Dua Puluh Tujuh

32 1 0
                                    


Nyam.. nyam.. nyamm

"Hmmm.... donat ini enak banget, lo beli dimana Na?" Kata Febi yang sedang sibuk mengunyah donat coklat nya.

"Dicafe deket toko buku langganan gue,"

"Lo harus bawa gue kesana, harus!" Kata Febi lagi yang masih kegirangan dengan donat coklatnya.

"Biasa aja kali. Tapi gue gak janji ya,"

****

Pagi ini Dino dan Dio sudah berada dikampus lebih awal. Hal ini sangat jarang terjadi. Sangat sangat jarang terjadi. Terutama Dio.

Kedua orang itu memutuskan memasuki perpustakaan. Menuju meja paling sudut dan jarang ada orang yang kesana.

"Jadi lo mau cerita apa, No?"

"Gue udah ngungkapin perasaan gue. Tapi...," ucap Dino menggantung.

"Tapi?"

"Tapi reaksi Ana sungguh diluar perkiraan gue. Gue kira dia akan tertawa atau langsung menolak gue dan bertingkah seperti biasa,"

"Emang nya yang malah terjadi seperti apa?" Tanya Dio heran.

Dino diam sejenak,"dia kaget dan entah ini hanya perasaan gue aja tau emang beneran, muka nya merona,"

"Serius? Jarang jarang Ana bisa jadi manis begitu," kata Dio sambil mengusap usap dagunya.

"Mungkin gue ada kesempatan buat dapetin Ana. Gue seneng banget, udah cuma itu doang yang mau gue omongin," kata Dino datar. Dino berdiri dari duduk nya dan menelusuri satu persatu buku di rak.

"Cuma itu? Lo udah bangunin gue dengan cara tak manusiawi dan datang ke kampus yang masih sepi kayak kuburan gini cuma mau ngomong itu doang?!" Dio menunjuk nunjuk kearah Dino yang masih saja asik membaca satu persatu judul buku yang dilihatnya.

"Lo ya emang! Aaaakhh!"
Dio teriak teriak dan mulai ngedumel sendiri.

Suasana hening menyelimuti mereka. Hingga Dio membuka suara.

"Lo emang bisa dapetin Ana. Tapi ada seseorang yang bakal menghadang lo,"

Dino berhenti dari aktivitasnya dan membalikkan badannya menghadap Dio.

"Ya lo bener, dan gue gak mau kalau dari kakek kakek itu!" Dino mengepalkan tangannya.

****

Diwaktu bersamaan seseorang sedang mendengarkan percakapan mereka.

Lalu orang itu tersenyum dan mengelus ngelus dagunya, sedang berfikir.

"Hmmm.... sepertinya gue ada ide bagus. Ini pasti akan seru," kata orang itu. Dia berbalik, dan meninggalkan perpustakaan disertai tawa pelan.

****

"Ana,"

Orang yang dipangil pun menghentikan jalan nya dan membalikkan badan untuk melihat siapakah yang memanggilnya.

"Loh, kak Bima?"

"Ana kamu mau kemana?" Tanya Bima sambil melihat beberapa buku yang dibawa Ana.

"Pasti mau ke kantor ya? Sini biar aku yang bawa, pasti berat," Bima pun langsung mengambil semua buku yang ada ditangan Ana. Mungkin jumlah nya ada dua puluhan dan tidak terlalu tebal.

"Makasih kak. Iya aku disuruh bu Siti buat naruh buku ini di meja nya,"

Mereka berjalan beriringan menuju kantor guru yang terletak di gedung seberang.

"Kemana mahasiswa lain? Kenapa harus cewe yang membawa buku ini, walau ini gak terlalu berat tapi kan gak seharusnya cewe yang bawa berat berat," Bima menunjukan wajah kesalnya.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang