Sembilan

66 3 9
                                    

Daaann....
Sesuatu itu bergerak tertiup angin. Bima masih mengarahkan senternya pada sesuatu itu. Bima memperhatikan dengan seksama.

Sebuah kain putih menggantung di ranting pohon.

"Huh untung saja hanya kain," kata Sita sambil berusaha tertawa tapi dia malah tambah gugup.

Kak kelas cowo itu mengambil kain tadi.

"Hahahaha..... kalian pemakut sekali," kata nya sambil mengibas ngibaskan tangan kearah Ana dan Sita.

Sreeek! Sreek! Tiba tiba saja dahan suatu pohon bergerak sendiri. Mereka berempat langsung panik dan gugup lagi.

"Ri-o kau sih berisik," kata Sita tergagap. Kakak kelas yang ternyata bernama Rio itu sudah berkeringat dingin. Bima yang berdiri disamping Ana juga sama seperti Rio.

Hiiii~ sebuah suara terdengar dari atas pohon tadi. Dengan kompak mereka berlari dan berteriak.

****
Malam ini malam terakhir acara kemping. Kali ini acara bebas, Ana, Intan dan Nina sedang mengobrol didepan tenda mereka.

"Ana, seru ya acara kemping ini," kata Intan semangat. Ana memutar matanya jengah.

"Ku seneng karena bisa pdkt sama Irfan kan? Dasar," Intan hanya terkikik.

"Intan temenin aku yuk ke wc," kata Nina tiba tiba. Intan hanya pasrah.

"Kami tinggal dulu ya Na," kemudia Intan dan Nina pergi meninggalkan Ana sendiri didepan tenda mereka. Walaupun tenda mereka dejmkat demgan tenda teman sekelasnya, namun saat ini semua orang sedang berkumpul didepan api unggun dan saling mengobrol.

"Akhirnya semua orang bisa nyatu juga adek dan kakak kelas sudah bisa bersama dan saling sapa lagi, rencana Kak Bima dan teman temannya berhasil," kata Ana sambil menatap langit yang memperlihatkan cahaya kerlap kerlip dari bintang.

Tiba tiba seseorang mengganggu aktivitas Ana. Ana menengok ke kirinya untuk melihat siapakah orang itu.

"Ana kamu bisa bantu aku?" Tanya orang itu yang ternyata adalah Vina. Ana bingung.

"Bantu kamu? Bantu apa?" Tanya Ana.

"Bantu aku cari Vani, dia belun kelihatan sejak tadi sore," kata Vina dengan muka memelas.

"Kenapa gak minta tolong sama Tari dan lepet?" Tanya Ana.
Vina menunduk.

"Mereka udah mencari Vani tapi belum ketemu, kamu mau ya bantu in aku cari Vani," tanya Vina memelas. Ana merasa ada yang tak beres tapi dia tak tega melihat wajah memelas Vina dan kalau benar Vani hilang kan kasihan juga.

"Yasudah. Tapi kita cari dari mana?" Tanya Ana. Vina mengambil handphone nya.

"Kita masuk sedikit kedalam hutan, tadi sore kata nya Vani mau melihat lihat hutan, dia pasti belum jauh dari kawasan pinggir hutan," kata Vina lalu langsung menarik Ana pergi ke tempat yang mereka tuju.

****
Angin malam menemani kedua siswi SMA itu dalam menyusuri pinggiran hutan. Sebenarnya Ana masih takut untuk dekat dekat dengan hutan ini, mengingat kejadian kemarin.

"Ana lebih baik kita berpencar aja," kata Vina. Ana terkejut.

"Ber- berpencar? Aku takut tapi," kata Ana. Vina tersenyum.

"Kau takut? Aku juga Ana. Kita sama sama takut untuk masuk kehutan itu," kata Vina.

"Kita tetap akan berpencar?" Tanya Ana. Vina mengangguk.

"Aku ke kanan dan kamu kekiri," kata Vina. Ana memperhatikan jalan yang akan dia laliu. Jalan yang sepi dan cukup gelap. Ana menggelang.

"Ayo lah Ana, ini demi menemukan Vani. Kalau begiti ini nomor telpon ku kalau ada apa apa kita akan langsung menghubungi satu sama lain. Bagaimana?" Tanya Vina. Ana terlihat memikirkan nya. Vina menunggu dengan cemas kalau kalau Ana menolak lagi.

"Yasudah kalau begitu kita pergi sekarang kalau ada apa apa kita harus saling mengabarkan ya?" Tanya Ana dan disambut anggukan Vina.

Mereka pun berjalan berkawanan arah.

"Selamat jalan jalan Ana," kata Vina pelan sambil menampilkan senyum kemenangannya.

****
Sudah setengah jam Ana berjalan tapi belum juga dia menemukan tanda tanda Vani. Bahkab kalau Ana lihat tidak ada tnda seseorang yang berjalan kearah ini. Ana pun memutuskan berbalik arah.

Tapi dia tidk ingat jalan yang dia pakai untuk kesitu.

"Aku harus kemana?!" Tanya Ana panik. Ana pun menenangkan dirinya.

Aku harus telpon Vina! Ana pub mengambil handpone nya namun tidak ada sinyal. Ana pun memutuskan untuk melanjutlan perjalanan.

****
Intan dan Nina sudah kembali ketenda namun mereka tidak menemukan Ana.

"Kita coba tanya ke Kak Bima yuk," ajak Intan. Nina pun mengangguk setuju. Mereka mencari cari Bima dan mendapatinya sedang mengobrol dengan beberapa temannya.

"Kak maaf ganggu, kami mau tanya dimana Ana?" Tanya Intan langsung.

"Aku tidk bertemu dengan Ana dari tadi. Bahkan aku mencarinya juga karena ada pekerjaan untuk dia. Bukankah Ana bersama kalian?"

Perasaan Intan tak enak.
"Kak, Ana tdi ada didepan tenda kami. Dan dia pasti tudak akan pergi kemaba mana," jelas Intan. Nina mengangguk.

"Mungkin dia jalan jlan bisa ajajan?" Tanya Bima.

"Gak mungkin kak. Ana kalau mau pergi pasti bilang bilang kok. Kita cari Ana yuk Kak. Petasaan ku gak enak," kata Intan jujur. Bima juga merasa khawatir dengan gadis itu.

Bima mengangguk. Mereka pun mulai mencari Ana di sekitar tempat mereka kemping dan pada tenda masing masing kelas.

****
Sementara Ana sudah ketakutan dan bingung. Pasalnya saat ini ada dahan pohon yang bergerak gerak lagi.

****
"Ana gak ada disini!" Kata Bima. Intan dan Nina makin khawatir dangan keberadaan sahabat mereka itu.

"Mungkin Ana ada dihutan. Kita belum cari disana kan?" Kata Intan.

"Mungkin. Kalau begitu aku minta bantuan sama beberapa orang dulu ya," sehabis berkata begitu. Bima melesat dari sana dan kembali lagi dengan membawa lima orang siswa.

****
Ana makin takut. Kakinya gemetar dan dia terduduk ditanah. Dahan pohon itu makin bergoyang. Tubuh Ana makin gemetar. Ana masih memperhatikan dahan pohon itu. Tak lama sesuatu keluar dari dahan pohon itu.

Ana lega setelah melihat apayang menyebabkan dahan tadi bergoyang. Seekor kera yang menggoyangkan dahan itu.

"Syukurlah. Coba ku hubungi lagi Vina," kata Ana lalu mencoba memghubungi Vina. Hanya suara operator yang didengar Ana. Telpon kak Bima gak ya? Gak usah deh! Batin Ana. Ana pun melanjutkan perjalanan nya. Kera tadi masih ada disana. Tiba tiba saja kera tadi menyerangnya. Ana lari dengan panik dan tanpa Ana lihat ada pohon didepannya. Ana menabrak pohon tadi dengan keras dan terjatuh tak sadarkan diri.

****
Bima dan lainnya sudah mulai mencari dari sepuluh menit yang lalu. Mereka berpencar dan Bima lebih memilih sendirian dalam mencari Ana.

Bima sangat khawatir dengan gadis itu. Dia takut sesuatu terjadi dengan Ana.

Kemana sih tuh anak? Bikin khawatir aja. Batin Bima. Bima terus berjalan sampai melihat cahaya yang bersumber dari senter yang terjatuh.

Senter? Mungkin ini punya Ana. Dia pasti gak jauh dari sini. Batin Bima. Dia mencari cari Ana disekitar tempat tadi dan menemukan tangan seseorang.

Bima mendekati tangan itu dan melihat seseorang.
*****
To Be Continue

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang