Suasana mencekam di sekitaran pabrik pinggiran kota jakarta tak menyulutkan keinginan masyarakat untuk keluar dari rumah dan melihat secara langsung kejadian yang menggemparkan di daerah domisili mereka. Suara tembakan yang bertubi-tubi dari dalam gedung serta garis polisi di sekitaran pabrik menjadi sebuah daya ketertarikan yang menyebabkan banyaknya segerombolan warga di sekitaran pabrik untuk melihat.
Mobil yang dikendarai oleh romi melaju begitu saja setelah gerbang dibuka oleh petugas kepolisian yang mengamankan area depan pabrik dan diikuti oleh mobil-mobil lain yang ada di belakangnya.
Begitu dimas dan ryzu berkumpul, seorang polisi yang tampak merupakan polisi setempat mendekat kearah mereka.
"Pagi, ndan!" sapa sang polisi bernama ridwan setelah melihat nama yang terpampang di bagian kiri atas dadanya dengan memberi hormat kepada mereka
Ryzu memperhatikan jam di pergelangan tangannya, pantas saja ini sudah pukul 3.25 dini hari.
"kami sudah menerima surat perintah dari pusat mengenai penangkapan tersangka. Anggota kami sudah masuk hampir 1 jam yang lalu namun ada laporan yang begitu signifikan mengenai tersangka dan korban." Ujar ridwan
"baiklah, kami akan masuk kedalam. Terimakasih" ujar dimas
"Rom, liand. Sepertinya kalian gak perlu masuk, suara senjata masih dimana-mana." Ujar dimas lagi memperingati liand dan romi
"Tapi, dim" bantah liand
"Gue gak mau nambah korban satu orang karena gak mendengarkan gue!" ujar dimas selidik
"Gimana sama riska?"
"Believe us, iand." Ujar dimas meyakinkan liand.
Sementara itu ryzu, ryan, reno dan beberapa anggota lainnya sudah berjalan memasuki daerah pabrik. Sisi juga ikut masuk setelah perdebatan singkat dengan ryan saat ingin memasuki pabrik.
"Kita berpencar ryzu, ryan dan sisi kelantai atas. Gue dan team gue ke lantai basement. Keep contact." Ujar reno memerintah dan mereka berpisah di tangga yang mengarah ke lantai atas dan lantai bawah.
Hati ryzu berkecamuk setelah melihat beberapa orang yang terkena luka tembakan atau bahkan luka tusuk dari sebuah pisau lipat ia meringis. Bagaimana keadaan ica setelah melewati hampir 3 jam melawan orang-orang ini.
"Ica bukan gadis yang terlalu poloskan, ryzu?" ujar sisi menyelidik ryzu karena menatap raut kekhawatiran diwajah dingin ryzu.
"Hmm.." angguk ryzu
"Gadis lo memang gak ada ampun, ryzu!" ujar reno di balik earphonenya
"Maksud lo?" tanya ryzu lagi
"Semua orang di basement, Pingsan. Ahh gue binggung gimana ngitung orang sebanyak ini. Pembunuh berdarah dingin" ujar reno lagi melalui earphonenya.
"11-12 lah sama ryzu, bg!" ujar ryan yang di hadiahi polotan dari ryzu.
"Kita harus siapkan ambulans yang banyak" ujar dimas melalui earphonenya.
Mereka terus melangkah menyusuri lantai atas.
"Juan.." ujar sisi lalu melangkah kearah sosok yang ia lihat.
"Kak sisi.." desis juan menatap sosok sisi yang sudah bertahun-tahun tak ia temui.
Juan adalah cinta pertama zi saat pelatihan dulu, mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Namun saat zi tau juan tidak pernah menyukainya, zi hanya bisa menganggap juan sebagai sahabatnya dan mengubur perasaannya yang amat dalam, maka dari itu zi tak akan tega melawan juan jika mereka berhadapan dalam sebuah pertarungan.
Sisi mengenal juan, karena juan adalah anak firman. Mereka pernah bertemu beberapa kali namun hanya sebentar.
"Maaf.." desis juan
"Dimana ica?" tanya sisi saat melihat juan akan kehilangan kesadarannya.
Juan menjawab sambil menunjuk sebuah pintu yang terbuka di ujung lorong lantai itu. Sisi, ryzu langsung berlari kearah yang ditunjuk oleh juan tadi.
"Ica..." panggil sisi. Dan ica tidak terlalu menanggapi sisi.
Sisi menyalangkan matanya menatap firman yang sedang kepayahan menahan sakit di kedua kaki dan tanggannya.
"Om, puas?" tanya sisi. Firman menatap sisi nyalang.
"Lo!" marah firman
Dengan sigap ryan memborgol firman dan ingin membawanya.
"Tunggu,," tahan sisi
"Om,, om gak kasian sama juan, diana dan ronald yang menanggung akibat perbuatan dari om? Walau diana dan ronald bukan anak kandung om tapi om membesarkan mereka dengan cara yang sama dengan juan." tanya sisi. Yang malah membuat ryan dan ryzu bingung,"jadi mereka keluarga?"
"Juan, anak kesayangan dan kebanggaan om itu. Sedang merenggang nyawa karena membela papanya yang seorang penjahat" ujar sisi lagi yang mampu membuat ryan dan ryzu tercengang. Bahkan dimas yang baru saja juga datang tampak lebih tercengang.
Firman pun tampak terperanjat mendengar penuturan sisi, bagaimana juan? Tanpa disangka juan sudah kehilangan nyawanya karena kehabisan darah dan itu juga karenanya.
"Ica!" teriak ryzu saat melihat ica yang mulai tak sadarkan diri dan masih berusaha membangunkan zi.
"Kak ryzu,," desis ica
"Bawa mereka ke rumah sakit secepatnya!" teriak dimas lalu mengambil alih firman dari ryan. Lalu ryan membaca zi serta ryzu membawa ica untuk segera di bawa kerumah sakit.
"Mas reno, tolong siapkan mobil di depan. Cepat" teriak ryan kepada reno melalui earphone sambil menggendong zi dan menatap wajah kekhawatiran sisi yang berlari didepannya.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
CLANDESTINE
ActionKisah hidup si kembar masih berlanjut, Kesetiaan di pertaruhkan, persahabatan di korbankan hingga cinta yang harus pergi. Ryan tidak meneruskan cita-citanya sebagai pilot karena merasa bahwa hidupnya ada pada keluarganya. Jatuh cinta dengan seorang...