Dua Puluh Sembilan

29 3 0
                                    

Tak lama senyum lebar terukir diwajah nya. Bima merasa sangat senang.

****

Sesampainya dikos kosan, Ana dan Febi sungguh terkejut dengan keadaan kamar mereka.

Barang barang berserakan. Pakaian mereka ada diluar lemari dalam keadaan berantakan. Seprai kasur terbuka dan bantal bantal ada dilantai. Sangat kacau dan berantakan.

"A-ada apa ini? Apa ada pencuri?" Tanya Febi syok.

Mereka menyusuri seluruh bagian kamar. "Untung saja tidak ada yang hilang," kata Febi.

Ana mengangguk. "Apa sebaiknya kita panggil polisi?"

"Tidak usah. Itu akan sangat merepotkan. Lebih baik kita bereskan ini dan segera istirahat, aku sangat lelah mengerjakan tugas tadi," keluh Febi sambil memunguti barang barang.

"Bagaimana kalau kita beritahu Dino dan Dio?"

"Sudah lah Ana selama tidak ada yang terluka dan hilang lebih baik kita simpan saja kejadian ini,"

Ana hanya diam dan memperhatikan Febi sebentar. Tak lama dia pun membantu membereskan kamar mereka.

****

Setelah menyelesaikan kelas terakhirnya hari ini, Ana segera pergi ke perpustakaan kampus.

'Hari ini sangat berat sekali. Kenapa sih tiba tiba Pak Sani mengadakan ulangan mendadak. Biasanya juga tidak peduli bapak itu. Huuh- untung saja banyak soal yang bisa kukerjakan,' batin Ana.

"Selamat siang Ana," sapa penjaga perpustakaan. Ana tersenyum.

"Siang mba,"

Ana pergi ke rak buku cerita dan mengambil satu buku dari sana. Setelahnya Ana pergi ke tempat duduk yang paling sepi dan mulai membaca.

Lima menit kemudian.
Huuh-

'Kenapa hari ini perasaan ku tidak enak ya. Apa efek dari ulangan mendadak tadi?' Batin Ana.

Dia berfikir dan tak lama menggeleng. ' Ahh... tidak mungkin efek nya akan sekuat itu. Apa mungkin hari ini akan ada kejutan lainnya ya?'

"Eh... cerita kancil dan buaya?"

"Waaaa!" Ana terkejut dan berteriak kaget. Dia menolehkan kepalanya dan menemukan Bima sedang di belakangnya.

"K-kak Bima bikin kaget aja. Kalau mau muncul bilang bilang dong," kata Ana sambil mengelus elus dadanya yang masih berdebar kaget.

"Muncul? Memang nya aku hantu apa? Sudah lah. Jadi... kenapa kau membaca buku itu?"

"Memang nya tidak boleh? Terserah aku dong! Huh," kata Ana dengan nada jengkel.

"Tidak usah marah. Tambah imut kan jadinya," kata Bima dengan nada tulus.

Ana tetap diam. Dia melanjutkan kegiatan membacanya.

"Oh iya kau tahu, ada menu donat baru dicafe tempat ku bekerja. Kau harus mencobanya," kata Bima.

"Hmm,"

"Hei aku dengar akhir akhir ini banyak terjadi tindak kejahatan terhadap perempuan," kata Bima sambil menyilangkan kedua tangannya didada.

"Hmm," sahut Ana yang masih membaca.

"Kau harus berhati hati dan jangan sampai lengah," kata Bima lagi sambil memandang Ana yang masih membaca.

"Pasti," matanya masih fokus ke bacaannya.

"Hei ada orang didepan mu. Jangan hanya membaca buku saja," kata Bima yang lama lama merasa kesal juga karena diabaikan.

"Apa hal ini akan membuat mu merespon dan berhenti membaca sejenak," gumam Bima.

"Ana," panggil Bima.

"Hmm," Ana masih fokus ke bacaannya.

"....aku akan segera pergi minggu depan," mereka diam. Tak lama Ana mengalihkan fokusnya da buku ke Bima.

"Pergi kemana?" Tanya Ana.

"Apa kau lupa? Tentang beasiswa itu? Pihak penanggung jawab program beasiswa itu, kemarin menelpon ku dan memberitahukan kalau minggu depan aku sudah bisa mengikuti program itu dan.... pergi dari sini...," kata Bima yang diakhiri dengan suara lemah.

Ana tersentak. 'Pergi? Dan tempatnya pun jauh sekali, diluar negri? Ini sungguh mendadak. Loh.... kenapa ini?'

Tak disengaja air matanya jatuh dan terus jatuh ke pipinya hingga menetes dibukunya. Ana kaget dan segera menghapus air mata itu.

Namun cairan tak henti hentinya mengalir.

"Maaf kk aku mau ke Wc dulu," langsung saja Ana berdiri dan pergi.

Bima hanya bisa memandang kursi yang diduduki Ana tadi.

****

Didalam salah satu bilik Wc perempuan. Seseorang sedang berjongkok di pintu dan menangis sesenggukan.

'Kenapa... kenapa dada ku sakit? Aku harusnya senang. Dia bisa belajar ditempat yang lebih bagus,' Ana meremas dada yang hingga bajunya pun ikut teremas.

Hiks...haah...hiks...
'Gak boleh begini. Aku harus menghentikannya, kk Bima gak boleh pergi,'

Ana mengangkat wajahnya dan menelungkupkan nya lagi.
'Emangnya aku siapa yang beraninya melarang orang lain untuk belajar disuatu tempat,'

Ana terdiam dan memejamkan matanya sebentar. "Heh... aku kok jadi aneh plus galau sih," Ana berdiri dan keluar dari bilik itu dan mencuci wajahnya diwastafel.

****
Dio dan Dino sedang jalan jalan melepas penat setelah jam kuliah mereka.

"Dio kita makan yuk atau ngapain gitu. Gue capek tahu," namun yang diajak ngomong malah diam.

"Dio gue laper," Dio masih diam.

"Gue lelah,"

"Gu-" "cukup!"

Perkataan Dino langsung dipotong oleh Dio.

"Cukup! Dari tadi yang keluar dari mulut lo selama sepuluh menit ini cuma keluhan keluhan keluhan. Gue pegel juga dengernya,"

"Ya capek lah, lelah, laper bla bla bla. Sekarang tutup mulut lo kalau gak nau gue yang nutup mulut lo pake bakiak nenek gue!" Perintah Dio. Dino pun langsung menutup mulutnya.

Dio hanya memaklumi kelakuan sahabatnya itu, 'nih anak pasti ada masalah. Pasti ada apa apanya. Aish... kenapa juga gue bisa punya teman kayak ABG alay gini sih' batin Dio.

Setelah menemukan tempat yang cocok untuk mengobrol,mereka pun pergi kesana.

Dino duduk tak jauh dari Dio. "Oke sekarang ceritain ke gue apa yang terjadi sama lo? Trus ada apa dengan lo yang berubah secara tiba tiba jadi anak ABG alay?" Tanya Dio.

"Yah gak penting sih. Beberapa hari yang lalu gue nembak Ana trus sampai sekarang masih digantung. Belum lagi si Bima yang sok keren itu apke acara deket deket Ana,

"Apa lagi kejadian waktu di kafe itu,gue-" Dino menggeratkan jari jarinya.

"Sabar sabar. Trus lo udah kasib tahu belum kapan Ana harus jawab atau lo yang nagihnya?" Tanya Dio.

"Gue sih pernah nanya lagi tapi belum ada juga. Dia bilang dia bingung. Jadi gue cuma bilang aja 'gue bakal nunggu' ya pokoknya sih gitu lah,"

"Hmm... gue ngerti kenapa lo tiba tiba bisa jadi ABG alay. Kalau gitu lo jalan satu satunya untuk kasus lo adalah....,"

"Apa?"

"Ya kepastian dari Ana lah. Apalagi coba kalau bukan itu," jawab Dio.

****
To Be Continue

Maaf lama updatenya. Bab selanjunya aku usahain cepet deh.

Terimakasih untuk yang sudah baca, vote dan comment.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang