Delapan

74 4 0
                                    

Bima POV

Ku perhatikan sosok itu dengan seksama. Di kegelapan malam sosok itu lebih mempesona dan bersinar. Lekuk wajah yang sempurna menurut ku-

Loh... apa yang ku pikirkan?! Bodoh! Aku menggelengkan kepalaku. Tak menyadari teman teman ku memperhatikan tingkah aneh ku.

"Bim, kamu ngapain geleng geleng kepala gitu," tanya si cepak kepada ku.

"Gak kok," kata ku mengelak tapi bodohnya aku malah memandang Ana lagi.

"Ooh lagi liatin si asisten ya?" Tanya si cepak lagi.

Kenapa aku memperhatikannya lagi?

"Udah lah kalau suka bilang aja, ganti statusnya. Dari asisten jadi pacar," kata Fikri lalu pergi meninggal kan ku.

Ku pikirkan kata kata sahabatku tadi. Apa iya aku suka dengan Ana? Ah... mana mungkin!

Awal bertemu saja sudah menyusahkan. Itu tidak Mungkin!

****

Setelah pagi tadi berdoa bersama dan acara bebas sekarang saat nya mencari jejak. Kali ini mencari jejak nya membuat kelompok perkelas. Walaupun Ana tidak satu kelompok dengan Kak Bima, tapi tetap saja dia mandapatkan berbagai perintah.

Seperti pagi tadi, Ana disuruh mencari daun jambu. Untung saja penduduk setempat menanam pohon jambu jadi Ana tinggal memintanya saja.

Lalu saat Acara bebas tadi Ana diminta atau lebih tepatnya di paksa membawa barang barang Kak Bima ketenda lain katanya sih tenda itu bolong atau apa lah Ana juga tidak peduli. Pokomya sangat merepotkan!

"Na istirahat dulu yuk," ajak Intan.

"Tapi nanti kita ketinggalan bilang sama guru dulu ya," kata Nina lalu pergi menghampiri wali kelas kami. Sementara Nina melapor, Ana duduk di samping Intan.

"Berapa lama lagi kamu jadi asisten Na?" Tanat Intan.

"Kalau gak salah.... dua minggu atau seminggu lagi deh. Setelah itu bebaaass," kata Ana girang membayangkan masa masa kebebsannya nanti.
Nina kembali dari melapor.

"Kata Bu Susi, kalau Intan gak kuat kita boleh balik ke tenda. Tan, kamu masih kuat gak?" Tanya Nina.

"Trus yang lainnya?" Tanya Ana.

"Mereka lanjut jalan. Kamu masih kuat gak Tan?" Tanya Nina lagi.

"Masih sih tapi aku males balik lagi. Mending ke tenda lagi aja yuk," kata Intan.

"Yeee.... dasar males. Ayo deh aku juga males," tambah Ana dan Nina. Lalu mereka tertawa dan berjalam kembali ke tenda.

****
Sesampainya di tenda mereka di buat tercengang. Pasalnya tenda mereka sangat berantakan. Semua barang barang mereka berswrakan didalam tenda bahkan ada beberapa yang di luar tenda.

"Siapa yang lakuin ini?! Kita dah beres beres kan sebelum pergi tadi?" Tanya Nina kesal + kenceng baget.

"Iya Nina dan gak usah kenceng kenceng ngomongnya," kata Intan dan Ana sambil menggosok gosok kuping mereka yang masih berdengung.

"Udah deh mending kita beresin aja," kata Ana lalu mereka bertiga mulai membereskan barang barang mereka.

Dikejauhan di tempat yang tersembunyi dari tempat Ana dkk. Terlihat empat orang siswi sedang memperhatikan Ana dkk lalu tersenyum menang.

****
Sesuai agenda, malam harinya benar benar dilaksanakan mencari jejak lagi.

Ana sudah membayangkan akan berkeliling tempat yang gelap dan menyeramkan bersama anggota kelompoknya yang sama takutnya dengan dirinya.
Lalu mereka menemukan sebuah jurang dan dari dalam jurang muncul hantu yang menyeramkan.

"Tiidaaak....," teriak Ana yang membuat perhatian semua orang tertuju padanya.

"Ana kau tidak mau sekelompok dengan Bima?" Tanya Kak Fikri yang rupanya sedang membagi kelompok.

"Hah? Bu-bukan begitu Kak," kata Ana yang baru menyadari kebodohannya karena berteriak tadi. Dirinya juga yang malu.

Ternyata Ana sekelompok dengan para kak kelas. Satu kelompok berisikan empat orang. Sedangkan Nina dan Intan berbeda kelompok dengan Ana.

"Kalau gitu kita mulai aja deh nanti kemaleman," kata seorang kak kelas Ana. Siswi itu memeprhatikan Ana yang masih saja sibyk dnegan pikirannya. Bengong.

"Dek, jangan bengong. Kamu Ana kan?" Tanya siswi itu. Ana mengangguk.

"Kenal kan aku Sita,"kata siswi itu. Ana hanya tersenyum.

****
Suara serangga malam menenani empat orang siswa siswi SMA yang sedang berjalan di kegelapan malam.

"Benda keduanya apa?" Tanya Kak Sita. Kak Bima lalu melihat selebaran yang tadi di berikan pada setiap kelompok.
Ana terus saja menyorot kan cahaya senternya pada sisi gelap hutan.

"Kain putih," kata Kak Bima.

"Itu mudah. Kenapa mereka memberikan barang mudah begitu saat gelap seperti ini," kata Kakak kelas yang Ana tidak kenal.

"Ana ayo," kata Kak Bima. Tanpa Ba bi bu Ana langsung berjalan disamping Kak Bima sambil kepalanya celingak celinguk kiri kanan dan tak henti hentinya Ana menyorotkan senternya ke sisi gelap.

"Ana tenanglah ada aku disini," kata Kak Bima sambil memegang pundak Ana. Ana mengangguk. Lalu menatap Kak Bima dan sebliknya.

Tanpa mereka sadari, Kak Sita dan kakak kelas cowo itu memperhatikan Bima yang jarang jarang peduli dengan mereka. Mereka berdua bertatapan lalu menatap dua yang masih bertatapan itu.

"Ehmm... kita lanjut perjalanan," kata kakak kelas cowo itu. Bima seperti tersadar lalu berjalan lebih depan dari semuanya.

Bima's POV

Kenapa dengan aku ini? Matanya sangat menyejukkan menurutku. Aku bahkan menatap nya terus. Ada apa dengan ku?!

Tidak mungkin aku menyukai nya!
Bima POV selesai.

Bima yang masih sibuk demgam pikirannya tidak melihat didepannya ada sesuatu.

Ana yang melihat itu langsung menegang dan melangkah mundur secara teratur.

"Ana kamu kenapa?" Tanya Sita yang melihat keanehan pada diri Ana. Ana menunjuk ke depan. Dan Sita pun ikut mundur secara perlajan dambil menarik kakak kelas cowo itu.

"B-Bim- Bima," panggil Sita kesusahan. Panggilan itu menyadarkan Bima lalu berbalik menghadap teman temannya yang sekaranh berjalan mundur.

"Kenapa kalian jalan mundur?" Tanya Bima bingung. Ana menunjuk sesuatu di bepakang Bima.

"A- ada apa di belangku? Hah?" Tanya Bima yang sepertinya mulai gugup.

"Ha-hantu!" Kata Ana setengah berteriak. Tak lama terdengar suara burung hantu dan suasaan di sekitar mereka langsung menjadi sunyi. Bahkan ini terlalu sunyi untuk tempat di pinggir hutan. Ana, Sita dan kakak kelas cowo itu masih sajaenjalan mundur sampai punggung salah sati dari mereka menyentuh pohon.

"K-kita gak boleh mundur. Kita harus hadapin makhluk apa pun itu," kata kakak kelas cowo iyu lalu mulai berjalan lagi kearah Bima diikuti Ana dan Sita.

"Apa pun itu keluarlah! Teriak Bima," padahal dia sendiri pun sudah mulai gugup. Kalau beneran gimana? Hiii jangan sampai!

"Sssttt... Kak jangan teriak dong," kata Ana yang saat ini menempel dengan Bima. Mereka saling tatap dan mulai melangkah bersama sama mendekati sesuatu diatas pohon.

"Senter, mana senter?" Kata Bima dan Ana pun menberikan senternya. Ana makin menempel di tangan Bima karena takut.
Bima menyorotkan nyala lampu pada sesuatu di pohon itu.

Daaaann.....
****
To Be Continue

Gimana? Vote + comment ya. Oh iya bagian POV nya dah bener blm? Aku masih kurang bisa membuat POV. Hehehe :-D

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang