Dua Puluh

31 2 1
                                    


Hai.... haii.... haiii...
Maaf lama update nya, karena badan lagi sakit dan pegel pake banget dan pr sudah mulai berkumpul.

Semoga kalian gak bosen nungguin kelanjutan cerita ini.

Happy Reading~

****

Ana POV

ku rasakan jantung ku rasanya mau copot. Ini gilaaa...

Kak Bima memelukku, ku akui memang ini sangat nyaman dan hangat, namun aku sudah tidak tahan lagi.

Kalau terlalu lama jantung ku bisa copot!

"Kak gak enak di liat orang nanti," kata ku sambil mendorong pelan Kak Bima. Sebenarnya sih aku tak rela juga....

Ku rasakan Kak Bima mulai mengendurkan dekapannya dan akhirnya dia melepasku.

Huuuh.... jantungku selamat,

"Maaf, ayo pulang sudah malam," kata Kak Bima yang langsung menggenggam tangan ku.

Kak Bima berjalan di depan ku, aku hanya bisa melihat punggung tegap nya dan pundak nya saja.

Tak terasa kami sudah di parkiran dan Kak Bima lengsung memberikan ku helm.

Hey kenapa dengan wajahnya? Aku merasa aneh saat melihat wajahnya yang seperti..... ngembek? Jengkel? Entahlah pokonya seperti itu lah.

Aku hanya diam saja dan naik ke motor.

****

"Kak terimakasih tadi itu seru," kata Ana sambil menyerahkan helm kepada si empunya.

"Sama sama, justru harusnya aku yang berterimakasih. Terimakasih ya," kata Bima sambil menatap hangat Ana.

Ana yang ditatapan menjadi gugup dan hanya bisa memvalas dengan senyum nya.

"Hmmm.... ka- kalau gitu aku masuk dulu kak, kasihan di Febi pasti sudah nunggu," kata Ana sambil tersenyum.

Setelahnya Ana membalikkan badan dan berjalan kearah kos kosannya.

****
Angin malam menemani Bima menuju tempat tinggalnya. Dia terlihat sangat fokus dalm mengendarai motor nya. Tapi sebenarnya pikirannya sedang sibuk memikirkan sesuatu.

Payah. Pengecut. Kenapa saat itu tak langsung ku katakan saja.

Bima berdecih kesal dibalik helmnya. Dia menambah laju motornya dan membelah jalanan kota Bandung.

****

Pagi hari yang cerah suasana asri dan nyaman. Suara burung burung saling bersiulan. Tiba tiba....

"Aaarrgghh!" Suara teriakan menggelegar. Membuat semua perhatian tertuju pada satu hal.

Dino. Dia mengeram seperti hewan buas, matanya menyalang tajam dan berwarna merah.

Sial gara gara semalam, gue gak bisa tidur. Mood gue hancur! Batin Dino. Dino menghembuskan nafas dengan kasar.

Dino memutuskan untuk tidak masuk kekelasnya. Padahal pagi ini ada jam pelajaran dengan dosen yang paling galak di kampus ini.

****

Suasana kelas hening dan sunyi. Semua orang fokus memerhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh sang dosen didepan kelas.

Ana berhenti menulis dan menengokkan kepalanya kearah kanan,tepat ditempat duduk paling pojok.

Dino kemana ya? Dia bisa bisa habis disembur sama nih dosen, batin Ana. Lalu dia pun meneruskan kegiatan menulisnya daripada dirinya ketahuan sedang tidak fokus pada pelajaran dan sang dosen...

Iiiiih.... takut aku mikirinnya!

****

Bima memutuskan untuk pergi ke belakang kampus sekedar menenangkan pikirannya dan beristirahat.

Bima memutuskan duduk di salah satu sudut.

Bima terdiam. Dia memikirkan sesuatu. Kepalanya tertunduk.

"Dino..... sepertinya dia tertarik dengan Ana," kata Bima pelan.

Tiba tiba terdengar suara langkah kaki mendekat kearahnya disertai sebuah suara.

"Iya. Memang aku tertarik dengan Ana," kata suara itu.

Bima mengangkat kepalanya dan menatap orang yang berdiri tepat didepannya.

Bima berdiri dan balik menatap Dino dengan tatapan sengit.

****

Mereka berdua masih bertatapan sengit. Saling beradu tatapan dan merehkan satu sama lain.

"Ini," kata Dino sambil menyerahkan sebuah amplop pada Bima.

Bima menatap amplop coklat itu dan mengambilnya.

Bima membuka amplop itu dan mengeluarkan selembar foto. Dia memerhatikan foto dirinya dan Ana saat di perpustakaan.

(Author: Masih inget kan?)

"Apa maksudnya ini? Gue tahu lo juga tertarik kan sama Ana," kata Dino tegas.

"Ini bukan urusan lo," kata Bima sambil memasukkan kembali foto itu. Dan merobek nya bersama dengan amplop coklat itu.

Bima membuang sobekan foto dan amplop tadi dan kembali menatap Dino.

"Ini bukan urusan lo. Dan lo bener bahkan lebih," kata Bima sambil menatap tajam Dino.

Dino mengepalkan tangannya. Dia terlihat sangat kesal. Tapi Dino langsung menarik nafas dan menenangkan dirinya.

Dino maju satu langkah dan berbisik disalah satu telinga Bima.

"Biarkan Ana yang memilih dan satu lagi.... gue gak akan kalah dari lo,"

Bima tersenyum miring dan membalas perkataan Dino.

"Ok. Kita lihat siapa yang akan dia pilih dan gue juga gak akan kalah dari lo,"

Mereka berdiri tegak lagi dan saling bertatapan.

Saling melempar tatapan tajam dan senyum mengejek.

"Mulai!" kata mereka berdua kompak dan langsung berjalan berbeda arah.

Bima dan Dino berjalan saling membelakangi dan masing masing menampakkan tatapan yakin.

****

To Be Continue

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang