Part 22 - End

2.4K 142 6
                                    


"Papa.." desis zi menatap sosok laki-laki yang selama ini ia rindukan, Aldo sang ayah.

Aldo menanggapi panggilan zi dengan senyum hangat istimewa yang selalu dia berikan untuk istri dan kedua anak perempuannya.

"Sudah selesaikah bermain-mainnya, zi?" tanya aldo

"Pa.." desis zi

"Kamu harus pertanggung jawabkan semua perbuatan kamu, papa dan mama akan selalu menjaga kalian dari sini."

"Tak bisakah, aku ikut kalian saja? Rasanya akan menyakitkan ketika bangun dan aku harus mendapati semua kenyataan"

"Belum saatnya, titipkan salam mama dan papa untuk adikmu"

"Paa..." teriak ica tiba-tiba saat aldo menghilang dari penglihatannya

--

Ketika sebuah cahaya perlahan-lahan memasuki kornea matanya, sayup-sayup zi dapat mendengar sautan beberapa orang yang kini berada di sekitarnya.

"Kak.." panggil seseorang yang masih dapat zi kenali suaranya.

Setelah matanya terbuka dengan sempurna dan memastikan di dalam hati bahwa ini di rumah sakit kemudian ia melihat orang-orang yang berada disekitarnya.

Ada ica, yang duduk disamping bangkar kiri rumah sakit dan sisi duduk di bangkar sebelah kanannya. Ada diana dan ronald juga serta satu orang laki-laki yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Lo baik-baik aja?" tanya sisi dan dibalas anggukan oleh zi

Dan setelah beberapa hari berada di rumah sakit, zi kedatangan beberapa tamu yang membuat ica dan sisi sedikit terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba.

"Om,," sentak ica menatap dimas khawatir

"Selamat pagi.." sapa dimas dan ada juga reno serta ryzu disana

"Sepertinya ini bukan waktu yang tepat, om" ujar sisi

"tepat atau gak tepat, zi harus segera mengetahuinya kan?"

"Mereka siapa?" tanya zi bingung

"Perkenalkan saya dimas, kepala BIN dan dia Ryzu kepala tim penyelidikan kasus kamu" ujar dimas memperkenalkan diri dan sisi serta ica hanya menghela nafas panjangnya

"Om.." sela ica lagi

"Gak apa-apa, ca." ujar zi tersenyum

"Kamu pasti tau kenapa saya kesini, menemui kamu." Ujar dimas dan diangguki oleh zi

"Zivanya Larasati, kamu tau kan apa yang akan kamu hadapi setelah kamu keluar dari rumah sakit ini"

"Penjara?" jawab zi enteng sambil menyengir tipis

"FBI atau CIA akan membawa kamu dan menghukum kamu dengan hukuman internasional mereka, perkiraan saya mungkin hukuman seumur hidup atau hukuman mati."

"Saya sudah tau, pak." Ujar zi santai

"Tapi, karena kamu masih berkerwarganegaraan indonesia dan orang tua kamu juga berasal dari indonesia. Kami akan berusaha memakai itu untuk meringankan hukuman kamu. Setidaknya 15-20 tahun penjara."

"Tidak masalah saya, pak. Saya memang berniat menyerahkan diri kepada anda saat saya dinyatakan sembuh. Tapi saya punya satu permintaan, pak.."

"Apa itu?"

"Saya ingin melihat adik saya menikah terlebih dahulu sebelum mereka membawa saya, bahkan saya tak perduli dengan hukuman seumur hidup itu"

"Kak." Bantah ica

"Ayolah ca, lakuin demi gue! lagian kasian tuh polisi dingin masih nunggu jawaban cinta lo." Ujar zi menunjuk ryzu dengan senyum mengejeknya

"Kak,, lo!" pelotot ica lagi yang membuat semua orang yang disana kecuali ica dan ryzu tertawa.

"oh, iya. Bagaimana dengan firman?" tanya zi penasaran karena sedari kemarin ingin bertanya namun tidak ada kesempatan

"Dia sudah dibawa oleh pihak FBI, kami memutuskan untuk tak membantunya!" ujar dimas

"Total 113 orang yang kritis akibat kalian dan kamu ca, kamu akan terkena denda karena menggunakan senjata lebih dari kesepakatan. Walau mereka semua tidak meregang nyawa dan kamu punya surat tanda kepemilikan senjata dari pihak kepolisian tetapi tetap saja itu melanggar hukum." Ujar dimas lagi

"Siap om." Ujar ica hormat

"Oh ya ca, jangan lupa sama janji satu minggu yang lalu. Kasian dia uring-uringan nunggu jawaban lo. Kasian kalau terlalu berharap" ujar reno meledek

--

"Makasih kak.." ujar ica kepada ryzu saat mereka sedang berbicara berdua di taman rumah sakit.

"Untuk apa?"

"Terima kasih untuk tetap nunggu dan menepati janji menyusul ku, kak" ujar ica menatap langit biru yang mulai meninggi

"sama-sama" ujar ryzu kemudian menatap manik mata ica yang menatap langit di atasnya, "Oh iya, gimana sama luka lo?"

"udah gak kenapa-napa kak, paling beberapa minggu kedepan udah bisa di buka jahitannya"

"Ca, makasih" ujar ryzu yang membuat ica mengernyitkan dahinya

"kok..?"

"Makasih untuk tetap selamat dan ada disini sekarang" ujar ryzu tersenyum. Ahh ica candu sekali dengan senyuman itu. Senyuman yang hanya untuk dirinya.

"Sejak kapan?"

"Sejak kapan apa?"

"Sejak kapan lo jatuh cinta sama gue?" tanya ica yang membuat ryzu sedikit grogi

"sejak kapan yah??" pikir ryzu. "Sejak kedua kali melihat lo" ujar ryzu lantang.

"Maaf udah bikin lo nunggu kak.." ujar ica tak enak karena membuat ryzu menunggunya yang merawat zi.

"Gak masalah bagi gue, lo juga udah lama gak bareng kakak lo" ujar ryzu. Entah kenapa suasana kembali hening bagi ryzu dan ica.

"Kak, gue mau." ujar ica memecah keheningannya

"Mau apa?" tanya ryzu bingung

"Yaa mau,,," ujar ica gelagapan

"Okehh,, tunggu. gue akan bersikap lebih gentle" ujar ryzu memecah kegugupannya "Will you marry me?" Lanjut ryzu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLANDESTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang