Part 10

1.3K 93 0
                                    


Ryzu terperanjat di ruang kerja ayahnya keenan saat ryan melemparkan sebuah berkas di atas meja kerjanya

"jelaskan" ujar ryan geram. Ryzu lalu membaca berkas yang tadi ryan berikan dengan cara kasar.

"gue gak ngerti" ujar ryzu santai setelah menutup berkas itu dan menaruhnya diatas meja

"apa yg lo sembunyiin dari gue, zu?" sentak ryan

"gak ada"

"bohong,, jujur!!"

"lo gak percaya sama gue, yan?" tanya ryzu,

"lo tau kalau lo gak akan bisa bohong sama gue, zu" marah ryan.

Ryzu menghembuskan nafasnya kasar..

"okey, gue nerima kasus pengeboman spanyol dan penembakan di singapura!" ujar ryzu

"lo gila?"

"Pelakunya orang yang sama, yan. Dia orang indonesia. Dan gue sama sekali gak gila!" ujar ryzu

"lo tau kan, ngambil kasus ini sama aja dengan lo mempertaruhkan nyawa lo. Yang lo hadapi itu pembunuh berdarah dingin, ryzu!"

"lo bisa percaya gue kan yan? Gue janji." ujar ryzu kepada ryan

"gue ikut masuk dalam kasus ini" ujar ryan kepada ryzu lalu beranjak pergi.

"Tunggu.." titah ryzu

"Kalau lo mau ikut dalam kasus ini. Lo harus selesaiin dulu masalah hati dan otak lo yang sekarang lagi gak sinkron itu"

"Itu bukan urusan lo."

"Jadi urusan gue, karena gue gak mau kerja sama lo yang lagi patah hati" ujar ryzu kepada ryan yang tampak seperti mengejek

"Terserah!" ujar ryan lalu berlalu pergi

"keras kepala" ujar ryzu menghela nafasnya menatap punggung ryan yang mulai menjauh.

Ryan si keras kepala. Omongannya akan sulit di bantah bahkan oleh ryzu sekalipun. Tak ada yang dapat mengubah keputusan ryan kecuali dirinya sendiri.

--

Ryan memarkirkan mobil miliknya di depan sebuah pagar rumah milik gadis yang beberapa minggu ini mengganggu pikirannya sehingga kurang fokus dalam bekerja.

Ia menyiapkan diri untuk bertemu sisi dan menyatakan diri bahwa ia jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Setelah dipersilahkan masuk oleh satpam rumah sisi, ryan masuk kerumah itu dan melihat ada sesosok laki-laki yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Mau cari siapa ya?" tanya laki-laki itu

"Sisi-nya ada?"

"ada, dia lagi di atas. lagi mandi mungkin. Siapa ya?"

"Kenalin gue ryan, sisi dosen adik gue dan gue mau ketemu dia sebentar. Ada yang perlu gue omongin sama dia." ujar ryan sedikit gugup

"Ohh,, Gue Sabtha. Pacar sisi" ujar laki-laki itu memperkenalkan diri.

"Mas sabtha.." panggilan sisi terhenti ketika melihat sosok ryan yang sedang berbincang dengan sabtha

"Ryan?" sisi bingung mengapa ada ryan di rumahnya

"Hai, si." Sapa ryan

"Ada yang perlu gue omongin sama lo" ujar ryan lagi

"Tapi, gue mau pergi sama mas sabtha, yan. omongin apa yah?"

"Ohh, gitu yah? Yaa udah deh, bes..sok-besok aja kali yah. Lagian apa yang mau gue omongin gak terlalu penting kok masih bisa besok-besok" ryan gelagapan, semua kata yang telah ia susun pudar sudah karena tak menyangka ada sabtha yang merupakan pacar sisi.

sisi sendiri sedikit bingung dengan ryan yang tiba-tiba datang dan tiba-tiba ingin pulang.

"Gue pamit yah,, sampai ketemu lagi" pamit ryan lalu menggigit bibir bawahnya. sabtha yang melihat gelagat dari ryan tersenyum bingung.

"Is it Him?" Tanya sabtha tersenyum penuh arti yang diangguki oleh sisi setelah melihat ryan berlalu jauh dari rumahnya.

--

Prancis,

Aldo berjalan sambil terseok-seok di kegelapan malam. Hatinya hancur, dia terus merutuki takdir yang memaksanya untuk ikhlas. Pernikahan karel dan andra yang terjadi beberapa minggu yang lalu membuat ia frustasi bahkan ia terpaksa tidak menghadiri acara pernikahan itu dengan alasan sedang mendapat tugas dari komandan Ciko saat itu. 

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di tepi jalan di dekat aldo. Aldo bergeming karena mengenal siapa pemilik mobil itu.

"Kamu mabuk lagi?" tanya orang itu

"Jangan ikut campur" gumam aldo

"Aku antar kamu pulang" ujar orang itu lalu membopong aldo yang sedang mabuk itu kedalam mobil hitam metalik miliknya.

Sesampainya mereka di apartement aldo. orang itu membawa aldo kekamarnya lalu melepaskan sepatu dan jaket yang melekat agar tidur aldo lebih nyaman.

"El.." gumam aldo yang dapat di dengar oleh orang itu dan entah mengapa setitik air mata keluar dari pipinya.

"bahkan kamu masih mengingat namanya." gumam orang itu lalu menghapus air matanya sendiri.

"Aldo, aku pergi dulu."

"Jangan pergi" ujar aldo membuat ia menahan kepergiannya dan menatap aldo bingung. aldo bangkit dari tidurnya lalu mendekatinya. 

"Aldo.." tiba-tiba aldo mencium bibir gadis itu. Hingga malam itu kejadian yang tak terduga terjadi oleh aldo dan gadis itu.

--

CLANDESTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang