel menunjukkan telunjuk lentiknya pada Niall yang berada ditepi ranjang.

Niall menatap Farrel dengan tatapan membunuhnya. Melihat Warren yang mendekat kearahnya, Niall langsung menggertak. "Jangam macem-macem lo. Gue lemes nih. Gak usah ngajak ribut"

Farrel tertawa melihat dua manusia didepannya yang dimana satu pihak ingin mempertahankan keperjakaannya.

Farrel kembali teringat akan hp nya yang bergetar tadi. Ia segera membuka hp nya, dengan kata 'SYILLA' sebagai passwordnya.

Dan benar saja. Ada pesan baru yang masuk, dari ayahnya.

From : My dad
Pulang sekarang. Jam 7 nanti kita akan makan malam dirumah teman ayah, bibi Lenka.

Farrel tersenyum girang dan beryel-yel ria persis seperti para anak pramuka. "Pucuk dicinta, ulam pun tiba!"

***

"Kak steak nya sudah siap dan sudah kutaruh dimeja." kata Syilla seraya menghampiri kak Annie.

"Oke terimakasih, cantik. Pergilah ganti baju, tamu kita sebentar lagi datang." Syilla mengganguk dan berjalan gontai menuju kamarnya.

Ia kecewa karena tidak ada yang mau memberi tahunya siapakah tamu yang akan makan malam dirumahnya. "Gak seru nih. Pada main rahasiaan."

Syilla menggeser geser dress yang tergantung di lemarinya. 'Baju apa yang akan kupakai ya? Kata bibi, aku harus terlihat cantik' pikirnya. Tak lama, hatinya terdorong untuk memilih dress merah panjang yang mengekspos lengannya.

"Wow cantiknya diriku. Seperti para ratu yunani kuno. Ulalalala" puji Syilla pada dirinya sendiri. Belum puas ia memandang dirinya di cermin, suara indah kak Britney sudah meneriakinya agar turun kebawah.

Syilla menuruni satu per satu anak tangga dengan hati-hati. Ia tak mau sampai menginjak gaun sutra merahnya yang halus itu.

TingNong!

EPHEMERAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang