Ten.

273 32 7
                                    

Jongin merasa pusing dan perutnya mual. Ulangan mendadak hari ini telah memperpendek umurnya.

"Waktunya tinggal lima menit lagi," kata Bu Hyo memecah konsentrasi. Seisi kelas sudah mulai gelisah, kecuali—tentu saja—Sehun dan Soojung. Mereka sudah selesai sejak tadi. Ada juga beberapa murid yang sudah selesai sejak tadi, tetapi mereka lebih murid yang tidak peduli dengan jawaban mereka. Bahkan, saat ini, mereka sudah menunggu di luar.

Tiba-tiba, Bu Hyo menepukkan tangannya sambil berkata. "Ya! Kumpulkan!"

Tunggu! Tunggu! Aku belum selesai! Masih dua nomor lagi! jerit Jongin dalam hati. Ravi sudah bangkit dari tempat duduknya.

"Kalian boleh pulang," kata Bu Hyo lagi.

Jongin melihat sekeliling dan menghela napas lega setelah mendapati bukan hanya dia yang belum selesai. Ada sekitar sepuluh anak—termasuk dirinya—yang masih berusaha keras menyelesaikan ulangan itu dengan semua tenaga yang hampir tak bersisa.

"Baiklah, Ibu tunggu sepuluh menit lagi di kantor," kata Bu Hyo kemudian. Jongin langsung mendongak, tetapi ternyata kata-kata itu ditujukan pada Soojung yang sepertinya sedang berusaha meminta toleransi. Soojung tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih.

"Kelihatannya kamu masih lama," kata Sehun menghampiri Jongin. "Setelah selesai, kita ketemu di lapangan parkir. Aku ada sedikit urusan dulu di lab fisika."

Oh, ya! Sialan, aku lupa! Hari ini, aku ada janji bikin tugas fisika sama orang itu. Sial (lagi!). Setelah itu, aku harus latihan band juga! Bahu Jongin langsung merosot. WHAT A DAY!

Setelah selesai, Jongin langsung menyambar tasnya dan buru-buru menuju lapangan parkir. Namun, ternyata Sehun belum datang. Hanya ada seorang cewek yang tampak sedang mencari-cari sesuatu di tanah.

"Hei, cari apa?" tanya Jongin menghampiri cewek itu.

Cewek itu terkesiap. "Jongin!"

Sekarang giliran Jongin yang kaget. "Hah? Kok tahu namaku?" tanyanya heran. "Kita saling kenal?"

"Ki-kita sama-sama kelas X," jawab cewek itu kikuk. "A-aku kelas X-12. Namaku Naeun."

"Oooh..." Jongin manggut-manggut walaupun sebenarnya masih bingung. Jarak antara kelas X-1, kelasnya, dan kelas X-12 cukup jauh dan dia nggak mengenal cewek ini.

"Kamu lagi cari apa?"

"Kunci motorku hilang," jawab Naeun panik. "Aku udah nyari dari tadi, tapi..."

"Belum ketemu?"

Naeun mengangguk.

Jongin mengangkat bahu. "Gantungan kuncinya bentuknya gimana?"

Naeun menatap cowok di depannya tak percaya.

"Hei, gantungan kuncinya bentuknya gimana?"

"A-apel! Bentuknya buah apel!" jawabnya. "Ma-makasih, ya, Kim Jongin."

"Jongin," ralat Jongin, "aku agak risi dipanggil dengan nama lengkap dan you are welcome."

Naeun tersenyum. "Jongin emang kayak yang dibilang teman-teman."

Jongin menoleh. "Emangnya, apa yang teman-temanmu bilang tentang aku?"

"Pokoknya, sesuatu yang baik," jawab Naeun sambil tersenyum.

Jongin tidak bertanya lebih lanjut. Tahu bahwa dia dibicarakan atas suatu hal yang baik itu sudah cukup baginya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, kunci motor Naeun ditemukan tergeletak di dekat tempat sampah, sepertinya terjatuh ketika cewek itu hendak membuang sesuatu. Naeun berulang-ulang mengucapkan terima kasih hingga Jongin merasa agak risi.

(KAISTAL REMAKE) LET GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang