Kafetaria nyaris sepi, sudah hampir jam tutup, hanya ada dua orang yang sedang mengobrol di sudut ruangan. Aku berjalan di sela-sela bangku kafetaria untuk menghampiri pasangan yang asyik bercanda. Mereka sibuk makan irisan mangga muda dan bengkoang yang dilumuri saus rujak manis dari piring yang sama. Galih menyuapkan sepotong irisan mangga muda pada Dara. Lalu gadis itu tertawa karena kata-kata pemuda vampir di depannya.
"Kalian tidak malu mesra-mesraan disini?" tanyaku menginterupsi.
Keduanya menoleh bersamaan.
Dara yang duduk membelakangiku mengusap poninya. Dari tempatku berdiri aku masih bisa melihat sepotong pipinya bersemu kemerahan, sepertinya ekspresi malunya datang terlambat.
"Aku tidak mendengarmu datang," kata Dara dengan sikap salah tingkah.
Tentu saja kau tidak menyadari kedatanganku, bahkan vampir di depanmu saja tidak melihatku, pikirku.
Sementara Galih menyeringai. "Disini kan tidak ada orang," ujarnya.
"Lalu mereka itu kau anggap apa?" tanyaku sambil mengedikkan kepala untuk menunjuk pada dua pegawai kafetaria yang sedang sibuk mencuci piring.
"Ah." Galih hanya tertawa dan melambai ringan. "Mereka sedang sibuk, tidak memperhatikan."
Aku menarik kursi di depanku dan duduk di sebelah Dara. "Tadi ada seorang gadis yang pingsan. Ada bekas luka di lehernya," aku memberitahu mereka dengan suara pelan.
"Ada vampir jahat disini?" seru Dara kaget.
Aku dan Galih mendesis berbarengan untuk memperingatkannya. Kedua pegawai kafetaria itu menoleh sejenak sebelum kembali pada pekerjaannya, tampak tidak berminat pada kami.
Dara membungkukkan badannya dengan wajah memerah karena malu. "Maaf," gumamnya.
"Siapa korbannya?" tanya Galih pelan.
"Seorang gadis jurusan Ilmu Komunikasi, kurasa. Aku tidak kenal dengannya. Eva bilang dia mantan Harris," jawabku.
Galih menyesap jus jeruknya sebelum bicara lagi. "Apa kau tahu kalau Harris menghilang?"
"Tidak," aku mengakui.
"Jadi dia pelakunya," Dara buru-buru menyimpulkan.
"Kita tidak bisa menuduhnya tanpa bukti. Setahuku dia bukan vampir." timpalku. Lalu aku beralih pada Galih. "Tahu darimana kau soal berita itu?"
"Dua hari lalu, saat masuk ke kelas, aku tidak sengaja mendengar Putri bicara pada Violet. Putri bilang belakangan ini Harris tidak bisa dihubungi. Dia juga bilang kalau Harris sudah dua bulan tidak masuk. Setelah kembali dari program magangnya, dia tidak mau masuk kuliah lagi," papar Galih.
"Apa tadi kau bilang gadis yang pingsan itu mantan siapa tadi namanya, Harris?" sela Dara.
"Iya," jawabku. "Vampir selalu mengejar orang yang punya ikatan batin dengannya." Aku berkata sambil merenung.
"Tepat sekali!" timpal Dara.
"Well, kita tunggu saja perkembangannya. Ini hanya dugaan awal," kataku.
"Yeah, cepat atau lambat, mata-mata organisasi yang ada di kampus pasti akan tahu sesuatu," tambah Galih.
Aku mengangguk menyetujui.
"Lalu ada apa kalian memanggilku kemari?" tanyaku setelah suasana tenang.
"Aku mau memberimu barang bagus," kata Dara sambil mengunyah potongan buah. Dia mengelap tangannya dengan tisu yang tersedia di meja itu, lalu merogoh tasnya. Setelah mencari-cari sejenak, tangannya keluar lagi dan menaruh sebotol kecil kapsul darah. "Produk ini baru akan dipasarkan seminggu lagi. Rasa cokelat lho," kata Dara bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Moon
VampireSeorang pemuda pemburu vampir. Seorang gadis halfblood yang menawan. Dan seorang gadis manusia yang tulus. Kegelapan mengikis nurani. Menenggelamkan harapan. Prasangka dan keputusasaan terjalin menjadi satu. Akankah masa lalu diabaikan? Sementara da...