Tiga Belas

52 3 0
                                    

Haaiii..... terimakasih yang sudah baca. Jangan lupa vote dan Comment ya

*****

"Anaaa.... aku berangkat duluan yaa," teriakan Febi mengusik tidur Ana. Ana hanya bergumam tak jelas setelah Febi pergi dari kos kosan mereka, Ana melanjutkan tidurnya kembali. Kuliah siang juga! Pikir Ana.

****
Ana mulai membuka matanya perlahan lahan. Ana mengerjap ngerjapkan matanya. Pelan pelan bangun dari posisi tidurnya keposisi duduk. Tak lupa senyum terukir indah di wajahnya.

"Siap siap dulu deh bentar lagi kan ke kam-" perkataan Ana terputus saat melihat jam dinding yang ada dikamar ini. Jam sudah menunjukkan 9.10 berarti jam kuliahnya sudah lewat sepuluh menit.

"-PUUUUS! Gawaaat!" Dengan kecepatan cahaya, Ana melesat ke kamar mandi setelah mengambil handuknya.

Lima menit kemudian Ana sudah rapih. Gadis itu memakai kemeja kotak kotak lengan panjang dengan celana jins. Ana menyambar tas ransel nya dan segera keluar dari kamar kos kosan.

Ana melangkah kan kakinya secepat yang dia bisa menuju kampusnya. Untung saja jarak nya tidak terlalu jauh. Ana menaiki angkot yang menuju ke kampusnya.

"Bang bisa cepetan gak? Saya udah telat nih," kata Ana panik. Supir angkot nya bingung tapi tetap dia menambah laju angkot yang dia kendarai.

"Bang stop! Stop!" Angkot itu berhenti didepan kampus yang Ana tuju. Secepatnya Ana membayar dan berlari masuk ke area kampus.

"Huwaaaa! Dah jam 9.20," kata Ana saat melihat jam tangan nya. Ana menambah kecepatan berlarinya.

Sampai lah Ana dilorong yang menuju kelasnya. Ana berlari sambil tersenyum.

"Akhirnyaa..... sedikit lagi sampai," kata Ana yang perhatiannya hanya fokus ke pintu kelasnya yang sudah dekat.

Karna terlalu fokus pada pintu kelasnya. Ana tidak melihat ada seseorang yang juga berlari dari arah berlawanan.

Tabrakan pun tak terelakan. BUUGH!

"Aduh....." kata Ana yang langsung terduduk dilantai. Sementara 'teman tabrakannya' hanya terhuyung kebelakang tidak sampai jatuh.

"Jalan pake mata dong," kata Ana yang langsung berdiri dan kembali berlari lagi. Saat Ana melewati orang tadi, tak disangka. Orang itu memibta maaf.

"Maaf," tak lama Ana terdiam. Mematung ditempatnya yang membelakangi orang tadi.

Suara ini, apa benar? Tidak mungkin kan, Batin Ana. Ana mulai membalikkan badannya untuk melihat orang tadi.

Tapi hanya lorong sepi yang Ana dapat. Dengan langkah ragu Ana meninggalkan tempat itu dan masuk kedalam kelasnya.

"Anandha Octadiani, ini yang kedua kalinya kamu terlambat di....." perkataan dosen nya yang panjang dan lebar tidak Ana dengarkan. Karena kali ini pikiran Ana masih sibuk memikirkan kejadian tadi pagi.

Tidak mungkin kan itu dia? Ini kebetulan yang sangat aneh. Tapi suara itu terdengar tidak asing. Aku harus mencarinya!

"Na"

"Ana kamu tidak mendengarkan ibu? Saya panggil dari tadi tidak menjawab,"

"Maaf bu lain kali saya tidak akan mengulanginya lagi," kata Ana sopan. Dosen itu mengangguk.

"Yasudah silahkan duduk," Ana pun segera duduk dibangku nya dan mengeluarkan buku catatan.

****
Setelah jam kuliahnya selesai, Ana langsung mengelilingi kampus untuk mencari keberadaan orang yang tadi oagi bertabrakan dengan nya.

Ana mencari dilapangan basket, lorong kampus, ruang kesenian, lab komputer, sampai belakang kampus. Nihil. Itu lah yang Ana dapat.

"Mungkin aku salah dengar," kata Ana lirih.

"Ana," seseorang memanggilnya dari arah belakang. Sebuah tepukan pada pundaknya membuat Ana membalikkan badannnya menghadap orang tadi.

"Dino gue kira siapa," kata Ana santai. Dino cengar cengir.

"Ikut gue yuk ke toko buku yang dekat kampus," kata Dino.

"Dio sama Febi, mereka gak diajak?" Dino menggelang.

"Mereka katanya ada urusan jadi yang bisa gue ajak cuma lo doang," Ana mengangguk.

"Yaudah deh. Ayo gue juga lagi suntuk nih," mereka pun pergi ke toko buku yang dimaksud. Selama perjalanan Dino dan Ana mengobrol akrab. Ana tahu Dino menyimpan perasaan pada nya, tapi Ana membiarkannya saja.

"Ana gue kesana ya mau nyari buku," kata Dino. Setelah mendapat anggukan Ana, Dino pergi ke arah yang ditujunya.

Sementara Ana mencoba mengelilingi rak rak buku. Siapa tahu ketemu buku bagus.

Setelah dua rak tak menemukan apa pun Ana beralih ke rak buku yang ada di paling belakang. Dilihatnya ada seorang cowo yang sedang membaca buku. Kepalanya menunduk jadi Ana tidak terlalu jelas melihat wajahnya.

Ana mulai mencari cari buku lagi.
"Permisi," kata Ana saat melewati cowo tadi. Si cowo mengangguk. Ana melanjutkan pencariannya.

"Lama tak jumpa," kata cowo itu. Ana mematung saat mendengar suara ini. Suara yang selalu mengandung kata perintah namun disaat tertentu memjadi penuh perhatian pada nya.

Benarkah ini? Aku tidak boleh ragu. Tapi.... kalau salah aku yang malu. Batin Ana menimbang nimbang.

"Asisten atau harus ku panggil Ana,"

DEG! Ini tidak salah lagi. Ana membalikkan badannya dan menatap wajah yang sudah lama tak dilihat nya.

"Hai," kata cowo itu. Mata Ana membulat. Tak lama senyum tulus pun mengembang diwajahnya.

"K-kak Bima? Ini beneran?" Tanya Ana senang. Cowo yang ditanya mengangguk.

"Ya ini gue Bima. Tuan lo selama sebulan saat di SMP," kata cowo yabg mengaku sebagai Bima.

Ana langsung terkekeh.
"Sudah lama ya, tapi kok kak Bima bisa disini?" Tanya Ana.

"Nanti juga kamu tahu dan ini bukan saat yang tepat untuk bercerita. Tuh temen kamu nyari nyari kamu. Kita akan ketemu lagi kok," kata Bima lalu pergi dari hadapan Ana. Ana hanya diam saja tidak mengejar.
"Pasti kita akan ketenu lagi kak," kata Ana sambil tersenyum. Tak lama Ana menghampiri Dino yang masih celingak celinguk mencari dirinya.

"Dinoo...." kata Ana mengagetkan dari belakang.

"Ana kira in siapa bikin kaget aja," kata Dino sambil mengusap dadanya karena kaget tadi.

Ana tersenyum tak bersalah "maaf hehehe.... udah belum? Gue mau pulang nih ada tugas belum selesai," kata Ana.

"Udah nih.... gue bayar dulu," kata Dino sambil menunjukkan buku yang akan dia beli. Dino menuju kasir dan membayarnya. Tak lama mereka pun keluar dari toko buku.

****
"Dino makasih ya untuk hari ini. Gue seneng banget bisa jalan sebentar tadi," kata Ana sambik memamerkan senyum nya. Senyum yang selalu bisa membius dirinya.

"Gue juga seneng. Kapan kapan kita jalan lagi ya, gue pulang dulu. Bye," kata Dino sambil melambaikan tangan nya. Ana membalas lambaian itu.

"Bye" setelah Dino agal jauh, Ana masuk kedalam kos kosan nya.

Benar benar hari yang menyenangkan.

*****

To Be Continue

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang