Hari ini, akan menjadi hari yang benar-benar sibuk bagi Jongin. Sepulang sekolah, dia ada "kencan" dengan Sehun untuk menyelesaikan tugas fisika dan malamnya—tepat pukul tujuh—Seungyoon dkk. sudah menunggunya untuk latihan. Dia harus datang untuk menebus latihan pertama yang dilewatkannya.
Setelah memarkir motor, Jongin bergegas menuju kelas karena jam pelajaran pertama akan dimulai lima belas menit lagi. Di depan ruang fisika di koridor yang tak jauh dari kelas, dia melihat Jinri tampak kikuk diajak bicara oleh tiga orang senior kelas XII. Semakin Jongin mendekat, percakapan mereka pun mulai terdengar samar-samar.
"Aku sudah mendengarnya," kata salah satu senior itu. "Kamu udah membatalkan keikutsertaanmu di lomba itu. Thanks, ya!"
"Kamu harus ngerti peluang kami cuma saat ini," tambah yang lain. "Kamu kan, masih ada waktu dua tahun lagi buat ikut lagi. Kalau kamu ikut, sudah pasti kami nggak punya harapan menang."
"Tulisanmu emang bagus, Ri," tambah mereka. "Aku yakin kamu pasti menang tahun depan. Tahun ini nggak ikut, kan, bukan masalah."
Jinri mengangguk dan berusaha untuk tersenyum. Namun, matanya tidak bisa berbohong, dia tampak tertekan. Ketika melihat Jongin, cewek itu langsung mengirimkan sinyal SOS.
Jongin menghela napas, lalu berjalan ke arah cewek-cewek itu.
"Jinri! Lagi ngapain? Pelajaran pertama udah mau mulai!" katanya sambil menarik tangan Jinri.
"Eh... oh... iya..." kata Jinri tergagap. "Ma-maaf, Kak, aku harus cepat-cepat ke kelas."
***
Setelah agak jauh, barulah Jongin melepaskan tangan Jinri.
"Ini yang terakhir," katanya. "Lain kali, tolong diri kamu sendiri."
Jinri terdiam.
"Ternyata, itu alasan kamu nggak jadi ikut lomba?" tanya Jongin. "Gara-gara kamu nggak bisa nolak permintaan mereka?"
Jinri masih tidak mengatakan apa-apa dan itu membuat Jongin jengkel. Dia menghentikan langkahnya, lalu mendorong cewek itu ke dinding. Jinri terpekik kecil. Anak-anak yang ada di sekitar tempat itu langsung memperhatikan kedua orang itu dan mulai berbisik-bisik.
"Kamu mau ngapain?" tanya Jinri ketakutan.
Jongin tidak mengatakan apa-apa, tetapi mulai mencondongkan tubuhnya. Ketika wajahnya dan wajah Jinri hanya tinggal beberapa senti, Jinri menjerit dan mendorong Jongin kuat-kuat.
"NGGAK!"
Jongin hampir terjatuh, tetapi cowok ini puas. "Begitu," katanya sambil tersenyum, "begitu seharusnya kamu menolak mereka."
Jinri tampak terkejut dan tak menyangka tadi Jongin hanya pura-pura.
"Kamu nggak akan bisa menyenangkan hati semua orang, Ri," lanjut Jongin. "Itu sebabnya kamu harus belajar bilang 'NGGAK'." Lalu, cowok ini berjalan meninggalkan Jinri, melewati kerumunan orang yang menonton kejadian tadi.
***
"Aku dengar, tadi pagi, kamu mencoba memerkosa Jinri," kata Sehun tiba-tiba ketika ia dan Jongin mengerjakan tugas fisika di rumah cowok itu.
"Hah?" Jongin langsung melongo.
"Tapi, aku nggak percaya," lanjut Sehun. "Kamu itu walaupun punya tampang penyerang, kayaknya lebih cenderung jadi yang diserang."
Jongin menyipitkan mata. "Pujian?"
Sehun mengangkat bahu. "Untukmu? Iya."
"Dari mana kamu dengar gosip itu?" Jongin penasaran juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
(KAISTAL REMAKE) LET GO
FanfictionKau tahu apa artinya kehilangan? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya. Jongin tidak pernah peduli pendapat orang lain, selama ia merasa benar, dia akan melakukannya. Hingga, suatu hari, mau tidak mau, ia ha...