Dua Puluh Tiga

26 1 0
                                    

Malam sudah menyelimuti kota kembang. Namun sebagian orang di kota ini masih melakukan aktivitasnya.

Terlihat dari sebuah club malam, banyak orang yang menari dilantai dansa. Diiringi musik yang menghentakkan telinga.

Banyak orang juga yang keluar masuk kedalam club malam ini. Termasuk tiga orang wanita yang baru saja memasuki club tersebut.

Mereka segara mencari tempat dan setelah menemukan sebuah sofa di pojok ruangan, mereka segera duduk disana.

"Makasih loh mau nemenin gue," kata seorang wanita.

"Ya sama sama lagian kerja kalian juga bagus," kata orang lainnya.

"Rani, Vani gue kesana dulu ya!" Teriak Wanita tadi yang ternyata adalah Stevana.

"Hahaha..... dia semangat sekali," kata Rani.

"Ran, tunggu ya gue mau pesen minuman dulu!" Kata Vani dengan nada kencang, namun suaranya langsung diredam oleh musik yang diaminkan oleh Dj.

Rani hanya mengangguk saja. Lalu dia menyenderkan punggungnya pada senderan sofa itu dan memandamg sekelilingnya.

Haaah.... aku benci tempat ini, bising sekali!  Batin Rani.

Dari tempat duduk nya, dia bisa melihat banyak orang yang lalu lalang, banyak orang yang sedang berdansa ataupun beberapa orang yang memuaskan hasratnya di pojok ruangan.

"Dasar tak tahu malu," kata Rani sambil menggeleng. Tak lama Vani kembali dan langsung duduk di sebelah Rani.

"Rokok?" Tanya Vani. Rani menggeleng, "gak ah gue lagi gak mood," 

Vani pun mengangguk dan segera mengambil sebatang rokok lalu menyulutnya.

Vani pun mengisapmya dan menghembuskan asapnya.

"Apa lagi rencana lo?"

"Masih gue pikirin," jawab Rani singkat.

"Lo gak ikut Stevana ke sana? Dia kayaknya seneng banget tuh," lanjut Rani.

Vani pun mengalihkan pandangannya kearah saudara kembarnya itu.

"Males ah gue, hari ini terlalu banyak pengunjungnya,"

Seorang pelayan menghampiri meja mereka dan memberikan pesanan mereka.

Rani mengambil gelas minumanya dan menyesap sedikit demi sedikit isi gelas itu.

Tiba tiba seorang laki laki mendekati sofa mereka dan langsung mengajak Stevana untuk bergabung ke lantai dansa.

"Rani gue ke sana dulu ya, lo gak apa apa kan gue tinggal sendiri?" Tanya Vani dan segera mendapat anggukan dari Rani.

Akhirnya Vani pergi kelantai dansa dan meninggalkan Rina sendiri disofa tadi.

Rina meminum minuman nya itu dalam sekali teguk saat isinya tinggal setengah gelas. Dia nampak berpikir keras sejak tadi.

"Ananda octadiani....," kata Rani pelan lalu tersenyum misterius.

****

Pagi ini Ana sudah disibukkan oleh kegiatan kuliahnya. Masuk kelas keluar lagi sampai dua kali lalu melakukan presentasi sana sini.

Kini dirinya yang sudah lelah dan lapar, langsung melesat ke tempat favotitnya, kantin kampus.

****

Suasana kantin kali ini sangat sepi hanya segelintir oramg saja yang mengunjungi kantin.

Sementara Ana langsung melesat ke konter penjual dan membeli makanan.

"Mba beli nasi goreng satu porsi," kata Ana semangat. Mba penjaga konter tadi langsung mengambil kan pesana Ana. Ana pun membayarbta dan langsung duduk di salah satu tempat duduk.

Saat Ana hendak memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya seseorang langsung mengintrupsinya.

"Hoi,"

"Ada apa sih? Ganggu aja," kata Ana kesal dan melnjutkan memasukkan sesendok nasi goreng  tadi. Tapi ditahan oleh orang itu.

"Jangan dulu kamu gak kapok apa sama kejadian yanv kemarin? Sini biar aku makan duluan," kata orang itu yang langsung menyambar krupuk dan sedikit nasi goreng.

Kriuuk.... kriiuuk
Bunyi kerupuk dan perut Ana bersahutan. Setelah orang tadi selesai menelan nasi goreng itu, dia pun berkata. "Oke, ini aman silahkan dimakan," kata orang tadi disertai senyum manisnya.

"Lebay lo No," kata Ana pafa orang tadi yang terbyata Dino.

Dino hanya tersenyum dan duduk dihadapan Ana.

Beberapa saat mereka dilanda kesunyian sampai Dino membuka percakapan.

"Untuk yang kemarin maaf ya,"

Ana mengangguk masih sambil mengunyah nasi gorengnya dengan lahap.

"Iya gak apa apa kok, santai aja No, lagian kalau gak ada lo mungkin aku sudah tepar di wc," kata Ana sambil memperagakan orang pinsan dengan tangannya.

"Hahaha..... bisa aja, dah makan lagi kayak nya kamu hari ini laper banget," kata Dino diiringi dengan senyum manisnya.

Ana tertawa dan tiba tiba tawanya terhenti ketika tangan Dino mengacak rambutnya.

"Ayo makan lagi," kata Dino. Ana hanya mengangguk kikuk dan melanjutkan makannya.

****

Sementara tanpa disadari oleh dua orang itu, Bima berdiri di ambang pintu kantin sambil melihat adegan kedua orang tadi.

Tangannya mengepal hingga kubu kubu jarinya memutih.

"Ciihhh..... seenaknya saja," kata Bima kesal. Tapi kemudian Bima mengganti ekspresi nya dengan wajah datar.

****

Ana masih memakan nasi goreng dengan kikuk. Pasalnya sedari tadi dia di pandangi terus oleh Dino, dan juga perlakuannya yang tadi.

"Apa sih liat liat?" Kata Ana lalu langsung mengalihkan pandagannya ke segala arah.

Tak sengaja Ana melihat Bima yang keluar dari kantin, hingga Bima menghilang di balik pintu kantin.

Sejak kapan dia disana? Batin Ana khawatir.

****
To Be Continue.

Maaf hanya segini aja, karena aku nulisnya pas lagi waktu istirahat sekolah jadi maklum kalau sedikit.

Terimakasih yang sudah mau menemani ku sampai bagian ini. Vote dan commentnya tetap ditunggu.

Oke sampai sini dulu dan sampai jumpa di bagian selanjutnya dari 'Dia'.

Sayonara ~

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang