Extra Part

41 0 1
                                    

"Libur telah tiba, libur telah tiba hore! Hore! Hoo-ree!"

Dio bernyanyi dengan riang sambil berjalan dengan semangat dan sedikit melompat.
Suasana yang ceria itu langsung dirusak oleh ketiga orang lainnya yang datang bersama Dio

"Dio lo bukan anak Tk lagi!" Kata Ana.

"Semangat yang.... membara? Haha," kata Dino.

"Gue gak kenal sama nih orang, Ana lu kenal gak sama ntuh orang?" Tanya Febi kepada Ana. Ana hanya menggeleng.

Mereka bertiga pun berjalan kearah yang berlawanan.

"Heei heei kalian jahaaat! Tega kamu ya!" Kata Dio berlebihan. Ana, Febi dan Dino terus berjalan tanpa memperdulikan temannya.

Dio tak ada pilihan lain selain mengejar mereka.

****

"Kalo lo kayak gitu lagi benar kita tinggal," ancam Febi. Dio mengangguk paham.

"Udah udah, kita makan dulu baru jalan jalan," kata Ana menengahi. Ana memanggil salah satu pelayan dan mulai membaca menu.

"Eh ada bebek penyet trus ada level nya lagi. Asik nih," kata Dio antusias.

Dio menatap Febi dan Febi pun menatap Dio, "bebek penyet level lima!" kata mereka bersamaan.

"Saya pesan bebek penyet level dua aja sama minumnya teh manis anget," pesan Ana.

"Samain aja sama dia," kata Dino sambil menunjuk Ana.

"Lalu yang dua lagi minumnya apa?" Tanya pelayan itu.

"Es teh manis!" kata Dio dan Febi bersamaan. Setelah mencatat pesanan, pramusaji itu pergi.

"Kalian bisa gak sih gak usah saingan terus. Level lima itu level tertinggi pasti pedes banget!" Komentar Ana.

"Siapa yang sanggup ngabisin tuh bebek menang, hahaha," kata Dio. Febi tersenyum miring.

"Okee!"

"Haduuh sama sekali gak didengerin," batin Ana. Dia hanya bisa geleng geleng kepala melihat kedua temannya itu.

"Udah diemin aja biasanya juga begitu. Mereka sudah masuk ke dunia mereka sendiri. Tuh liat," kata Dino sambil menunjuk ke arah Dio dan Febi yang duduk berhadapan.

Ana menolehkan kepalanya dan melihat kilatan petir diantara kedua orang itu yang entah sedang apa tetapi saling memberikan tatapan sengit dan tertawa pelan.

"Mereka ngapain sih?" Batin Ana lagi.

"Akhirnya kita jadi juga jalan jalan pas lagi libur gini... yaa walaupun di ikutin mereka," kata Dino.

"Tapi seruan bareng mereka, makin banyak orang makin bagus," kata Ana.

Seorang pelayan mendatangi mereka dan meletakkan pesanan dimeja.

"Selamat menikmati," katanya. Dia pun pergi setelah semua pesanan sudah dimeja.

Wangi pedas dari cabai dan sambel begitu menusuk. Warna merah dari cabai memeriahkan piring mereka.

"Aw..... kalian yakin mau makan itu?" Tanya Ana saat melihat piring Dio dan Febi. Semua sambel menutupi bebek nya.

"Iya dong. Kita mulaaai!" Kata Febi semangat.

Febi mulai menyuir daging bebek dan beberapa sambal yang ada diatasnya ikut terbawa. Tak mau kalah, Dio mulai menyantap bebeknya.

Suapa daging bebek dan nasi anget memasuki mulut mereka. Rasa daging yang gurih dan tekstur yang renyah juga lembut langsung digantikan dengan rasa pedas yang membara, membakar lidah dan mulut mereka.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang