Three.

299 34 4
                                    

Gara-gara percakapan kemarin, tanpa disadari, hari ini, mata Jongin tidak bisa beralih dari Sehun. Jongin-mungkin juga orang lain-tidak akan menyangka kalau di balik kulit putih pucat dan tubuh kurus tinggi Sehun itu terdapat bakat olahraga yang demikian besar.

Kalau nggak dibuktiin sendiri, aku nggak akan percaya, kata Jongin dalam hati.

"Berhenti menatapku seperti itu!" kata Sehun dingin.

Jongin terkejut seakan-akan disadarkan dari lamunan. "Ma-maksudmu?" tanyanya pura-pura tidak mengerti.

Sehun menutup bukunya. "Nggak perlu mengelak, soalnya aku bisa merasakannya. Tatapanmu itu membuat bahu kananku kesemutan."

Jongin kehilangan kata-kata. Berbohong juga sepertinya percuma.

Sehun menoleh. "Kalau kamu diam-diam menyukaiku, bilang saja."

"Hah?"

"Jangan takut, aku ini orang yang berpikiran terbuka," lanjut cowok berkulit putih itu kalem. "Aku tahu rasa suka itu nggak bisa dilawan. Tapi, maaf, aku masih normal. Jadi, tolong kamu cari cowok lain saja."

Jongin langsung mendelik.

APA? jeritnya dalam hati. Dapat pikiran sinting dari mana dia!

Jongin bangkit. "Hei! Aku..." Belum sempat cowok itu meneruskan ucapannya, Soojung berteriak sambil memukul papan tulis dengan penggaris kayu. Sehun pun membalikkan badannya lagi, tak memedulikan Jongin.

"Teman-teman! Pak Guru lagi ada keperluan. Beliau memberi tugas yang harus dikumpulkan sepulang sekolah!" kata sang ketua kelas itu. "Kerjakan soal halaman 41 Task 4-17 dan 4-18 di kertas folio."

Seisi kelas langsung mengerang, tetapi Soojung tidak menggubrisnya.

"Terus, setelah ini, saat jam olahraga, kita diminta langsung berkumpul di lapangan voli," lanjutnya. "Hari ini, ada penilaian melalui pertandingan."

Kali ini, yang terdengar paling banyak mengerang adalah para cewek. Tentu saja, tidak banyak cewek yang benar-benar suka olahraga.

"Itu saja!" kata Soojung, lalu kembali ke tempat duduknya.

"Fuuuh..." Ravi mengeluh.

"Huah! Males!" kata Jongin sambil meregangkan otot.

"Sama! Tapi, kalo itu jadi alasanmu nggak ngerjain tugas, bisa-bisa, kamu di-smack down sama Soojung nanti," ujar Ravi sambil mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

Jongin menatap Ravi dengan tatapan tidak percaya.

"Serius!" lanjut Ravi, seperti mengerti maksud tatapan teman sebangkunya itu. "Dia itu kan, juara judo. Nah, kamu pikir, kenapa dia yang dipilih jadi ketua kelas? Soalnya, cewek maupun cowok nggak akan ada yang berani ngelawan dia."

Jongin manggut-manggut. "Tapi, kayaknya, emang dia yang paling cocok."

"Iyalah... masa kamu!" Ravi memutar bola matanya. "Miss Jessica mesti mikir seribu kali kalo mau memilihmu. Eh, jangan-jangan, dalam pikiran Miss Jessica, malah nggak pernah ada namamu."

"Kalau kamu ngomong lagi, gantian kamu yang aku smack down!" geram Jongin jengkel.

Ravi hanya meringis. "Sekali-sekali, kata-kata bales pake kata-kata dong, jangan pake otot mulu!"

"Aku juga penginnya begitu, tolol!" gerutu Jongin.

Ravi tertawa.

***

"Tuh! Tuh lihat! Sehun nggak ikut olahraga lagi," kata Dongho sambil menunjuk Sehun yang sedang duduk di pinggir lapangan dengan pandangan matanya.

(KAISTAL REMAKE) LET GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang