"Absolutely, strawberry ice cream for me!" Pekik Amber pada Syilla. Ia malas untuk membeli es krimnya sendiri, jadi ia menitip pada kedua sahabatnya itu.
"Tapi jangan salahkan kita, kalau es krimnya udah abis duluan pas jalan balik kesini!" Amber hanya menggerutu mendengar respon sahabatnya. Syilla dan Thalia segera menghambur ke salah satu ice cream corner.
Syilla berpikir bahwa dengan es krim, ia bisa menghilangkan rasa bosannya karena pesawat mereka delay sekitar 2 jam. Ia pun membeli satu bucket es krim besar untuknya dan Thalia.
"Eh, buset! Porsi makan cewek lo sama kayak monyet peliharaan gue dirumah. Bejibun!" Sahut Niall heboh. Farrel mendelik kearah Syilla yang sedang memeletkan lidahnya. Farrel tertawa lepas dan mengacak rambut Syilla.
"Gak apa-apa kok. Bagaimanapun dia tetep cewek gue. Maafin gue ya, Syl. Lo jadi harus nunggu lama kayak gini. Gue janji, gue usahain perjalanan kita gak bakal delay lagi."
Semburat merah muncul di pipi tirus Syilla. "Eh, gak apa-apa kok. Lagian gue bukan cewek lo! Ngaco emang!"
"Sekarang emang bukan, tapi on the way" jawab Farrel santai. Sementara yang lain hanya menggeleng-geleng kan kepalanya melihat betapa aneh nya Farrel.
"IHHHHH!! SYILLA BRENGSEK! Liat aja lo nanti!"
Beth langsung membekap mulut Tyana dengan rapat. "Shhhh! Kalau mereka denger gimana? Jangan sampe ketahuan dulu!"
Tyana memutar bola matanya. Ia tak tahan pria idamannya sedang bersama dengan perempuan yang dibencinya. Ralat, bukan bersama melainkan pedekate!
"Gue udah gak tahan! Pengen gue cincang tuh cewek sekarang juga! Ihhhh" desak Tyana sambil mengambil langkah menuju kursi dimana Farrel dan Syilla berada. Namun, Ratna dengan cepat mencegahnya.
"Eitts! Jangan macem-macem! Pesawat udah mau take off. Mereka juga udah jalan tuh. Ayo berangkat." Tyana hanya tersenyum kecut sembari menarik kopernya.
Ia mengendap endap masuk pesawat agar tak terlihat oleh Farrel dan teman-temannya. Ia pun rela berkorban untuk duduk di kursi kelas ekonomi, dibanding Farrel yang duduk di kelas eksekutif. 'Malangnya nasibku' pikirnya.
Setelah sampai dikursinya, Tyana meraih sebuah majalah fashion favoritnya. Dan ketika itu juga, kertas pada majalahnya, ia remas dengan kuat. Ya, ini karena melihat Farrel menggegam lembut tangan Syilla dan mereka sedang tertawa lepas."Akan kubuat kau menyesal, Syilla Hundersont"
***
"Welcome to Aitutaki beach"
Syilla menggangguk ramah pada para pegawai resort yang telah menyapa mereka. Syilla terus bersorak kagum dalam hatinya ketika pertama kali melihat pantai ini. Indah.
Sebelumnya ia tak pernah pergi kesini. Kepulauan Cook? Entahlah, ia hanya mengikuti kemauan para sahabatnya. Karena kalau ia menolak, itu akan sia-sia karena bujukan maut Thalia.
Kepulauan terpencil, yang memiliki pantai yang tak kalah indahnya dari Maladewa ini, membuat Syilla merasa tenang dan damai. Ia merasakan sisi romantis dipantai ini. Apa itu memang benar?
Syilla sudah sampai kedalam cottage nya, begitu juga dengan Amber dan Thalia yang sudah merebahkan dirinya di pulau kapuk.
Mereka memutuskan menghabiskan malam ini untuk beristirahat. Karena jam sudah menunjukkan pukul 10 malam ketika mereka sampai di pantai Aitutaki.
"Oh my god! Gue gak nyangka kalau si 'cantik' Thalia, tidurnya ngiler gitu" ucap Syilla memerhatikan Thalia dengan saksama.
Amber tertawa keras sampai bahu nya terguncang-guncang. Ia mengambil ponsel nya dan segera memotret Thalia, "Maaf ya, Tha. Tapi ini moment yang tak boleh dilewatkan. Dan kalau cuma difoto, kayaknya gak memuaskan. Jadi, gue upload di Instagram ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Romance"Can we just be together as well? Respect my feeling please?" -S. Henley.