Dua Puluh Delapan

29 1 0
                                    


Ana menundukkan kepalanya, sedangkan Dino langsung berdiri dan keluar dari cafe itu.

"Ana lebih baik kita pergi saja dari pada menghadapi mereka, dan sepertinya Dino marah besar," bisik Febi. Ana mengangguk dan mereka pun pamit pada Bima setelah membayar pesanan mereka.

*****

Ana POV

Sungguh! Ini sangat GIIILLAA! bagaimana bisa Bima mencium ku, dan itu didepan banyak orang!

Sepertinya jantungku tidak akan kuat jika diperlakukan serti ini terus.

Kupandangi Dino yang berjalan lebih dulu dari kami, kulihat dia tampak kesal dan mengumpat.

Hhh.... biarkan saja lah, saat ini dia perlu sendiri.

"Kami dulunya," pamit Febi pada Dio.

Dio mengangguk lalu melambaikan tangannya yang langsung dibalas kami dengan lambaian tangan juga.

****

Siang hari yang berat untuk Ana dan Febi. Pasalnya mereka berdua kini mendapatkan hukuman dari sang dosen dikarenakan tidak mengerjakan tugas.

"Haaah! Aku capek, hayati lelah bang," kata Febi lebay.

Ana hanya geleng geleng dan kembali menyapu halaman samping kampus.

"Febi kamu jangan malas malasan dong. Kalau mau cepat selesai jangan banyak duduknya!"

"Aku capek Na. Dari setengah jam tadi aku udah nyapuin daun daun yang ada dirumput tapi kok gak abis abis," keluh Febi yang kembali berdiri lagi.

"Yasudah istirahat saja sisanya serahkan pada ku," ujar Ana.

Febi pun senang dan langsung pergi entah kemana. Sedangkan Ana mencoba menyelesaikan hukuman mereka.

****

"Febi ada dikantin? Bukannya dia sama Ana tadi?" Batin Dino. Saat dia keluar dari kelasnya dia melihat Febi yang sedang mengelilingi kantin dengan sekantung plastik berisi makanan dan minuman.

Dino pun berpikir sejenak dan melangkahkan kaki nya kesuatu tempat.

****

"Haaahh.... akhirnya selesai juga. Si Febi kemana sih? Tiba tiba pergi gitu aja,"

Ana langsung berbaring saat dia menyelesaikan hukumannya dan merentangkan tangannya.
Dia memejamkan matanya dan menikmati suasana disekitarnya yang sedang sepi itu.

Sreek... sreeek
Suara langkah seseorang yang bergesekan dengan rumput dan tak lama rasa dingin yang menghinggapi dahinya, membuat Ana membuka matanya.

"Feb- eh Dino?" Baru saja dia akan memarahi orang yang dikiranya Febi tadi.

Seketika suasana menjadi hening. Mereka berdua sama sama terdiam.

"Hmmm... itu Na, diminum pasti kamu capek kan nyapu halaman seluas ini," kata Dino membuka percakapan.

Ana mengguk dan membuka tutup botol nya. Gluuk... gluuuk...gluuuk... aahh

"Segeeeerr..... makasih Dino," kata Ana senang.

'Rasanya enak banget, tahu aja ni Dino gue lagi haus,' batin Ana.

Setelah perbincangan singkat itu, lagi lagi menjadi hening. Dino terlihat curi curi pandang ke Ana.

"Jadi.... gimana?" Tanya Dino. Ana menoleh dan menampilkan raut bingungnya.

"Gimana apanya?"

"Jawaban kamu, soal perasaan aku,"

Ana terdiam dia bingung. Memang sampai saat ini pun dia tidak tahu harus memberikan jawaban apa. Dirinya seperti dilema.

"Aku bingung. Maaf,"

Dino manggut manggut dan mengerti. Namun ada rasa kecewa dihatinya.

"Ya sudah tidak apa apa, aku akan menunggu," kata Dino sambil tersenyum kearah Ana. Ana membalasnya dengan senyum manis.

Tangan Dino terangkat dan mengacak rambut Ana.

****

"Feebiiii!" Teriak Ana saat melihat Febi ada dikantin dengan sekantung besar minuman dan makanan.

"KE MANA AJA SIH LO?! GUE DARI TADI UDAH NYARI NYARI," kata Ana kesal. Febi hanya bisa cengengesan dan menyerahkan beberapa minuman dan makannan pada Ana.

"Dah... dah... dari pada marah marah, mending kita makan," Ana memurut saja karena memang perutnya juga sudah lapar.

"Oh iya, Dino mana? Tadi masih ada kan?" Tanya Ana yang baru ingat tadi Dino ikut juga kesini.

"Entah, gue gak liat tuh. Udah lah nanti juga muncul lagi," kata Febi sambil meminum minan isotoniknya lagi.

Tak lama seseorang duduk disebelah Ana, "loh Dino, kamu kemana sih tadi? Maaf ya aku sampai lupa kalau ada kamu juga,"

"Aku laper dan beli bakso deh. Ya gak apa apa kali," Kata Dino yang langsung memakan baksonya dengan lahap.

"Kok gue ngiler ya ngeliat bakso punya Dino. Kayaknya kuahnya seger banget, trus daun bawangnya wangi. Aduuh," batin Ana sambil memandangi bakso milik Dino.

Dino yang merasakan tatapan Ana langsung menghentikan makannya dan menolehkan kepalanya kearah Ana.

Jarak anatara wajah mereka lumayan dekat dan membuat wajah Ana sedikit bersemu dan jantung Dino berdetak.

"Eh.. kamu pengen baksonya?" Tanya Dino gugup. Ana menggeleng.

Kruuuukk... krrruuuukk

"Laper? Udah makan aja," kata Dino yang mendengar suara perut Ana.

Ana menunduk malu dan menggeleng lagi. Dino jengah dah mengambil sepotong bakso serta kuahnya dan menyendokkan ke Ana.

"Ana buka mulutnya," Ana masih diam, dia sebenarnya sangat tergoda dengan bakso iti tapi dia kasihan dengan Dino yang katanya lapar juga.

Huuuft...
Satu hembusan nafas Dino keluarkan, tangannya meraih dagu Ana.

"Ana ayo buka mulutnya," kata Dino lagi. Ana mulai membuka mulutnya dan masuklah sepotong bakso itu.

"Mmm... enak baksonya, beli ah," secepat kilat Ana membeli bakso itu.

"Jahahaha, ternyata tuh anak laper," kata Febi disertai Dino yang juga tertawa.

****

Suasana toko buku langganan Bima hari ini sepi. Hal ini membuat nya lebih nyaman untuk berlama lama disana.

Dia membaca salah satu buku dan hampir selesai. Saat itu handphone nya bergetar dan menandakan sebuah pesan masuk.

Bima membuka nya dan membaca pesan singkat itu. Tak lama wajahnya terlihat terkejut. Matanya melebar dan badannya kaku.

****

To Be Continue

Penasaran apa yang ada di sms nya itu? Dan kapan Dino akan mendapatkan jawabnnya nya

Tunggu kelanjutannya ya

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang