15 - Ice cream

111 14 2
                                    

Syilla menuangkan bubuk cokelat kedalam mug nya. Ia segera menyeduhnya dengan air hangat. Entah mengapa pagi menjelang siang ini, udara dingin seakan menusuk tulang-tulangnya. 'Apakah di Korea juga sedingin ini? Kasihan para oppa ku disana. Pasti kulit wajahnya menjadi kaku karena dingin dan begitu juga bibirnya. Ohh, they're lips was sexy'

"Woi! Lo diajak ngomong denger gak sih? Gue udah 15 menit komat-kamit, masih aja gak ada respon. Gue pakai baju cardigan atau off-shoulder? Buat ke airport?" tanya Thalia yang membuyarkan pikiran mesum Syilla.

"Hehehe. Sorry, deh. Tadi gue lagi mikirin bias. Menurut gue sih, pakai cardigan aja. Lo tau kan, hari ini cuacanya dingin? Apalagi kita bakal keliling dulu sebentar. Emangnya lo mau kedinginan, trus beku, dan jadi es batu buat minuman buka puasa?"

Thalia menggulung salah satu baju kotornya dan melemparnya kearah Syilla. "Wueek. Bau!"

"Bodo. Rasain tuh!" Thalia memeletkan lidahnya dan melesat menuju walk ini closet. Ia takut kalau Syilla membalasnya dengan melempar baju beraroma mematikan miliknya.

Farrel menghampiri cottage Syilla, "Girls, mobil udah siap. Kita harus check out sekarang" serunya.

Syilla, Amber dan Thalia pun bergegas keluar membawa kopernya. Mereka segera menyusul Farrel yang sedang menyiapkan mobil.

"Sini, biar aku taruh di bagasi" ucap Farrel merebut koper dari tangan Syilla.

"Eh. Gue juga donk!" Celutuk Thalia.

"Ogah. Minta situ ama Warren"

Setelah menempelkan bokongnya pada empuknya sofa mobil, tak ada kegiatan lain bagi Syilla selain mendengarkan musik. "OMG. Shit! Gue lupa nge-cas" umpat Syilla ketika mengetahui Ipodnya mati karena low-batt. Ia juga kembali mengumpat karena powerbanknya juga habis daya. Kini ia hanya bisa bertekuk wajah dan memeluk bantal dengan erat. 'Menyebalkan'

"Thank you for your coming to Aitutaki. Let's have another visit soon"

Syilla kembali mengganguk dan tersenyum ramah pada para petugas cottage itu. Ia sangat senang dapat berlibur di pantai yang luar biasa indah namun tersembunyi ini. Syilla juga berjanji akan membawa keluarganya untuk berlibur kesini saat liburan nanti.

Farrel mengendarai mobil, keluar dari daerah pantai Aitutaki ini. Mereka akan pergi berkunjung ke kebun binatang. Syilla sangat rindu pergi ketempat ini. Ia sangat ingin berpose ria dengan orangutan lagi, mengingat itu adalah hewan favoritnya.

"Syl, kapan-kapan kita liburan ke Thailand yuk. Gue pengen main sama gajah nih" kata Thalia sambil sibuk memotret gajah gajah didepannya.

"Iya dah"

Syilla mengedarkan pandangannya pada para penguin yang sedang bermain dengan riang.
"Oh, lucunya" gumamnya.

"Kamu suka penguin?" Tanya Farrel dari belakang.

"Hmm. Aku lebih suka orangutan. Makanya pas pertama kali nyampe sini, aku langsung selfie selfie cantik sama orangutan"

"Kamu beda ya, sama cewek lain. Biasanya mereka gengsi kalau sebut orangutan sebagai hewan favorit mereka. Mereka lebih milih hewan 'berkelas' seperti sederetan kucing dan anjing yang mahal dan juga penguin kayak gitu"

"Hehehe. Menurut aku, fenomena dimana aku milih orangutan sebagai hewan favorit aku, bukanlah suatu hal unik. Sudah sewajarnya kita mencintai hewan nyaris punah dan penyayang seperti orangutan. Bukannya, mengolok-oloknya seperti orang kebanyakan" jelas Syilla.

Farrel tersenyum haru dan membelai sayang rambut Syilla, "1 jam lagi pesawat kita take off. Ayo, balik"

Syilla menahan tangan Farrel, "Sebelum pulang, mau gak kita selfie bareng?"

EPHEMERAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang