"Kamu ini benar-benar bebal," desah Sehun sicaaat dia memberi Jongin pelajaran tambahan. "Yang lainnya udah selesai dari tadi."
Kelas sudah sepi. Tadinya, ada delapan anak yang berkumpul, tetapi sekarang, tinggal Jongin dan Sehun.
"Berisik!" dengus Jongin. "Kalau kamu mau pulang, pulang aja!"
"Dan, bikin semua waktuku yang kubuang buatmu sia-sia?" tanya Sehun sinis. "Cepat selesaikan!"
"I'M DOING IT!!!" gerutu Jongin. Soal termodinamika yang diberikan Sehun membuat perutnya mual. Hingga detik ini, Jongin tak mengerti kenapa dia harus mempelajari hal yang tidak disukainya dan terlebih yang tidak ada hubungannya dengan jurusan yang dia tuju nanti.
"Waktu perayaan kemarin, kamu ke mana?" tanya Jongin.
"Kalau kamu sempat nanya kayak gitu, seharusnya soal-soal yang kuberikan itu sudah selesai kamu kerjakan dari tadi," ujar Sehun.
"Intermezo!" sahut Jongin jengkel. "Anggap itu intermezo! Otakku bisa meledak kalau difokuskan menyelesaikan soal-soal najis ini aja."
Sehun menghela napas, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. "Aku menyingkir, mengalah buatmu."
"Nggak ada yang namanya mengalah," kata Jongin sambil masih berusaha menyelesaikan soal biadab itu.
"Jadi, maksudmu, aku emang dikalahkan olehmu?" tanya Sehun.
"Bukan," Jongin menggeleng, "kalau masalah perasaan, nggak ada yang namanya mengalah, juga nggak ada yang namanya kalah atau menang, termasuk siapa yang datang duluan atau menyatakan lebih dulu. Yang namanya perasaan nggak bisa diatur kayak gitu. Aku bisa jadian sama Soojung karena aku suka dia dan dia suka aku. Gitu, kan?"
Sehun tidak mengatakan apa-apa, Jongin sampai mendongak untuk melihat reaksi cowok itu.
"Kamu itu..." kata Sehun dengan wajah masih tertegun, "kadang-kadang, kata-kata yang kamu ucapkan emang nggak sesuai sama mukamu."
Jongin menyipitkan mata. "Maksudmu?"
"Kata-katamu itu terlalu dalam buat seseorang dengan muka bodoh kayak kamu."
"Kurang ajar!" gerutu Jongin. "Bukannya kamu juga sama?"
"Apanya?"
"Tindakanmu sering beda sama ucapanmu."
"Buktikan!" tantang Sehun.
"Kamu selalu sok nggak peduli, tapi ternyata selama ini kamu memperhatikan aku, ya, kan?"
"Jangan membuatku merinding," sahut Sehun dingin.
"Kamu membantuku menyelesaikan masalah Jinri," ujar Jongin. "Terus... masalah Soojung juga. Nggak perlu mengelak, Soojung sendiri yang bilang ke aku."
Sehun terdiam. Seolah-olah, dia tidak bisa berkata apa-apa untuk menyangkalnya.
"Kamu sendiri juga begitu, kan?" tanya cowok itu kemudian sambil membetulkan kacamatanya.
"Hah?"
"Kamu selalu bilang ke semua orang kalau kamu benci ayahmu, tapi kenyataannya bukan kayak gitu, kan?" lanjut Sehun.
Jongin menghentikan kegiatannya. Membatu.
"Kamu cuma ngomong dan berbohong sama semua orang buat melindungi dirimu." Tatapan Sehun seakan-akan menembus ke dalam kepala Jongin. "Kamu ini sebenarnya pengecut."
"Aku nggak mau dengar omong kosong ini," ujar Jongin sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
"Kamu nggak mau dengar karena itu kebenarannya," kata Sehun tajam. "Pengecut."
KAMU SEDANG MEMBACA
(KAISTAL REMAKE) LET GO
FanfictionKau tahu apa artinya kehilangan? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya. Jongin tidak pernah peduli pendapat orang lain, selama ia merasa benar, dia akan melakukannya. Hingga, suatu hari, mau tidak mau, ia ha...