"Jongin," kata sang Mama sebelum berangkat ke kantor. "Tahun ini, kamu mau, kan, ngunjungi papamu?"
Jongin tertegun. Roti yang sudah digigitnya tidak jadi tertelan.
"Sudah dua tahun, Jongin," lanjut sang Mama. "Dan, kamu belum pernah menemuinya sejak dia pergi."
Jongin masih bergeming.
"Kali ini, anggap saja kamu melakukannya demi Mama."
Jongin bangkit dari tempat duduknya, menyambar koran yang ada di meja makan.
"Aku akan menemuinya kalau aku sudah siap," kata Jongin sambil pergi menuju tangga.
***
Saat sampai di tempat parkir sekolahnya, Jongin mendapati Jinri sudah berdiri di sana dan langsung berlari menghampirinya.
"Ada apa?" tanya Jongin sambil melepas helm.
Jinri menggeleng. "Nggak, aku cuma ingin kamu melihat ini."
Cewek itu menyodorkan beberapa lembar kertas.
"Ini apa?" tanya Jongin bingung.
"Esai buat lomba yang udah diperbaiki Sehun," jawab Jinri dengan wajah berseri-seri. "Aku baru aja menyelesaikannya tadi malam dan aku nggak sabar nunjukin sama kamu."
"Kenapa?"
"Eh?" Jinri tampak terkejut. Wajahnya tiba-tiba memerah.
"A-aku..." dia tergagap, "ka-karena kamu yang mendorongku, jadi a-aku mau kamu jadi orang pertama yang baca, sebelum aku kirim."
"Ooh..." Jongin manggut-manggut. "Bukannya lebih baik kamu minta bantuan Miss Jessica dulu sebagai guru pembimbing?"
"Be-benar juga, ya," kata Jinri sambil tersenyum kikuk.
"Aku baca sambil jalan ke kelas aja, ya."
Jinri mengangguk.
Karena terlalu tenggelam dalam tulisan yang dibaca, hampir saja Jongin melewati ruang kelasnya sendiri.
"Jongin!" Jinri menarik tangan Jongin. "Kelas kita di sini."
Jongin menoleh. "Hah?"
"Ke-kelas kita..." Jinri tidak meneruskan ucapannya, dia sepertinya kaget sendiri melihat tangannya menggenggam tangan cowok itu.
"Ma-maaf! Maaf!" katanya sambil melepaskan genggamannya. Wajahnya langsung berubah merah padam. "Aku nggak maksud..."
Melihat wajah cewek itu, Jongin tidak bisa menahan tawa. "Mukamu lucu banget, sih!"
Jinri tidak mengatakan apa-apa, tapi wajahnya semakin memerah. Dia malu setengah mati.
"Sori, sori..." kata Jongin setelah berhasil mencoba meredam rasa gelinya. Dia berdehem beberapa kali. "Ini masterpiece," katanya serius, sambil mengacungkan kertas-kertas yang berisi tulisan Jinri. "Aku yakin kamu bisa menang. Kalau kamu nggak menang, berarti tuh juri pasti perlu kacamata baru."
Jinri tersenyum. Wajahnya memerah, tapi kali ini lebih karena senang.
"Masih perlu pendapat kedua?" tanya Jongin. "Soalnya, aku yakin kamu nggak akan percaya seratus persen apa pun yang keluar dari mulutku."
Jinri terkikik, lalu menggeleng.
"Sekarang..." katanya, "aku percaya, kok, apa pun yang Jongin bilang."
Jongin bersiul. "Kemajuan besar."
Jinri berbalik dan berjalan menuju mejanya dengan wajah yang masih tersipu.

KAMU SEDANG MEMBACA
(KAISTAL REMAKE) LET GO
FanfictionKau tahu apa artinya kehilangan? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya. Jongin tidak pernah peduli pendapat orang lain, selama ia merasa benar, dia akan melakukannya. Hingga, suatu hari, mau tidak mau, ia ha...