Six.

294 29 11
                                    

Veritas edisi minggu ini sudah terbit. Saat melihatnya, Jongin langsung terpana membaca apa yang ditulis oleh Jinri hingga dia nggak memedulikan artikel-artikel lainnya.

Ketika wanita menangis,

itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya,

melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.

Ketika wanita menangis,

itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya,

melainkan karena pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air matanya.

Ketika wanita menangis,

itu bukan karena dia ingin terlihat lemah,

melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat.

"Hoi!" Ravi memukul bahu Jongin.

"Hah?" Jongin tergagap.

"Kamu baca apa, sih? Kok, serius banget?" tanya Ravi.

Jongin menggeleng. "Nggak, nggak lagi baca apa-apa. Cuma lagi mikir aja."

Ravi memandang temannya itu dengan tatapan aneh. "Kim Jongin? Mikir?" Dia terdiam sejenak, lalu memutar bola matanya. "Yeah... right!"

"Hei, serius! Aku lagi mikir!" sembur Jongin kesal karena merasa diremehkan.

"Iya, iya, aku percaya, Einstein!" kata Ravi asal sambil mengambil iPod dari tasnya.

"Kamu nggak mau tahu aku lagi mikir apa?" tanya Jongin.

"Nanti aja, pas kamu menang Nobel karena berhasil menjelaskan bagaimana seorang manusia tanpa otak bisa mikir kayak yang terjadi sekarang," jawab cowok itu enteng sambil memasang earphone.

Jongin mengernyit. "Maksudmu?"

Ravi sudah tidak bisa mendengar, tenggelam dalam musik yang sedang didengarnya. Jongin menghela napas. Tanpa sadar, matanya langsung tertuju pada Jinri yang duduk tak jauh dari mejanya. Rambut ikal sebahu cewek itu dibiarkan terurai. Dia sedang berbicara dengan Haeryung, teman sebangkunya. Tiba-tiba, dia menoleh. Ketika sadar Jongin sedang memperhatikannya, wajah cewek itu memerah.

***

"Heran," gumam Jongin.

"Apanya?" tanya Soojung sambil membolak-balik ensiklopedia.

"Sadar nggak sih, ini kali pertama cuma ada kita berdua di ruang Veritas?"

Soojung berhenti membalik ensiklopedia yang dipegangnya, melirik Jongin. "Kamu nyoba merayu, ya?"

"Hah?" Jongin langsung melongo. "Ya Tuhan! Aku nggak percaya kamu masih mikir aku ngejar kamu!" ujarnya. "Dengar, ya, Jung," tambahnya jengkel. "Aku nggak pernah ngerayu cewek. Dan, kalaupun tiba-tiba aku berniat melakukannya, orang itu sudah pasti bukan kamu."

Soojung terdiam sejenak dengan ekspresi datar. Hal itu sempat membuat Jongin agak panik, takut kalau kata-katanya terdengar terlalu kejam.

"Thank God for that," kata Soojung kemudian sambil meneruskan membolak-balik halaman ensiklopedia. Jongin sampai mendelik mendengar kata-kata cewek itu.

"VCD-nya udah kamu tonton?" tanya Soojung ketika Jongin bersiap-siap memasang earphone.

"Yang mana?"

(KAISTAL REMAKE) LET GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang