Part 20

1.2K 105 0
                                    

Ica dan zi kini sudah tidak lagi berada di basement. Mereka sedang berada di lantai dua pabrik itu mencari firman. Anak buah firman yang tak ada habisnya membuat ica dan zi hampir kehilangan banyak tenaga.

Luka serta lebam tercetak jelas di wajah kedua kakak beradik yang memang memiliki warna kulit putih bersih.

"Kita harus ngelawan Juan dan Via juga kah?" tanya ica saat mereka sedang mencari

"Mereka sahabat gue"

"Tapi mereka anak buah Firman" ujar ica mencibir, "Dan mereka bukan orang yang setia untuk dijadikan sahabat" ujar ica lagi

"Juan mungkin, tapi gak dengan via. Via udah keluar dari sini, gue yang bantu dan gue harus ngelawan yang satunya" ujar zi menatap sesosok laki-laki yang berada tak jauh di hadapannya

"Lo cari firman, gue yang hadapin juan" ujar ica lagi

"Tapi ca,,"

"Gue tau, lo gak akan sanggup ngelawan tuh anak. takut gak tega kan?" cibir ica lagi

"ICA.." geram zi

--

Perkelahian sengit tidak dapat terelakkan antara ica dan juan saat ini. Keinginan ica untuk membunuh juan sama besarnya dengan keinginannya untuk membunuh firman. Juan sudah berkali-kali menyakiti zi serta dia lah orang yang selalu mengganggu kehidupan kakaknya.

Pancaran mata ica kemarahan ica juga berkelebat saat juan mencoba membunuh diana beberapa tahun yang lalu.

Pukulan telak baru saja juan edarkan ke wajah ica sehingga menyebabkan sudur bibir ica mengeluarkan darah.

"Lo gak ada apa-apanya ca" ujar juan berlalu pergi ingin mengejar zi yang mencari keberadaan firman

"Tunggu, kita belum selesai" ujar ica kepada juan lalu melemparkan sesuatu yang membuat ica tersenyum samar.

"Gothca.." teriak ica setelah tepat melemparkan pisau lipatnya kepada juan dan tepat mengenai kakinya

"Lo,," teriak juan lalu mengeluarkan tembakan bertubi-tubinya kepada ica yang dapat berlindung di balik tembok lorong.

"Shitt"umpat ica saat merasakan sakit di pundak kanannya karena tembakan dari juan.

Ica kembali mengeluarkan pisau lipatnya dan mengarahkannya kepada juan. Dan sasarannya tepat dipundak kiri juan, yang mampu membuat juan terhuyung kehilangan kesadaran.

"Pembunuh bayaran macam apa lo. Gitu aja udah nyerah." ujar ica saat melihat juan sudah tak berdaya.

--

"Semua penjuru tempat ini udah di kepung, om. Lo gak akan bisa kemana-mana" ujar zi menatap firman yang tampaknya sedang berusaha untuk tenang

"Terus? Lo gak sadar mereka juga ngincer lo. Seluruh dunia juga mengincar lo. Hayolah zi, kita bisa kabur dari sini dan lo gak perlu sengsara di penjara"

"Kita akan di penjara berdua, om. Gue berencana akan menyerahkan diri kepihak kepolisian dan tentunya bersama lo, atau kalau lo gak mau ngerasain dipenjara lagi kita bisa ke neraka sama-sama" ujar zi yang malah membuat firman gelagapan lalu mengambil pistol yang sedari tadi ada di atas meja kerjanya.

Zifa yang tiba-tiba mendapatkan serangan itu sedikit terkejut karena kurang siap dan hal hasil satu peluru bersarang di perut sebelah kanan miliknya.

"Pengecut" ujar zi meringis menahan sakit

"Lo yang milih untuk mati kan, zi? Gue gak. Jadi lebih baik gue bunuh lo terlebih dahulu"

"Lo mau ngelakuin hal yang sama om saat lo ngebunuh mama dan papa?" tanya ica yang tiba-tiba datang.

"Lo gak tau berterima kasih" ujar firman menatap ica.

"Gue malah bahagia hidup tanpa lo. Lo mau gue ganti rugi berapa buat ngeganti biaya terima kasih gue ke lo?" tanya ica dingin

"Punya harta banyak emang lo.."

"Om gak tau kan? Kalau mama dan papa punya aset perusahaan yang bahkan lebih banyak menghasilkan uang kebanding jadi pembunuh bayaran"

"Bohong aja lo"

"Terserah om, gue akan bayar. Tapi gue mau bayar untuk tanah pemakaman lo, gue gak mau menghamburkan uang gue untuk bayar orang kayak lo"

Firman kembali mengeluarkan tembakan karena merasa sangat kesal atas ucapan ica.

"Mama dan papa gak punya salah apapun ke lo, om. Teganya lo bunuh mereka dan menjadikan gue dan kak zi sebagai ladang emas lo"ungkap ica

"Papa dan mama lo itu selalu memuja karel, membelanya. Bahkan setelah apa yang karel lakuin ke gue, nyokap dan bokap lo malah mengucilkan gue. nyokap dan bokap lo sekalipun gak pernah ngebesuk gue selama di penjara" ujar firman

"Itu karena lo sendiri, om. Dengan seenaknya lo mencoreng nama negara dan ngebuat markas Densus waktu itu hancur om. Itu sepadan sama apa yang udah lo buat"

"Diem lo anak kecil" teriak firman mengelegar lalu melepaskan tembakannya bertubi-tubi.

Ica yang sedang bersembunyi dibalik sofa saat itu melihat kode dari sang kakak untuk menghentikan firman.

Dua tembakan tepat mengenai kaki kanan dan kiri sang paman. Namun ica lengah dia yang kala itu sedang melihat lukanya yang terus mengeluarkan darah mencoba memberhentikan sendiri keluarnya darah, tak menyadari tembakan firman kearahnya.

"Ca.." teriak zi. Seketika badan zi ambruk tepat di depan mata ica tak percaya.

"Kak?" tanya ica

"Gue gak kenapa-napa" geleng zi

Saat ingin membalas tembakan firman, senjata api milik ica kehabisan peluru dan senjata api milik kakaknya juga sudah kehabisan peluru.

"Mungkinkan gue harus??" tanya ica dalam hati

"Kehabisan peluru anak manis?" tanya firman dengan senyum jahatnya yang tampak sedang menutupi rasa sakit di kedua kakinya

"Sayangnya Gk, om" ujar ica lalu mengeluarkan sebuah senjata api lagi dan mengarahkannya ke pergelangan tangan firman.

Ica sengaja untuk tidak membunuh firman dan menahan gejolah emosi di dalam dirinya. Ica ingin firman mendapatkan hukuman mati.

"Karel.." gumam firman saat melihat senjata api yang digenggan ica.

Senjata api yang hanya ada satu di dunia dan itu milik karel.

Seketika suasana dingin mengelegar di dalam pikiran ica.

"Terima kasih tante" ujar ica menatap senjata apinya

Firman tak juga kapok membalas, dengan sisa satu peluru di dalam senjatanya. Dia mengarahkan tepat di kepala ica. Namun karena ia harus menembak dengan tangan kiri akhirnya tembakan itu melesat tepat kepundak bawah ica mendekati tempat bersarangnya peluru pertama dari juan tadi.

"Ca.." panggilan seseorang mengalihkan perhatian ica. Pandangannya mulai kabur.

"Kak zi,," panggil ica tidak memperdulikan orang tadi

"Kak zi, lo gak boleh tutup mata lo" panggil ica lagi saat kesadarannya juga mulai hilang.

"Ica," teriak seseorang lagi yang membuat ica membuka matanya lebar-lebar

"Kak ryzu" gumamnya dan setelah itu ia sudah tidak tau lagi apa yang terjadi.

CLANDESTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang