Dua Puluh Enam

30 2 0
                                    


Ana POV

Seketika badan ku beku dan kaku, setelah mendenger kata kata nya. Sebenarnya aku sudah tahu sejak lama, namun entah kenapa reaksi ku seperti ini.

Sekarang pun aku masih bisa mendengar suara Dino dikepala ku.

'Ana.... aku mencintai mu,'

Sial! Lagi lagi aku mendengarnya. Padahal ini sudah berjam jam yang lalu. Tapi suara Dino masih terngiang ngiang.

Aku mengacak acak rambutku.

"Ana lo kenapa?" Tanya Febi bingung.

Ah benar, aku melupakan Febi. Mungkin dia bingung kenapa aku seperti tadi.

Aku pun menggeleng dan memutuskan untuk mengarungi dunia mimpi.

****

"Ana hari ini lo mau kemana?" Tanya Febi saat mereka sedang makan disalah satu tempat penjual bubur.

"Entah. Mungkin gue mau nyelesain tugas kuliah atau mungkin juga pergi ke toko buku sebentar. Emangnya kenapa?"

"Ini hari Minggu dan gue gak tahu mau ngapain," jawab Febi. Ana ngangguk ngangguk.

Hening diantara mereka. Hanya ada suara beberapa pelanggan lainnya dan suara sendok yang beradu dengan mangkok bubur.

Setelah sepuluh menit kemudia, bubur mereka tandas. Febi dan Ana segera membayar bubur tadi.

"Feb, gue mau tanya," kata Ana diperjalanan pulang.

"Tanya apa?"

"Gimana kalau ada orang yang ngungkapin perasaan nya ke kita?"

"Hah? Maksud lo, lo di 'tembak'. Sama siapa?" Tanya Febi antusias.

"Bukan bukan bukan," jawab Ana cepat sambil memberi tanda dengan tangannya.

"Dia cuma ngungkapin perasaannya doang,"

"Oh. Terus apa masalahnya?" Tanya Febi.

"Udah lah gue juga gak tahu. Tiba tiba aja mau ngebahas ini. Udah lah gak usah dipikirin," jawab Ana sambil memandang langit Bandung yang cerah.

****

Tring!
Suara bel yang ada dipintu berbunyi. Menandakan ada seorang pelanggan yang datang.

"Selamat datang," sapa mbak penjaga kasir disertai senyum.

Ana pun membalas senyum mbak penjaga kasir. Setelahnya Ana berkeliling toko buku tersebut.

'Ahhh... akhirnya aku kesini juga. Padahal rencana nya aku akan menyelesaikan tugas kuliah ku. Biarkan lah,' batin Ana sambil menghembuskan nafas.

"Kira kira novel kesukaan ku ada gak ya? Kan lumayan baca gratis," kata Ana sambil mencari cari buku tersebut.

Tak lama sebuah senyum mengembang diwajah Ana.

"Nah ini dia," kata Ana dan mulai membaca buku tersebut.

Beberapa menit kemudian Ana merasakan ada yang tak beres. Dia merasa ada yang memerhatikan nya.

Ana pun dengan cepat membawa buku tadi ke meja kasir dan membayarnya dan secepatnya keluar dari sana.

****

Dari jarak tertentu, seorang pria dengan menggunakan topi sedang mengikuti Ana.

Pria itu menggunakan kaos lengan panjang dan celana jins biru robek di beberapa bagian.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang