26 - Final Destination

199 14 2
                                    

KLIK!

Syilla selesai memasang jepit rambut besar yang berguna untuk menyanggul rambutnya. Setelah siap, ia keluar dari kamar apartemennya dan turun dengan lift.

Atmosfer di Kanada benar-benar berbeda. Ia merasa menjadi dewasa dan harus mandiri. Ditambah lagi ia memang sendirian di negara ini. Namun, Syilla harus tetap semangat menjalani kehidupannya disini. Ia sudah resmi menjadi pemilik perusahaan Hundersont di Kanada. Betapa senangnya ia, karena dapat memegang perusahaan daddy nya tercinta.

"Morning, Ms. Syilla" kata Cathleen, sekretaris pribadi Syilla. Ia menaruh beberapa berkas di meja kerja Syilla.

"Apa jadwalku hari ini, Cath?" tanya Syilla sambil menyeruput kopi susu nya, dengan asap yang mengebul.

"Tidak ada, Ms. Syilla. Hanya ada setumpuk berkas ini, yang kuyakin anda dapat mengerjakannya sampai nanti siang" kata Cathleen. Syilla membelalak senang. Sudah lama ia menantikan hari dimana ia bisa pulang cepat, dan tidur dengan puas dikasurnya tercinta.

Syilla cepat-cepat menyalakan komputernya dan mengerjakan pekerjaannya dengan semangat. Ia juga menandatangani berkas-berkas tersebut dan membaca bahan meeting untuk besok. Syilla benar-benar sudah ahli mengelola perusahaan. Setahun adalah waktu yang ia butuhkan untuk melakukan ini semua. Dan dalam setahun inilah ia berusaha untuk melupakan Farrel dan semua kenangan manis bersamanya. Ia dan Farrel benar-benar jauh dan tidak pernah bertukar kabar. Sakit memang rasanya, tapi inilah permintaan Syilla setahun yang lalu. Putus dengan Farrel, dan membiarkannya pergi bersama gadis lain yang juga mencintai Farrel sama dengan dirinya.

"Ms. Syilla, mengapa anda melamun di pagi hari?" tanya Cathleen ketika melirik Syilla.

"Oh, iya. Saya tidak apa-apa. Saya mau ke toilet sebentar" kata Syilla berjalan ke kamar mandi di ruangannya. Ia harus berjalan lumayan jauh, karena ruangan kerjanya yang sangat luas itu.

Wastafel dinyalakannya untuk mencuci tangan. Syilla merogoh hape nya di kantong, karena terus berdering sejak ia buang air tadi. Syilla mengangkat telepon yang ternyata dari
Thalia. "Hallo. Kenapa, Tha?"

"Iya, Syl. Gue lagi di Kanada nih. Abis pemotretan. Ketemuan yuk. Gue kangen"

"Oalah. Oke oke. Dimana nih?"

"Di kafe TenDays aja"

"Yaudah. Tunggu ya"

Syilla menutup teleponnya dan segera keluar dari kamar mandi. Ia menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit itu dan langsung turun ke basement menghampiri mobilnya.

Syilla meneliti tiap bangunan di jalan yang sudah dekat dengan kafe TenDays itu. "Hmm. Lumayan sepi. Tapi disitu ada gedung bertuliskan Rumah Peduli Kanker" katanya sambil menunjuk-nunjuk rumah besar bercat hijau muda. Syilla juga melihat kerumunan anak kecil yang keluar dari rumah itu dengan riang gembira. Mereka bermain dengan senangnya layaknya anak sehat pada umumnya.

Syilla tanpa sengaja memberhentikan mobilnya di rumah itu. Ia keluar dan menghampiri semua anak itu. "Hai adek adek. Ada yang mau coklat gak?"

Semua anak kecil itu menatapnya senang dan bersorak iya. Walaupun pada pertamanya mereka merasa malu.
Syilla mengajak anak-anak yang berjumlah 7 orang itu, ke minimarket sebelah. Syilla membiarkan anak anak itu membeli apapun yang mereka suka. Ia juga tertawa kecil melihat kebahagiaan sederhana ini.

"Kakak, baik banget. Makasih ya kak" kata salah seorang anak perempuan itu. Wajahnya mirip seperti Syilla saat masih kecil.

"Iya sama-sama. Yuk kita ke kasir" ajak Syilla kepada anak lainnya juga. Setelah itu ia membayar dengan uang cash nya.

EPHEMERAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang