"Jongin..." Miss Jessica menghela napas. "Kali ini, kenapa lagi?"
"Mereka duluan yang ganggu saya," jawab Jongin tegas.
"Bukan alasan!" kata Miss Jessica tak kalah tegas. "Apa kamu lupa kalau kamu ini baru kelas X? Artinya, kamu baru empat bulan di sekolah ini, empat bulan Jongin! Dan, kamu sudah berkelahi sebanyak dua kali!"
"Jadi, maksud Ibu, kalau ada yang ganggu saya, saya harus diam saja?" protes Jongin. Rahangnya mengeras dan tangannya tergenggam erat.
"Bukan!" sergah Miss Jessica. "Tapi, Miss ingin kamu membalasnya bukan dengan otot, tapi otak!"
Jongin mengernyitkan dahi.
"Ah, sudahlah." Miss Jessica menggeleng. "Setelah ini, Miss mau menghadap Kepala Sekolah untuk mendiskusikan hukuman yang cocok untukmu, sepertinya skorsing saja tidak cukup. Miss harus memberi tahumu, Pak Kepala Sekolah tidak begitu suka ada biang kerok di sekolahnya. Motonya: mumpung masih berupa larva, harus secepatnya dibasmi sebelum menjadi nyamuk dan menyebarkan penyakit. Kamu tahu maksud Miss, kan?"
Jongin mengangguk pasrah.
"Kamu boleh pergi," kata Miss Jessica kemudian. Namun, ketika Jongin sudah hendak keluar dari ruangannya, Miss Jessica menghentikannya kembali.
"Sebagai wali kelas, Miss sungguh-sungguh tidak ingin kamu dikeluarkan," ujar Miss Jessica. "Kamu percaya pada Miss?"
Jongin terdiam sejenak, lalu memasang tampang pura-pura bingung. "Itu pertanyaan retoris?"
Miss Jessica tersenyum.
Sejak tadi, Jongin sudah cukup lama merasa tegang akibat menahan emosi, apalagi setelah dipakai berkelahi. Begitu berada di luar, dia langsung meregangkan otot-otot tangannya yang kaku. Dia mengerang pelan karena beberapa bagian tubuhnya terasa sangat sakit. Wajahnya memar di beberapa bagian. Mengingat dia baru saja merobohkan lima orang sekaligus, luka yang didapatnya tergolong ringan.
Setibanya di lapangan parkir, tiba-tiba dia mendengar teriakan.
"JANGAN BELAGU!!!!"
Jongin menghentikan langkahnya, mencari-cari sumber suara. Ternyata, suara itu berasal dari belakang gedung yang letaknya tidak jauh dari tempat dia berdiri sekarang. Dia melihat segerombol orang yang sepertinya hendak mengeroyok seseorang.
Sehun? tanya Jongin dalam hati melihat orang yang akan dikeroyok.
Setelah sadar kalau cowok yang akan dikeroyok adalah teman sekelasnya, dia cepat-cepat mengendap-endap mendekati mereka.
"Sebenarnya, apa masalah kalian?" tanya Sehun tanpa rasa takut sedikit pun tersirat di wajahnya.
"Jangan kamu pikir karena tampangmu lumayan, kamu bisa seenaknya sendiri tebar pesona ke sana kemari!" bentak salah satu dari empat orang yang ada di depannya itu.
"Terima kasih atas pujiannya," jawab Sehun kalem.
Mulut Jongin menganga mendengar kata-kata Sehun. Dia itu terlalu bodoh atau terlalu berani?!
Wajah keempat orang itu langsung merah padam. Tangan mereka mengepal erat dan rahang mereka terkatup. "KAMU...!!!!" Salah seorang di antara mereka mulai mengeluarkan tinjunya.
Sehun berhasil menghindari pukulan pertama, tetapi ternyata pukulan kedua sudah menunggunya tidak lama kemudian. Tepat saat itu, Jongin keluar dari tempat persembunyiannya dan berhasil menangkisnya.
"Siapa kamu?!!" tanya mereka. "Jangan ikut campur!"
"Pengecut!" ejek Jongin kesal. "Atau, emang sudah budaya sekolah ini selalu main keroyokan?"
"SIALLL!!!!" Salah satu dari gerombolan itu maju siap menerjang Jongin dan cowok ini pun sudah bersiap hendak menghadapinya.
"TUNGGU!!!" teriak salah seorang dari gerombolan itu.
"KENAPA?" tanya cowok yang akan menerjang Jongin itu dengan marah.
"Dia itu Kim Jongin," jawab temannya. "Dia anak kelas X yang baru aja bikin babak belur lima anak basket itu."
Sekarang, Jongin memandang orang-orang itu dengan heran. Tidak menyangka hanya karena sebuah rumor, reaksi mereka langsung berubah 180 derajat.
Keempat orang itu membeku. Bahkan dua di antara mereka menelan ludah dengan suara yang cukup keras, membuat Jongin tertawa dalam hati.
"Hei, dengar, ya," kata cowok yang dari tadi terlihat paling marah. "Kami nggak punya masalah denganmu. Lagian, ini nggak ada hubungannya sama kamu. Jadi, jangan ikut campur."
Jongin mengangkat bahu. "Dia teman sekelasku. Bisa dibilang, kami punya hubungan. Kalau kalian emang mau mengeroyoknya, lakukan di tempat yang nggak bisa aku lihat atau aku dengar."
Cowok itu tersenyum sinis, lalu mengalihkan tatapannya pada Sehun. "Kali ini, kau beruntung, tapi kau dengar sendiri apa kata temanmu barusan, nggak selamanya kau akan seberuntung sekarang."
"Wah, aku nggak sabar menunggunya," jawab Sehun tenang.
"Kurang ajar! Lihat saja nanti!"
Lalu, mereka pergi dengan sedikit gerutuan.
Jongin menoleh menatap Sehun dengan tatapan kau-bodoh-atau-apa? "Kau itu bodoh atau idiot? Cari mati, ya! Kata-katamu tadi malah bikin mereka tambah marah."
"Bukan urusanmu," kata Sehun sambil membetulkan letak kacamatanya. "Itu kulakukan dengan sengaja."
Jongin langsung melongo. "Hah? Buat apa?"
Sehun mengabaikan pertanyaan Jongin, lalu berjalan pergi.
"Sopan sekali," sindir Jongin sambil berjalan mengikutinya.
"Kau ingin aku berterima kasih? Aku nggak memintamu membantuku."
"Oh, ya? Tapi, tadi kau kelihatan seperti itu." Jongin tersenyum mengejek.
"Kalau begitu, kau perlu kacamata."
Jongin langsung membatu. Dia mengutuki dirinya sendiri karena telah menolong orang sialan seperti yang satu ini.
"Sekarang, kau menyesal sudah menolongku?" tanya Sehun seolah-olah bisa membaca pikiran Jongin.
"Hah?" Jongin berpura-pura tak mengerti apa yang dikatakan cowok itu.
"Terima kasih," kata Sehun kemudian.
"Hah?" Jongin melongo. "Aku nggak salah dengar, kan?"
"Puas?" tanya Sehun.
Jongin memutar bola matanya. "Iya, iya."
"Oh, ya." Sehun menatapnya tajam. "Setelah ini, jangan harap lantas hubungan kita jadi lebih dekat."
"Hah?" Kali ini Jongin benar-benar tidak mengerti maksud ucapan Sehun.
Sehun tidak memedulikan kebingungan di wajah Jongin. "Sampai kapan pun, kita cuma teman sekelas. Nggak kurang, nggak lebih. Camkan itu!"
Dia berbalik dan berjalan meninggalkan Jongin yang hanya bisa terbengong-bengong melihatnya.
"MAKSUDNYA APAAAAAAAAAAA?!!!" teriak Jongin begitu Sehun hilang dari pandangannya.
×××

KAMU SEDANG MEMBACA
(KAISTAL REMAKE) LET GO
FanfictionKau tahu apa artinya kehilangan? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya. Jongin tidak pernah peduli pendapat orang lain, selama ia merasa benar, dia akan melakukannya. Hingga, suatu hari, mau tidak mau, ia ha...