Sebelas

52 3 0
                                    

Ana POV

Mulai hari ini, pagi ini aku bebas dari Kak Bima yang nyebelin itu. Ya.... walaupun aku menyukai sikap kak Bima yang tegas tapi lembut itu.

Aku melangkahkan kaki ku menuju area sekolah dengan ringan dan senyum ceria. Tak akan ada lagi yang menyuruhku setiap saat. Ku masuki kelas ku. Intan dan Nina sedang mengobrol bersama, paling obralan tidak penting. Aku berjalan kearah tempat duduk ku yang ada di sebelah Intan.

"Ana kamu bebas kan hari ini?" Tanya Intan. Aku mengangguk lalu dapat ku lihat pancaran bahagia dari wajahnya.

"Akhirnya Na, selamat ya," kata Intan sedangka Nina hanya terkekeh.

"Aku kan gak ulang tahun atau mendapatkan sesuatu, gak usah lah pake acara kasih selamat," kataku. Tak lama bel berbunyi, pelaran pun dimulai.

****
Saat jam istirahan aku, Intan dan Nina langsung melesat kekantin. Kami makan dengan santai dan mengobrol.

"Nina nanti temenin aku ngerjain pr di perpus ya," kata Intan.

"Gak ah males," jawab Nina lalu meminum lagi es teh nya.

"Nina pliiiisss..... ya mau ya," kata Intan masih saja memaksa. Nina tetap menolak. Aku hanya memerhatikan tingkah kedua sahabt ku itu.

Kira kira kak Bima makan apa ya? Biasa nya kan aku yang beliin dia roti kesukaan nya batin ku sambil menyusuri setiap sudut kantin mencari keberadaan Kak Bima.

Udah lah gak usah dipikirin..... tapi kak Bima lagi ngapai ya? Pikirku lagi. Aku menggeleng.

Sudah lah tidak usah dipikitkan lagi yang penting aku bebas sekarang. Aku mencoba tak perduli lagi tentang kak Bima. Tapi ada bagian dari diri ku yang ingin sekali membahas Kak Bima.

Oh iya Tari, si lepet, Vani dan Vina tidak pernah mengganggu ku lagi. Entah apa yang dilakukan kak Bima pda mereka.

Aku memutuskan untuk itu membujuk Nina saja dari pada memikirkan kak Bima.

****
Hari hari ku sudah kembali lagi. Tak terasa semester satu sudah selesai dan aku memutuskan pulang ke Jakarta dan bertemu dengan teman teman ku.

Liburan ku terasa tidak menyenangkan. Hanya Febi, Dio dan Dino yang masih mau menyapaku. Yang lain? Mereka sudah sombong bahkan Rani lebih memilih bersama pacar nya terus terusan. Aku pun memutuskan kembali ke Kalimantan saja dan menghabiskan liburan semester ini di rumah dinas saja.

****

Semester dua dimulai, Intan dan Nina langsung memelukku saat hari pertama sekolah lagi.

"Anaaaa.... aku kangen," kata Intan sambil memelukku. Kini kami bertiga seperti teletabis? Saling berpelukan. Dengan aku yang ada ditengah.

"Nin, Tan se-sak," kata ku sambil memberontak. Mereka pun melepaskan ku. Aku menarik nafas sebanyak banyaknya.

"Sama aku juga, walau cuma dua minggu tapi kayak lama banget ya," kata ku semangat. Kami pun duduk dibangku kami dan mengobrol.

****
Pelajaran terakhir sudah dimulai sejak sejam yang lalu tapi aku sama sekali tidak menyimak. Walaupun mataku menatap papan tulis tapi pikiran ku masih memikirkan Kak Bima.

Dah lama juga gak ngeliat kak Bima. Kira kira dia gimana ya?
Aku memperhatika telapak tangan kiri ku yang pernah di gandeng nya waktu itu.

Rasanya hangat. Rasanya aku masih bisa meradakan genggaman tangan Kak Bima. Aku mengusap telapak tangan kiri ku dengan tangan satunya lalu ku letakkan telapak tanga kiri ku di pipi kiri ku.

Tak ku sadari aku memejamkan mataku dan tersenyum. Rasanya seperti ada Kak Bima. Apa aku menyukai nya?

Ku rasakan colekan di tangan kanan ku. Aku membuka mata dan mendapati seisi kelas dan guru yang mengejar memperhatikan ku. Intanemanyakan apa yang ku lakukan.

"Na kmu ngapain senyum senyum?" Tanya Intan. Aku bingung menjawabnya. Bu guru mendekatiku.

"Ananda apa yang kamu lakukan? Coba ibu lihat catatan nya," kata guru itu lalu langsung mengambil buku catatan ku yang masih kosong.

Bagaimana ini aku sama sekali tidak mencatat tadi. Batin ku mulai panik.

Guru tadi tersenyum pada ku. Perasaan ku jadi tak enak.

"Ananda setelah sekolah tolong bersihkan perpustakaan," kata Guru itu lalu kembali mengajar. Aku hanya menghembuskan nafas pasrah.

Memang aku juga yang salah.

****
Sesuai yang di katakan tadi, aku langsung menuju perpistakaan sekolah yang lumayan luas. Mulai mengambil kemoceng dan membersihkan buku buku dan merapihkannya. Untung saaj aku tidak sendiri. Kalau sendiri pasti aku akan ketakutan juga.

Masih ada penjaga perpustakaan dan tiga orang kakak kelas.

Aku merapihkan buku buku sambil bersenandung sampai aku mendengarkan pembicaraan ketiga kakak kelas tadi yang membuat ku tertarik.

"Hei hei, aku dengar Bima sudah pindah dari semester kemarin," kata kakak kelas pertama.

Aku mengintip dari sela sela buku.

"Memang, Bima kan sudah menyerahkan posisinya di OSIS kepada wakil," kata Kakak kelas kedua. Sementara Kakak kelas ketiga hanya memperharikan saja.

Pindah? Kok aku gak tahu ya. Kenapa kak Bima gak kasih tahu aku? Pikirku aku pun melirik lagi dan kulihat mereka hanya mengobrolkan hal tidak penting menurut ku.

Aku membersihkan kembali rak rak buku lainnya dan segera pulang.

****
Disinilah aku berada, didepan kediaman Kak Bima. Kulihat rumah nya sepi seperti tidak ada penghuninya.

Kutanya seorang tetangga yang sedang membeli sayur.

"Permisi bu," aku tersenyum pada ibu itu dan tukang sayur. Ibu tadi balik tersenyum.

"Ada apa nak?"

"Begini bu, saya teman nya Bima Anta yang rumah nya disitu. Saya mau main kerumahnya tapi kok sepi ya?" Kata ku sambil menunjuk rumah Kak Bima.

"Oh Bima yang itu. Sudah seminggu ini mereka pindah rumah," kata ibu itu sambil mengambil sayur wortel.

"Ibu tahu mereka pindah kemana?"

Ibu itu menggeleng. "Tidak dek," aku pun menghela nafas kecewa dan pamit.

****
"Kak Bima kok gak bilang ya kalau mau pindah, atau aku nya yang gak nyimak dia waktu Kak Bima kasih tahu," kata ku saat dikamar ku. Menatap langit langit kamar.

"Kak Bima siapa kak?" Tanya seseorang. Aku menengok kearah pintu, tak ku sadari adik ku mendengarkan omongan ku tadi.

"Anton ngapain kamu disitu, sini," kata ku sambil menepuk pinggiran kasur ku. Adik laki laki ku pun duduk disitu.

"Kak bisa ajarin aku soal ini? Aku gak ngerti kak," kata Anton sembil menunjukkan buku matematikanya.

Aku melihat soalnya dan mulai menjawab soal tadi, setelahnya aku menjelaskannya pada Anton.

Aku baru tahu apa jawaban dari pertanyaan ku tadi. Kak Bima tidak memberitahu ku karena, aku.....

Bukan siapa siapa.

****
To Be Continue

Haiii.... kita ketemu lagi.... Gimana ceritanya? Tekan bintang yang ada dipojok kiri ya. Terimakasih yang sudah comment, vote dan membaca cerita ini.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang